Amira selalu tidak bisa melupakan jasa untuk orang-orang yang selalu membantunya, termasuk Wildan.
Jasa Wildan sangatlah besar, memberinya pekerjaan, tempat tinggal dan membantu serta melindunginya.
Tentu Amira akan melakukan segalanya untuk balas budi bukan?
Dengan langkah yang yakin Amira segera naik ke lift tempat dimana kamar Wildan berada.
Amira berjalan menyusuri koridor.
Saat tiba di depan kamar milik Wildan. Amira langsung menghentikan langkahnya.
Karena ada sesuatu yang janggal, karena Amira melihat pintu kamar Wildan yang sedikit terbuka.
Saat Amira hendak memencet bel yang ada di sudut pintu. Sebuah suara mengentikan nya.
Amira memilih untuk mendekatkan telinganya pada celah pintu yang terbuka, sebenarnya ini bukan hak nya karena bisa saja dia di anggap lancang dan tidak menghargai privasi Wildan.
Tapi kali ini hatinya bersikeras untuk mendengarkan itu lebih jauh.
Persetan dengan Wildan yabg mengetahui nya.
"Tell me, Wil. Hubungan kita gak sebentar, gak cuma 1 atau 2 bulan, anggap aja yang kemarin itu ujian berat, dan kepergian aku anggap aja aku lagi coba healing dan bukan lari dari masalah.
Oke aku ngaku kalau aku salah, dengan bawa laki-laki itu ke apartemen aku waktu di Aussie, tapi itu karena terpaksa Wil. Bukannya kamu cinta banget ya sama aku?
Maka ayo Wil, kita lanjutkan hubungan ini lagi, aku akan tinggalin dia dan mari kita mulai semuanya dari awal." ucap Vivian sambil berkaca-kaca.
Ayolah, Vivian pernah berkata jika dia bosan kepada Wildan, tapi bukankah intinya hanya kadar rasa cintanya bukan?
Amira yang mendengar itu langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Benar.....
Seharusnya dia mengikuti kata hatinya, bahwa kejelasan dalam sebuah hubungan itu penting.
Gak mungkin Wildan berpaling secepat itu hanya demi dirinya dan meninggalkan wanita cantik seperti Vivian.
Come on bahkan anak bayi sekalipun bisa melihat jika dirinya tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan Vivian.
Amira tersenyum miris, dirinya hanya pegangan saat cinta wildan goyah dan tidak lebih.
Amira membuka pintu agar lebih lebar, tapi tetap memperhatikan jangan sampai Wildan menyadari kehadiran nya.
Amira melihat' Vivian yang menatap Wildan lekat. Lalu memeluknya.
"Kamu mau apa? nikah? Ayo kita nikah Aku siap nikah sama kamu. Wil. Bukannya selama ini kamu sering ngajak aku nikah, tapi karena keegoisan aku, kamu harus nunggu lama."
Wildan hanya menatap Vivian dengan datar, menatapnya terus menerus, memastikan bahwa hatinya memang bukan untuk Vivian lagi.
Namun detik itu juga Vivian mengaitkan kedua tangannya pada leher milik Wildan lalu menatapnya tajam.
"Kamu masih gak yakin tentang perasaan kamu mari Kita buktikan." ujar Vivian yang langsung mencium bibir Wildan tanpa aba-aba.
Amira yang melihat itu sontak langsung menutup mulutnya tidak percaya.
Bahkan Amira tidak sadar jika air matanya mulai menetes, satu-persatu.
Amira rasa ini sudah cukup untuk membuktikan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
Teen FictionAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...