16

6.5K 470 8
                                    

Selamat membaca cerita please don't go!!! Jangan lupa baca dan vote ya cyin.

🦋🦋🦋🦋

****

Mungkin untuk sebagian orang sangat mudah untuk mencari sebuah topik pembicaraan yang tepat atau setidaknya pembicaraan yang bisa membangkitkan suasana, setidaknya tidak merasa canggung sedikitpun, tidak seperti Amira yang dari lahirnya sudah ditakdirkan sebagai orang yang selalu gagal mencari topik  dan langsung dihadapkan  dengan mamanya Wildan, Dewi.

Saat ini Amira sedang berada di halaman belakang rumah pak Hartono, dibelakang rupanya masih terdapat halaman yang sangat luas dan  terdapat satu set meja dan kursi di tengah tengahnya, mungkin disiapkan untuk berkumpul dengan keluarganya. Terdapat juga sebuah tikar yang ada di sampingnya.

Yang tidak ada di ekspetasi Amira sama sekali adalah sikap pak Hartono yang rupanya beliau sangat ramah, bahkan sempat menanyakan beberapa hal kepada Amira karena mungkin Amira yang terlalu diam.

Amira beserta Wildan dan tentunya dengan mama papanya berkumpul di sebuah tikar yang tidak terlalu besar untuk mereka berempat.

Entah perasaan Amira atau emang dasarnya suka suudzon sama orang, mamanya Wildan ini lihatin Amira dari mereka  datang sampai sekarang.

Amira yang merasa di tatap seperti itu hanya sekali mengangguk dan tersenyum.

"Jadi kamu sekretarisnya Wildan? Bukan pacarannya?" tanya pak Hartono.

Amira hanya mengangguk dan tersenyum sebelum dia berkata, "iya pak, saya sekretarisnya bos wildan kebetulan saya satu rum__"

"Maksudnya Amira, kita satu kompleks, nah kos Amira itu  dibelakang perumahan nya Wildan gitu, "ucap Wildan sambil menatap Amira, tapi tatapan ini terlihat' seperti mengingatkan atau menekan sesuatu.

Amira hanya memandang Wildan dengan tatap bingung.

"Lah??"

"Iya kan mir?"

"Iya kok pak, Bu." Akhirnya Amira membenarkan ucapan Wildan pasti bos nya itu emang mempunyai niat yang tersembunyi.

"Rumah aslinya emangnya ada di mana?" tanya Dewi (mamanya Wildan)

Jantung Amira udah dugun dugun gak jelas, mendengar pertanyaan yang di lontarkan wanita paruh baya itu.

"Bandung, Bu."

"Kebetulan saya punya sahabat di Bandung tapi udah lama gak kontekan, denger kamu dari Bandung, saya jadi kangen sama dia " Ucap Dewi sambil meringis pelan.

Amira hanya tertawa canggung.

Pak Hartono juga ikut tertawa, "kami dulu sekeluarga pernah tinggal di Bandung, ya tepatnya masa muda kami lah, ini saya ketemu sama mamanya Wildan juga di bangku kuliah, setelah menikah kami pindah ke Jakarta dan akhirnya menetap di Bogor sampai sekarang."

"Udah lama jadi sekertaris nya Wildan?" tanya Dewi.

"Baru sebulan Bu."

"Panggil saya Tante, tapi kalau saya lagi berkunjung ke kantor panggilnya Bu." ucap Dewi ramah entah kenapa aura mengintimidasi dari wanita cantik paruh baya ini sudah hilang Amira dapat merasakan aura positif yang keluar dari obrolan yang singkat ini.

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang