Bab 18

90 16 0
                                    

Aku tidak bisa tidur begitu saja malam itu. Aku terlena sebentar dan tiba-tiba tersentak kembali, membayangkan bahwa setiap detik Yoo Ah In lebih dekat pada momentum pembebasannya dari kurungan penjara.

Aku tidak dapat mengalihkan pikiranku darinya, ataupun dari kejadian yang membuat dia mendekam di balik terali besi selama dua puluh tahun. Nyatanya, semakin dekat waktu pembebasannya, semakin Min Young dan ibuku terasa hidup bagiku. Andai kata... andai kata... andai kata...

Lupakan itu, sebagian diriku menjerit. Relakan. Biarkan itu menjadi bagian masa lalumu. Aku tahu apa yang sedang kupertaruhkan, dan aku tidak ingin itu sampai terjadi. Sekitar pukul dua aku bangun dan membuat secangkir cokelat. Aku duduk di dekat jendela saat meminumnya. Daerah hutan yang memisahkan rumah kami dengan tempat Mrs. Yoo senior membentang sampai ke batas tanah keluarga Choi, dan masih ada di sana, sebagai penjamin privasi pribadinya. Aku bisa menyelinap ke sana seperti yang dilakukan Min Young malam itu, menerobos hutan itu, menuju tempat persembunyian di garasi.

Kini ada pagar tinggi megelilingi wilayah beberapa ekar milik keluarga Yoo. Aku yakin mereka sudah memasang sistem pengaman yang akan mengirim sinyal kalau ada penyusup atau gadis berusia lima belas tahun. Di usia sembilan puluh dua, orang biasanya tidak membutuhkan tidur banyak. Aku bertanya-tanya apakah Mrs. Yoo masih dalam keadaan bangun saat ini, senang akan melihat darah dagingnya akan dilepas dari penjara, tapi toh was-was menghadapi publisitas yang akan mengiringi peristiwa itu. Kebutuhannya untuk membersihkan nama keluarga sama kuatnya seperti tekadku untuk memastikan Park Yoochun tidak dihancurkan dan nama Min Young tidak ikut terseret dalam lumpur lagi.

Min Young masih polos waktu itu, gadis remaja yang sedang jatuh cinta, kemudian perasaannya terhadap Yoo Ah In berubah menjadi ketakutan. Karena itulah ia pergi ke tempat persembunyian itu pada malam itu. Ia takut tidak menemuinya saat anak muda itu menyuruhnya datang.

Saat aku duduk disana dalam keremangan subuh, perasaan bahwa sadarku menyatakan Min Young takut padanya, dan aku juga takut Min Young dilukai olehnya. Itu terus menghantui pikiranku. Masih terbayang jelas olehku sosok Min Young malam itu, saat ia memasang liontinnya di leher, dan berusaha menahan air matanya. Sebelumnya ia tidak mau menemui Ah In, tapi ia merasa terjebak ketika itu. Karena itulah aku menambahkan sebuah "andai kata" lagi pada daftarku. Andai kata ia pergi menemui kedua orang tuaku dan mengaku pada mereka bahwa ia telah menemui Ah In.

Pada saat itu kami bertukar peran, dan aku menjadi si kakak. Aku kembali ke tempat tidur, kemudian tidur sampai jam tujuh. Aku duduk di muka TV saat media meliput Yoo Ah In meninggalkan penjara Sing Sing dalam limousine yang menunggunya di pagar luar. Reporter TV yang berada di lokasi itu mengungkapkan Yoo Ah In selama ini selalu menyatakan dirinya tidak bersalah.

Siangnya aku sudah berada kembali di muka TV yang akan menyiarkan liputan tentang Yoo Ah In pada dunia.

Wawancara itu diadakan dalam ruang perpustakaan rumah keluarga Yoo di Oldham. Sofa tempat ia duduk diletakkan di muka dinding yang penuh buku-buku bersampul mewah, kurasa untuk menyatakan bahwa ia sosok terpelajar.

Ah In mengenakna jas berwarna kulit dari bahan cashmere, kemeja sportif dengan leher terbuka, celana panjang berwarna gelap, dan sepatu pantofel santai. Dari dulu ia memang tampan, tapi kematangannya membuat ia tampak semakin menarik. Ia mewarisi garis-garis kuat wajah ayahnya, dan kelihatannya sudah dapat menyembunyikan seringai arogan yang tampak di semua foto masa mudanya. Ada sedikit abu-abu di akar rambutnya yang bernuansa gelap. Ia melipat kedua tangannya di depan, agak mencondongkan tubuh dengan cara rileks tapi penuh perhatian.

"Latar yang bagus," ujarku sendiri. "Tinggal menampilkan anjing di dekat kakinya." Begitu melihat tampangnya, aku serasa ingin muntah.

Si pembawa acara adalah Jun Hyun Moo, presenter The Real Story program hari Jumat malam yang sangat populer. Ia memulai dengan pembukaan singkat: "Baru saja dibebaskan setelah dua puluh tahun dalam penjara... selama ini selalu memprotes dirinya tidak bersalah... sekarang akan berjuang membersihkan namanya..."

Tentu saja, batinku.

"Yoo Ah In, pertanyaan yang sudah jelas jawabannya, tapi bagaimana rasanya menjadi orang bebas?"

Senyum Yoo Ah In hangat. Matanya yang gelap di bawah alis yang bagus sepertinya tampak geli. "Luar biasa, bukan main. Aku sudah terlalu besar untuk menangis, tapi aku merasa ingin menangis. Aku terus mondar-mandir di dalam rumah, menyenangkan sekali bisa melakukan hal-hal normal, seperti pergi ke dapur untuk mengambil secangkir kopi lagi."

"Kalau begitu, Anda akan tinggal di sini untuk sementara?"

"Itu pasti. Ayahku sudah merenovasi apartemen bagus untukku di dekat rumah ini, dan aku akan bekerja sama dengan para pengacara kami agar bisa menghadapi sidang ulang." Kini ia menatap serius ke arah kamera. "Hyun Moo, sebetulnya aku bisa dibebaskan secara bersyarat dua tahun lalu, kalau aku bisa menyatakan bahwa aku yang membunuh Kim Min Young dan bahwa aku menyesali peristiwa mengenaskan itu."

"Apakah anda tidak merasa tergugah melakukan itu?"

"Tidak sama sekali," sahutnya langsung. "Selama ini aku tetap bersikukuh bahwa kau tidak bersalah, dan sekarang, berkat munculnya Lee Kwang Soo, aku akhirnya mendapat kesempatan membuktikannya."

Kau tidak bisa mengakuinya, terlalu banyak yang harus kaupertaruhkan untuk itu, batinku. Nenekmu akan mencabut hak warismu.

"Anda pergi menonton film pada malam Kim Min Young dibunuh."

"Ya, betul. Dan aku tetap tinggal di gedung bioskop itu sampai filmnya selesai pada jam setengah sepuluh malam. Mobilku diparkir di bengkel pompa bensin selama lebih dari dua jam. Hanya perlu dua belas menit dengan mobil untuk sampai ke rumah nenekku dari pusat kota. Park Yoochun punya akses untuk mengendarai mobil itu, dan sebelumnya dia suka membuntuti Min Young kemana-mana. Bahkan adik Min Young mengakui itu di depan sidang."

"Si penjual karcis di bioskop menyatakan dia ingat Min Young membeli karcis."

"Betul. Dan aku menyimpan potongan karcis itu sebagai bukti."

"Tapi tidak seorang pun melihat Min Young meninggalkan gedung bioskop itu pada akhir pemutaran film?"

"Tak seorang pun ingat melihat aku," ujar Ah In mengoreksi. "Ada bedanya."

Sesaat aku melihat sekilas amarah di balik senyumnya yang menawan. Aku duduk lebih tegak.

Namun setelah itu wawancara berlangsung sebagaimana layaknya dengan narapidana yang baru dilepas. "Selama membersihkan nama, apa lagi yang akan Anda lakukan?"

"Pergi ke New York. Makan di restoran-restoran yang mungkin belum pernah ada sekitar dua puluh tahun lalu. Melakukan perjalanan, pada akhirnya. Mencari pekerjaan." Kini senyuman hangat darinya. "Bertemu seseorang yang istimewa. Menikah. Punya anak-anak."

Menikah. Punya anak-anak. Semua hal yang tidak akan pernah dilakukan Min Young.

"Anda akan makan apa malam ini, dan siapa yang akan bersama Anda?"

"Kami berempat saja-ibuku, ayahku, nenekku, dan aku. Kami hanya ingin berkumpul sebagai keluarga. Aku sudah meminta makan malam yang cukup sederhana: cocktail udang, daging iga, kentang panggang, brokoli, dan selada."

Bagaimana dengan pie apel? Batinku.

"Dan sepotong pie apel," tambahnya.

"Dan sampanye, tentunya."

"Itu pasti."

"Sepertinya Anda memiliki rencana-rencana yang sudah pasti untuk menghadapi masa depan Anda, Yoo Ah In. Kami mengucapkan selamat pada Anda, dan mudah-mudahan dalam sidang ulang nanti Anda dapat membuktikan Anda tidak bersalah."

Jurnalis seperti itu? Batinku ketus sambil menekan tombol remote control TV san melangkah ke meja di ruang makan, tempat laptop-ku sudah siap menunggu. Aku segera menghubungkan diri dengan situsku dan mulai menulis.

"Yoo Ah In, pelaku pembunuhan gadis berusia lima belas tahun, Kim Min Young, baru saja dibebaskan dari penjara, dan sekarang sedang berangan menikmati daging iga panggang dan pie apel. Proses pembersihan nama pembunuh ini baru saja dimulai, dan akan dilakukan dengan mengorbankan nama baik korbannya yang masih muda dan nama Park Yoochun, laki-laki pendiam yang selalu bekerja dan harus mengatasi berbagai kesulitan."

"Yoochun tak perlu mengatasi yang ini."

Tidak buruk untuk permulaan, batinku.

06/10/20

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang