31

5.7K 380 10
                                    

Amira mendongak ketika sebuah suara menginterupsi dirinya. Karena terlalu terkejut sampai-sampai Amira langusng mendongakkan wajahnya ke atas tepat dimana seorang pria dengan tubuh yang menjuntai berdiri di sampingnya.

"Nih..!" Ucap pria itu sambil menyerahkan camilan yang sebelumnya hendak di ambil oleh Amira.

Amira yang masih terkejut, langsung menerima camilan itu dengan hati-hati. Amira menjadi teringat dengan berita yang di siarkan di televisi yang sempat ia tonton beberapa hari yang lalu, mengenai modus kejahatan dengan menyamar sebagai orang yang terdekat lalu menghipnotis korban, dan membawa benda berharga miliknya.

Amira menelisik kondisi sekitar, ternyata suasana di supermarket cukup ramai, jadi Amira berada di posisi yang aman.

"Maaf, siapa saya?" tanya Amira sambil membenarkan rambutnya yang sempat berantakan.

"Kamu beneran gak ingat, aku mir? Aku Ken!" Ucap pria itu sambil menunjuk dirinya sendiri.

Amira mengernyitkan dahinya, "Ken?"

Pria itu mengembuskan nafasnya kasar, "Ken, tetangga kamu dulu, cowok super gendut yang jadi teman  SD kamu selama enam tahun."

Amira mendelikkan matanya terkejut, saking terkejutnya sampai-sampai Amira memegang ke dua pundak pria itu yang bahkan dirinya harus berjinjit agar matanya bisa menatap pria yang bernama ken itu dengan dekat.

"Hah? Ternyata kamu beneran Ken?! Astagaa aku kok bisa lupa ya? Aku inget banget sama tahi lalat kamu yang ada di hidung bagian kanan." Ucap Amira antusias.

"Yup, sekarang udah inget?" Tanya Ken sambil menaikturunkan kedua alisnya.

Amira kembali menurunkan kakinya yang sempat berjinjit.

"Aku udah lama banget gak ketemu kamu, ya terakhir kali waktu kamu pindah setelah ujian, habis itu kita gak ketemu lagi," ucap Amira.

Ken menarik tangan Amira, "cari cafe yang Deket sini aja yuk, banyak hal yang harus kita obrolin."

"Bentar, aku mau beli sesuatu dulu, kamu tunggu aja di kasir."

Setelah menyelesaikan pembayaran nya, Amira langsung menyusul Ken untuk menungguu di parkiran, karena memang orang yang mengantre di kasir cukup banyak.

"Masuk." Ucap Ken membukakan pintu mobilnya untuk Amira.

"Thanks you, kamu masih kayak dulu ya, Ken. Sok manis banget, buaya darat!"

Ken yang mendengarkan itu langsung mengedikkan bahunya acuh.

Ken dan Amira memilih cafe yang tidak jauh dari  Supermarket.
***

"Jadi kamu kesini ngapain? Liburan atau emang pekerjaan kamu disini?" Tanya Amira sambil melipat tangannya di atas meja.

Ken menyadarkan tubuhnya pada kursi, "ada proyek baru disini, kebetulan besok baru penandatangan kontrak sih sama perusahaan konstruksi yang ada di sini." Jawab Ken.

Amira mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Kalau Kamu kesini ngapain? Kemarin aku sempat main kerumah kasih kejutan ke kamu, ehh malah yang terkejut aku sendiri." Ucap Ken sambil terkekeh.

Amira mengedikkan bahunya, "lah kok bisa?"

"Aku kemarin di kabarin sama si Devi, inget Devi kan sepupu aku, katanya kamu mau nikah bulan ini, aku kaget Dong, aku langsung ke rumah kamu,  di Minggu selanjutnya, tapi malah ternyata adik kamu yang nikah, syukurlah deh kalau kayak gitu." Ucap Ken sambil melambaikan tangan kepada salah satu pelayan yang ada di cafe.

"Iya bener adik gue yang nikah, tapi hasil nikung."

"Kok syukurlah sih? Jadinya aku di langkahin Adek aku dong,"

"Btw gue baru tahu waktu kemarin ke rumah kamu, ternyata om Hermawan nikah lagi."

"Iya sejak aku SMP kslas 2,"

Ken mengangguk-anggukan kepalanya lalu, memanggil salah satu karyawan untuk memesan makanan
"Milk shake strawbery dua sama waffle dua," kata Ken sambil melirik Amira, "selera kamu masih sama kan?"

Amira mengangguk, mengiyakan ucapan Ken, sebenarnya Amira sangat malas dengan makanan itu, karena dengan memesan makanan yang seperti itu justru membuat Amira semakin teringat dengan Bayu.

"Kamu masih inget, Ken?"

"Ya masih lah,"

Ken menegakkan Tubuhnya, gesture tubuhnya menunjukan bahwa dia berniat untuk berbicara serius.

"Kemarin waktu aku k e rumah kamu, kata papa kamu, kamu lagi liburan di Lombok, tapi ternyata kamu di Jakarta, kok bisaa om Hermawan gak tahu kalau kamu lagi di Jakarta?" Tanya Ken penasaran, masalahnya saat dia berkunjung ke rumah Amira, banyak hak aneh yang terjadi salah satu sikap aneh yang di tunjukan oleh orang tua Amira dan jangan lupa adik  tiri Amira yang tampak murung.

"Serius? Papa bilang aku ke Lombok?"

"Iya om Hermawan bilang kayak gitu, Jadi aku gak jadi main kerumah kamu, canggung banget rasanya." Ucap Ken dengan jujur memang selama di rumah Amira, Ken merasa jika kehadirannya tidak di inginkan atau lebih merasa jika dia di abaikan oleh seluruh penghuni rumah.

Amira mengangguk paham, mungkin ayahnya ingin menutupi bahwa sekarang Amira sedang melarikan diri karena patah hati. Dan memalukan keluarga.

"Kenapa kamu gak bilang sama om Hermawan kalau kamu di Bandung?"

"Enggak ada apa apa sih sebenarnya tapi aku pengen  refresing sebentar, kamu jangan bilang ke siapa- siapa ya kalau aku ada di Bandung "

"Siap!"

"Kamu disini nginep dimana?" Tanya Ken sambil menatap Amira dengan lekat.

"Nginep di apartemen temen aku, sih sebenernya," Amira merutuki kebodohannya dengan mengucapkan hal yang seperti ini, dirinya ingin minta maaf kepada Wildan karena se- enaknya menganggap bos nya itu temannya, derajat Amira tidak setinggi itu.

Amira menatap Ken dengan lekat, banyak yang berubah dari pria itu, alisnya semakin tebal apalagi tubuhnya juga  semakin berotot, dan jangan lupakan dengan tingginya yang jauh diatas Amira.

Ken yang menyadari jika Amira memandanginya terus menerus menggoyangkan tangan Amira dengan lembut yang Amira lipat di atas meja.

"Kamu ngelamunin apa, mir? Sampek makanan datang kamu gak sadar."

Amira tersadar dari lamunannya, lalu terkejut dengan keberadaan pesanan mereka yang tiba-tiba  sudah di atas meja.

"Kapan datangnya, kok aku gak nyadar?"

"Dari tadi, kamu makan yang kenyang ya mir,"

"Please deh Ken, aku bukan anak kecil."

****

Wildan mondar mandir di dalam apartemen nya, lebih tepatnya apartemen yang kini di tempati Amira.

Wildan sudah menyusul Amira di supermarket tapi nihil gadis itu tidak ada di sana, bahkan Wildan sudah mencari di dua supermarket lainnya yang berada di sekitar nya tapi tetap saja nihil.

Bahkan Wildan sudah menelpon Amira beberapa kali tapi gadis itu tidak kunjung mengangkatnya.

Wildan menjatuhkan dirinya di atas sofa, lalu mengusap rambutnya dengan kasar.

Wildan beranjak dari duduknya, dan segera keluar dari apartemen nya untuk segera mencari Amira.

Sesampainya di loby, Wildan melihat sebuah mobil hitam berhenti di depannya.

Wildan menghentikan langkahnya sebentar, tapi detik itu juga Wildan merasa sangat terkejut ketika melihat siapa yang keluar dari mobil bewarna hitam itu.

"Itu kan, Amira? Dia sama laki-laki?"

****
Setelah banyak pertimbangan akhirnya part ini update juga. Gimana tanggapan nya tentang part ini?

Terimakasih telah membaca cerita please don't go! Jangan lupa untuk vote dan comen! See you!

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang