49---ending

10.7K 374 11
                                    

Sudah sepatutnya jika merencanakan sebuah pernikahan harus benar-benar matang. Banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah kesiapan.

Kesiapan seseorang benar benar menguji nyali saat akan melangkah ke jenjang yang lebih tinggi dan serius. 

Apalagi ketika seseorang yang belum sepenuhnya siap maka, hambatan akan terus berdatangan, tapi kembali lagi pada komitmen. Apakah semuanya akan kuat menghadapinya?

"Mir, kalau gaunnya kamu srek yang mana? Aku sempet contact sama beberapa WO juga sih sebenarnya, takut salah pilih juga, mau coba ngikutin selera kamu, jadi finalnya pilihan kamu yang mana?" Tanya Wildan sambil menatap Amira yang kini duduk di sampingnya. Memperlihatkan beberapa rancangan desain baju pengantin yang sebenarnya hasil dari request Wildan yang ingin dia lihat gaun itu dikenakan oleh Amira.

"Mir?" Panggil Wildan sekali lagi.

Wildan beringsut dari duduknya, kemudian meletakkan buku yang berisi desain itu tepat di pangkuan Amira yang sedari tadi hanya diam.

"Kayaknya kamu butuh pencerahan sedikit lama untuk nentuin, It's okay, aku bakalan berangkat ke kantor. Nanti kalau udah dapat kamu tentuin mau pakai yang mana, aku akan kesini, mungkin sore." ujar Wildan.

Amira terdiam, mendengar Wildan berkata seperti itu seperti aneh ditelinga nya. Banyak yang tidak biasa dengan kalimat yang dilontarkan oleh Wildan.

Wildan menutup pintu Amira dengan pelan,. menyisakan Amira dengan perasaan aneh yang ada di dadanya.

"Apa gue  udah buat kesalahan?"

----

Hingga malam tiba, Wildan belum juga menunjukan batang hidungnya, entah kemana perginya lelaki itu sampai-sampai, tidak menepati janjinya untuk kembali lahi kesini pada sore hari.

Sejak meninggalnya Hermawan, Wildan memang menginap di salah satu hotel yang dekat dengan rumah Amira. Dan tentunya harus bolak-balik, jika Amira memerlukan suatu bantuan.

Amira tidak meminta, tapi Wildan sendiri yang menawarkan diri.

"Will ayo angkat dong!"

Sejak ponsel Wildan tidak bisa dihubungi sejak tadi sore, Amira menjadi gelisah. Karena Tidak biasanya Wildan bersikap seperti ini.

Di percobaan Amira menelpon Wildan ke-20 kalinya. Suara mobil Rubicon milik Wildan terdengar dari halaman rumahnya, Amira segera melangkah kakinya untuk keluar rumah.

"Kamu dari mana Wildan?"

"Kantor." Balas Wildan singkat.

"Aku gak disuruh masuk?"

Amira langsung tersadarkan dari lamunannya, dan menarik tangan Wildan untuk masuk kedalam rumahnya.

"Hari ini capek banget ya Wil?"

Sementara Wildan hanya menjawab dengan gumaman.

Amira paham, jika mungkin Wildan sedang capek dan sangat kesal jika Amira terlalu banyak bertanya.

"Kamu duduk biar aku ambil minum." ucapnya kepada Wildan dan langsung melenggang  menuju dapur.

Sesampainya di depan Wildan yang sedang terduduk di sofa. Amira langsung memberikan segelas air dingin. Kemudian diterima baik oleh Wildan.

Wildan meletakkan sisa air yang diminumnya di atas meja.

"Udah tentuin gaun mana kamu yang akan kamu pakai?" tanya wildan dengan pelan. Namun entah mengapa Amira merasa ini sedikit berbeda. 

Amira menggeleng.

"Belum Wil."

Wildan mengembuskan nafasnya kasar.

"Kalau dipikir-pikir, kita sebaiknya tunda pernikahan aja deh, mir. Makin kesini kayaknya cuman aku yang ectided, kamu nya enggak ada semangat sama sekali, kita gak ada timbal balik," ujar Wildan sambil

"I never expected those words to come out of your mouth Wi,"

Wildan menegakkan Tubuhnya.

"Kamu yang buat aku kayak gini mir, kamu yang bikin aku ngomong kayak gini, aku udah berusaha memahami kamu, tapi yang aku dapatkan, gak ekspect bangey apa yang aku inginkan. Apa kamu pernah mikirin aku mir?"

"Kayak rasanya aku aja  yang seneng sama pernikahan ini sedangkan kamu enggak?"

Amira mengernyitkan dahinya.

"Perkara gaun Kok dipermasalahkan sih Wil? Kan bisa dipikirkan baik-baik," Amira berusaha mencela.

"Kamu enak mir, bilang kayak gitu, aku gak pernah maksa kamu untuk menikah sama aku, dengan terburu-buru kayak gini."

"Jadi kamu nyalahin aku?" ucap Amira dengan nada yang sedikit meninggi, "aku juga gak pengen ini terjadi Wil."

"Pernikahan kita tinggal 1 bulan lagi dan kita belum apa-apa, bahkan sewa gedung aja belum! Apa semuanya harus aku?" Wildan langsung berdiri berhadapan langsung dengan Amira takut membuatnya.kelepasan.

Amira terdiam.

"Udah lah mir, kayaknya kita perlu waktu untuk sendiri, renungkan apa yang aku omongin, aku juga gak masalah kalau pernikahan ini ditunda. Dari pada lihat kamu yang kayak enggak mengharapkan pernikahan ini!" Ujar Wildan langsung berjalan meninggalkan Amira.

Meninggalkan Amira dengan rasa takut yang ada di dadanya.

"Please don't go Wil? Aku bilang berhenti, kita bisa bicarain ini baik-baik dan kepala dingin!" Teriak Amira yang mencoba menghentikan Wildan. Apapun caranya Wildan harus tetap bersamanya.

Bukan ini yang Amira harapkan? Ini bukan sepenuhnya salahnya!

*

Versi lengkap ada di ebook yaaa!

-----END-----

TERIMAKASIH YANG MASIH MEMBACA PDG SAMPAI ENDING! GIMANA ENDINGNYA, SEDIH BABGET HARUS PISAH SAMA AMIRA DAN WILDAN COUPLE KESAYANGAN AKU🤪😭😭🤟

UNTUK NEXT AKU BIKIN SPIN OFF NYA MAS RADIT BISA KALI YA? DUDA -DUDA TAPI MENGGIURKAN 😭YANG SETUJU KOMEN DISINI.

SETEIAH INI BISA LANJUT BACA OMN (OH MY NEIGHBOR) ATAU NUNGGU HARI SENIN SAAT SPIN OFF-NYA MAS RADIT LAUNCHING??

ATAU KALAU KAU CERITA YANG LEBIH FRESSH BISA BACA ( UNIVERSE)

ATAU KALAU KAU CERITA YANG LEBIH FRESSH BISA BACA ( UNIVERSE)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN DIHAPUS DULU DARI PERPUS MASIH AFA EXTRA PART!!!

SEE YOU!

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang