Ingat, jangan lupa vote!!!
🦋🦋🦋🦋
"Jangan kayak gitu, bos. Bos mending cosplay jadi buaya kayak gitu didepan karyawan kantor, atau model cantik juga bisa, yang penting jangan sama saya, gak mempan dan gak akan pernah," ucap Amira sambil membereskan mangkuk setelah bubur yang ada di dalamnya habis di makan oleh Wildan.
Wildan terkekeh sambil memejamkan matanya, "saya lebih tertarik sama orang yang gak tertarik sama saya, paham gak sih?"
Amira hanya mengedikkan bahunya acuh, ia ingin cepat-cepat meninggalkan kamar yang auranya penuh dengan atmosfer tekanan yang di buat oleh Wildan. Walaupun benteng pertahanan Amira sangat tinggi tapi dia juga wanita, pasti ada rasa gugup juga jika di perlakukan seperti ini apalagi disaat hubungannya dengan Wildan adalah sebatas karyawan dan bos dan itu sangat salah jika mereka melewati batas itu.
Amira hendak beranjak dan melangkah namun dering ponsel bos nya itu menghentikan nya.
"Ambilin dong, Mir saya males gerak." ucap Wildan, karena dia sudah terlanjur tidur, jadi malas untuk mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas.
Amira hanya memutar bola matanya malas, kemudian memilih untuk melangkah di bagian ranjang sebelah kiri, tempat nakas itu berada.
Lalu Amira menyerahkannya kepada Wildan, "dari Bu, Dewi."
"Halo ma? Ada apa malam-malam telepon?" tanya Wildan.
"Kamu gak apa-apa, 'kan nak, soalnya perasaan mama gak enak?"
"Gak papa, ma. Cuman Wildan agak demam, sama sedikit pusing nanti di bawa tidur juga sembuh."
"Udah minum obat?"
"Udah kok. "
"Kamu dirumah sendiri? pokonya Mama cariin bibi ya biar bisa bantu-bantu dirumah, kasian kamu nya kalau apa-apa harus sendiri."
"Iya sendiri juga gak papa." ucap Wildan sambil melirik jahil kearah Amira.
Sedangkan Amira hanya mendelikkan matanya, kaget dengan ucapan Wildan.
"Besok mama bawain bibi ya biar ngerawat kamu, kasian kamu di rumah luntang-lantung."
"Disini lagi ada, Amira kok ma. Tadi yang nganterin Wildan pulang juga dia. Jadi untuk sekarang aman-aman aja. Ohhh iya gak usah di cariin bibi. Aku masih bisa handle semuanya sendiri. Nanti kalau aku memang butuh banget baru Wildan hubungi mama, yaudah mama tidur sana ini udah malam, ingat gula darahnya di jaga."
"Yaudah nanti kalau belum sembuh hubungi mama, stay safe ya nak."
"Everything."
"Bentar, mama mau ngomong sama Amira dulu."
Wildan menatap teleponnya bingung, kenapa juga ibunya ini ingin berbicara kepada Amira.
Tanpa berpikir lebih lama, Wildan langsung melambaikan tangannya kepada Amira mongode gadis itu agar lebih dekat dengannya.
"Ngapain bos?" tanya Amira bingung.
Wildan menutup teleponnya dengan telapak tangannya agar ibunya tidak mendengar apa yang dibicarakannya kepada Amira.
"Mama mau ngomong."
Amira mengernyitkan dahinya kemudian menerima ponsel yang Wildan berikan.
"Ada apa, Bu?"
"Kamu tolong, jagain Wildan ya, mir. Perhatikan juga makannya, tolong banget ya, nanti kapan-kapan Tante kesana. Sementara ini tolong banget ya. Wildan itu anaknya suka teledor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
Teen FictionAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...