Bab 1

1.1K 82 7
                                    

Ketika So Eun terbangun pagi itu, perasaannya mengatakan sesuatu yang tidak enak telah terjadi.

Mengikuti instingnya ia meraih Bones, boneka anjingnya yang lembut dan hangat, yang sudah berbagi bantal dengannya sejak lama berselang. Ketika ia merayakan ulang tahunnya yang ketujuh bulan lalu, Min Young, kakak perempuannya yang berusia lima belas tahun, sempat meledeknya sudah waktunya melemparkan Bones ke gudang di loteng.

Kemudian So Eun ingat apa yang tidak beres: Min Young tidak pulang tadi malam. Setelah makan malam, ia pergi ke rumah sahabatnya, Jessica, untuk belajar matematika. Ia sudah berjanji ia akan pulang sekitar pukul sembilan. Pukul sembilan seperempat, Mommy menjemput Min Young di rumah Jessica, dengan berjalan kaki, namun mereka mengatakan Min Young sudah pulang sejak pukul delapan.

Mommy kembali dengan keadaan cemas dan berusaha menahan tangis, persis pada waktu Daddy baru saja pulang kerja. Daddy seorang letnan polisi di Dinas Kepolisian New York. Ia dan Mommy langsung mulai menelpon semua teman Min Young, tapi tak seorang pun tahu di mana dia. Kemudian Daddy mengatakan akan berkeliling dengan mobilnya ke arah tempat main boling dan kedai es krim, siapa tahu Min Young ada di sana.

"Kalau dia bohong mengenai bikin PR sampai pukul sembilan, dia tidak boleh keluar rumah ini selama enam bulan," ujarnya marah, setelah itu ia berpaling ke Mommy, "Aku sudah bilang, aku sudah bilang ribuan kali—aku tidak suka dia pergi keluar sendirian setelah gelap."

Meskipun nadanya tinggi, So Eun tahu Daddy lebih merasa cemas daripada marah.

"Demi Tuhan Nam, dia pergi pukul tujuh tadi. Dia pergi ke rumah Jessica. Dia sudah merencanakan pulang sekitar pukul sembilan, aku bahkan menjemputnya ke sana dengan berjalan kaki."

"Kalau begitu, di mana dia?"

Mereka menyuruh So Eun tidur, dan akhirnya ia jatuh tertidur, dan baru terbangun sekarang. Mungkin Min Young sudah pulang, batinnya sambil berharap. Ia menyelinap turun dari tempat tidur, bergegas melintasi kamarnya, kemudian cepat-cepat menelusuri lorong, menuju kamar Min Young. Mudah-mudahan dia ada di sana, doanya dalam hati. Ia membuka pintunya. Tempat tidur Min Young sama sekali tidak ditiduri malam itu.

Dengan bertelanjang kaki, diam-diam ia menuruni tangga. Tetangga mereka, Mrs. Choi, sedang duduk bersama Mommy di dapur. Mommy masih mengenakan pakaian malam sebelumnya, dan ia seperti habis menangis lama.

So Eun lari mendekat. "Mommy."

Mommy memeluknya dan mulai terisak. So Eun merasa tangan Mommy mencengkram pundaknya, begitu kuat hingga nyaris menyakitinya.

"Mommy, mana Min Young?"
"K-kita... t-tidak... tahu. Daddy masih mencarinya bersama polisi."
"So Eun, bagaimana kalau kau berpakaian dan aku menyiapkan sarapan untukmu?" tanya Mrs. Choi.

Tidak ada yang mengatakan padanya bahwa ia harus buru-buru karena bus sekolah akan tiba sebentar lagi. Tanpa bertanya, So Eun tahu ia tidak akan pergi ke sekolah hari itu.

Dengan patuh ia mencuci muka dan tangannya, menyikat gigi dan rambutnya, setelah itu mengenakan pakaian bermainnya—baju berleher tinggi dan celana panjang biru favoritnya—kemudian ia kembali ke bawah.

Persis setelah ia duduk di meja tempat Mrs. Choi meletakan jus dan cornflakes, Daddy masuk melalui pintu dapur. "Dia tidak kelihatan," ujarnya. "Kami sudah mencari ke mana-mana. Kemarin ada orang berkeliling dari pintu ke pintu, meminta-minta sumbangan untuk sesuatu yang tidak jelas. Dia sempat mampir ke kafe tadi malam, dan meninggalkan tempat itu sekitar pukul delapan. Mestinya dia lewat rumah Jessica dalam perjalanan ke jalan besar sekitar waktu Min Young pulang. Mereka sedang mencarinya."

So Eun tahu Daddy sedang berusaha tidak menangis. Dan Daddy sepertinya juga tidak melihat ia ada di sana, namun ia tidak tersinggung. Kadang-kadang Daddy pulang dalam keadaan sangat emosional, karena sesuatu yang menyedihkan terjadi ketika ia bertugas, sehingga selama beberapa waktu ia tidak banyak bicara. Tampangnya juga seperti itu saat ini.

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang