Happy reading!***
"kalau kamu suapin bisa-bisa saya udah kenyang duluan." Oke Wildan tidak cukup bodoh untuk mengatakan hal itu.
"Kamu makan sendiri, aja mir. Kamu pasti juga lapar." Ucap Wildan sambil mengambil potongan martabak yang sudah Amira pindahkan ke piring.
Amira mengangguk, kemudian Amira memakan martabak nya dengan lahap, bahkan tanpa memedulikan image nya di depan Seorang pria maskulin seperti Wildan.
"Kamu kayak gak makan setahun, mir." Ucap Wildan di akhiri dengan kekehkannya.
"Waktu bos berangkat ke kantor, saya langsung tidur, sampai sore baru bangun wajar kalau perut saya keroncongan," jawab Amira.
Wildan terkekeh, "mir saya dapat tawaran jadi model produk saya sendiri, kira-kira saya tolak apa Terima ya?" tanya Wildan.
Amira menghentikan kegiatannya dan menatap Wildan dengan dahi Yang berkerut, "siapa yang mau jadiin bos model?"
"Saya ini ganteng Lo mir, apalagi saya juga berkharisma, tapi kamu nya aja yang gak nyadar, sebenarnya belum ditentukan juga sih siapa yang bakalan jadi model wanitanya, soalnya konsepnya masih abu-abu, rencananya sih bakalan launching dua bulan lagi, perusahaan juga harus benar-benar cari model yang tepat," jelas Wildan.
"Kenapa gak pacarnya, bos aja? Kan dia juga model, siapa tahu chemistry nya dapat karena sama kayak dunia nyata," ucap Amira.
Wildan menatap Amira dengan tajam, "kamu buat mood saya berantakan mir."
💌💌💌
Wildan berlari menuruni tangga, rasanya dia ingin mempunyai pintu Doraemon agar cepat sampai di paviliun milik Amira, bagaimana tidak kedua orang tuanya itu, tiba-tiba mengabari nya jika mereka akan tiba dua jam lagi, dan itu cukup membuat Wildan kalang kabut. Padahal nyawa Wildan juga belum sempat terkumpul, karena tidur terlalu malam.
Wildan berlari menuju paviliun Amira, sesampainya di sana Wildan langsung mengetuk pintu paviliun Amira dengan keras.
"Amiraaaaaa bangun!" teriak Wildan dengan keras.
Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari dalam paviliun, akhirnya Wildan memukul pintu lebih keras. Dan sesekali memencet bel yang ada di sebelah pintu.
Wildan mengembuskan nafasnya kasar.
Amira yang baru bangun tidur tentu dibuat bingung oleh Wildan yang tiba-tiba datang ke paviliun nya dengan terburu-buru seperti ini.
Dengan mata yang masih belum terbuka dengan sempurna, Amira membuka pintu dan cukup terkejut ketika melihat Wildan yang sudah ada di depannya..
"Mama sama papa dua jam lagi sampai di sini, mir. Kamu cepetan beresin barang kamu, saya bisa kena amuk kalau ketahuan bawa cewek tinggal di rumah, bisa-bisa mama sama papa salah paham sama kita," jelas Wildan panjang lebar.
Amira masih berusaha untuk mengumpulkan seluruh nyawanya, kemudian berkata, "mustahil kalau saya siapin seluruh barang barang saya selama dua jam ini bos, terus saya tinggal dimana?"
Wildan mengatur kembali nafasnya kemudian berpikir, kasian juga Amira ditinggal dan di suruh mencari tempat tinggal sendirian
"kan ada Fifi mir.""Masalahnya kartu aksesnya si Fifi di bawa dia, kan dia ada di rumah orang tuanya, mau minta pihak apartemen juga pasti susah."
"Bentar .....saya gak punya waktu lebih lama lagi," ucap Wildan sambi mondar-mandir memikirkan cara agar Amira bisa mendapatkan tempat tinggal dengan cepat, ini salahnya juga sih terlalu nyaman dengan Amira hingga jadi kalang kabut kayak begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
Teen FictionAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...