Amira hanya berdecak malas, Fifi ini sudah keterlaluan sekali, dia di suruh berjalan menuju ke cafe tempat dia akan bertemu dengan calon bosnya. Kata Fifi mobilnya masih ada di bengkel dan akan diantarkan oleh satria sembari nanti bertemu di cafe sekalian mengantar Amira, tadi sempat Amira bertanya kok gak sekalian satria menjemput mereka dan kalian tahu apa jawaban Fifi?
'Kamunya keenakan, malas banget.'
Sungguh jika bukan temannya yang sudah membantunya dapat di pastikan Fifi sudah dapat hukuman dari seorang Amira.
Dan alhasil mereka harus berjalan sejauh 500 m menuju cafe terdekat, menyusuri trotoar yang panas walaupun banyak pepohonan.
Amira melirik Sebal kearah Fifi.
"Gue heran deh sama Lo dan satria, kok bisa dia gak jemput Lo dan malah bikin Lo jalan sama gue," tanya Amira sinis.
Fifi hanya memutar bola matanya malas, "gak papa kalau pacaran mah gini aja, yang penting seru, komitmen, kepercayaan, jangan lebay, dan jangan bucin bucin amat nanti akhirnya kayak Lo, ditinggalkan " jawab Fifi santai seolah tidak ada beban..
Amira tercengang benar kata Fifi, buktinya Bayu sangat bucin kepada-nya apa yang Amira minta pasti akan segera dituruti entah itu dari segi barang atau apapun, tapi kok bisa Bayu selingkuh, Amira rasa dia sudah menemukan guru asmaranya.
"Kalau gitu gue mau les sama Lo biar ikutan dapat jodoh yang baik," ucap Amira ngelantur.
Fifi hanya menatap Amira sambil bergidik ngeri.
Kalian salah jika menganggap Fifi adalah orang yang jahat. Nyatanya Fifi tidak seperti itu, hanya saja pembawaan sikapnya yang cenderung tidak perduli dan judes, dahulu saja semasa KKN Satria mati-matian untun mendapatkan Fifi, dan berakhirlah sekarang buktinya mereka masih-masih langgeng saja berbeda dengan Amira sedari awal memang hubungannya sudah tidak sehat.
"Lo masuk duluan ya, gue mau ada urusan sebentar doang kok, Lo duduk ada di meja no 8," ucap Fifi langsung meninggalkan Amira sendirian.
Amira bergerak menuju pintu cafe dengan nuansa cafe seperti biasanya, yang biasa dikunjungi oleh anak muda.
Amira melihat meja no 8 yang hendak di duduki oleh pria bertubuh tinggi, entah apa yang dipikirkan oleh pria itu berani sekali dia merebut meja yang sudah di reservasi oleh Fifi, lancang sekali.
Amira segera berlari menuju mejanya yang terletak disebelah ujung yang berdekatan langsung dengan dinding kaca yang transparan yang menampilkan lalu lalangnya kendaraan.
"Ehhh mas.. " teriak Amira kencang.
Amira menghembuskan nafasnya kesal Padahal baru beberapa meter dia berlari dari pintu cafe tapi efeknya sangat besar untuk pernapasan nya mungkin karena dia terlalu malas untuk berolahraga jika diajak oleh bayu. Sial Amira mengingat nya lagi.
Amira menahan pria itu untuk duduk dengan mencekal tangganya dengan kuat dan menarik tubuh pria itu agar kembali berdiri dengan tegak.
"Ehhhh mas nya, main duduk aja. Meja ini udah di reservasi oleh teman saya, mas nya cari duduk yang lain aja." ucap Amira berusaha sopan bagaimanapun dia sedang berada di daerah orang.
"Hah??" tanya pria itu yang kedengarannya agak nyolot sih ditelinga.
"Gini ya MBK, ini meja juga disediakan untuk saya. Jadi MBK nya gak boleh seenaknya."jawab pria itu dan langsung duduk di kursi yang ditujunya tadi.
Amira mengembuskan nafasnya kasar kemudian dia ikut duduk didepan pria itu. Dia akan melanjutkan aksi mengomelnya setidaknya dia akan mengeluarkan seluruh unek-unek nya kepada pria itu, lumayan kan biar hatinya lega.
"Gini masnya mungkin yang salah, meja yang saya duduki ini sudah direservasi sama temen saya kalau_____" Amira menghentikan ucapannya ketika melihat Fifi berjalan kearahnya dengan seorang pria, ya pria itu adalah satria. Pacar dari Fifi sekaligus teman KKN nya dulu.
Amira lantas berdiri dan melambaikan tangannya kepada Fifi, sementara pria yang duduk di depannya langsung menyeringai.
"Fi, lihat tempat duduk kita diambil alih sama orang lain!" adu Amira.
Sementara Fifi malah duduk santai bersama satria tepat di sampingnya.
Satria menjabat tangan Amira, "gimana kabar gadis Bandung yang kabur ke Jakarta?"
Amira mendengus malas, "apaansih!"
"Fi, jelasin ke orang ini suruh pergi, enak aja orang' kita yang mesen duluan kok dia mau nyerobot aja!" ucap Amira menggebu gebu.
Fifi memutar bola matanya malas. Sungguh Amira benar benar spesies yang sangat menyebalkan apa ini masih efek dari rasa patah hatinya?
Fifi menepuk nepuk pundak Amira pelan, "ya dia itu bos mu." Ucap Fifi diakhiri dengan senyumannya.
Bahkan satria sudah tertawa terbahak-bahak.
Sementara Amira hanya melebarkan mulutnya tak percaya, bagiamana jika dia dipecat bahkan sebelum dia sudah bekerja. Amira sangat bodoh kenapa dia tidak menyadari sebelum nya. Amira memutar kepalanya memberanikan diri untuk menatap pria yang barusan dia marahi tadi, pria itu hanya tersenyum miring sambil menyilangkan tangannya di dada.
Amira meringis pelas, jika buka karena rencana kaburnya mungkin dia tidak akan terjebak dalam kesulitan seperti ini. Terkutuklah Bayu serta Monica!
Amira menundukkan kepalanya dalam dalan sambil memohon, "maaf maaf Astaga maaf banget saya bener bener gak tahu."
Wildan hanya melambaikan tangannya seolah berkata, "sudahlah."
Fifi hanya menggelengkan kepalanya rasanya dia ingin tertawa melihat Amira yang salah tingkah seperti ini.
Satria sampai menitih kan air mata saking banyaknya dia tertawa, Amira mendengus kesal, mereka tidak lupakan mereka jadian itu karena siapa? Awas saja!
"Fi, katanya temen kamu itu sopan, tapi saya rasa enggak deh malah kayaknya kebalikan nya." tanya Wildan santai sambil menyenderkan kepalanya di kursi.
Sementara Amira rasanya dia ingin menyiram kan jus ke muka Wildan seperti sinetron yang sering ia tonton bersama ibunya.
"Sebenarnya gak gitu, tadi pagi berhubung makan banyak sambal jadi agak lemes noh mulut," ucap Fifi santai.
"Dia sebenarnya anaknya baik, iya kan. Mir Lo baik kan?" tanya satria menahan tawa.
Satria dan Fifi memang patut untuk dijadikan pasangan tanpa akhlak.
Amira menggaruk tengkuknya yang tidak Gatal. Hanya sesekali meringis dirinya sekarang sudah seperti maling yang tertangkap basah.
Fifi menopang wajahnya dan menatap Amira, "dia gak jelek jelek amat kok untuk dijadikan asisten."
Sialan ungkap batin Amira berteriak, awas saja.
Wildan nampak berpikir sebentar, sebenarnya dia ingin punya asisten yang siap siaga dua puluh empat jam, dalam tanda kutip tidak bekerja selama dua puluh empat jam tapi harus ada ketika dia butuhkan.
"Gadis yang kamu bawa ini, sanggup kerja sama saya? Tinggal di paviliun berdekatan dengan saya, bisa selalu siap siaga?" Kata Wildan angkuh.
Ehh gua punya nama...
"Ehhh gua bukan kerja jadi ART kan?" tanya Amira sambil menoleh ke arah Fifi, meminta sebuah penjelasan.
"Enggak kamu saja jadiin asisten pribadi." Jawab Wildan dengan cepat.
"Emangnya kamu punya kelebihan apa sehingga saya harus menerima kamu jadi asisten?" tanya Wildan.
"Karena saya cantik."
****
Terimakasih telah membaca cerita please don't go.
Jangan lupa vote dan comen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
Teen FictionAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...