Jangan lupa tekan bintang di pojok bawah sebelum baca
🦋🦋🦋
"Gak mau deketan bos, takut ada yang Dateng, saya ini cuman sekretaris nanti dikira yang aneh-aneh ya, saya gak mau saya masih pengen kerja dengan tenang di kantor ini tanpa hambatan dan gangguan apapun." ucap Amira sambil mendengus kesal, kemudian mengambil salah satu gorengan yang ada di pangkuan Wildan.
Wildan memutar bola matanya malas kemudian hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Gimana tadi, karyawan itu udah minta maaf sama kamu?" tanya Wildan.
Amira mengehentikan kegiatan mengunyahnya, kemudian menengok kearah Wildan "ngapain mereka minta maaf, mereka gak salah kok mereka cuman ingin Deket sama sama, tapi saya nya aja yang menutup diri karena malu untuk berinteraksi, atau sekedar ngajak kenalan mereka, wajar kalau mereka mikir yang aneh-aneh tentang saya. Itu juga hak mereka mau menilai saya dari mananya, dan saya juga. Gak keberatan selama saya gak tahu."
Wildan mengangguk paham, ternyata Amira memiliki pemikiran yang sangat luas dan itu menambah list kehebatan Amira dihadapannya.
"Nanti kita ada kerja lembur mungkin bisa pulang jam 8 malam," Ucap Wildan.
"Kok mendadak banget, bos?"
"Gak penting juga kasih tahu kamu dari awal,"
Dan itu adalah jawaban paling mengesalkan yang pernah Amira dengar.
*****
Ternyata dugaan Wildan salah, mereka tidak jadi lembur, entah alasan apa yang membuat Wildan membatalkan untuk kerja lembur, mungkin kondisi Wildan yang kurang fit. Wildan merasa jika ada yang aneh dengan tubuhnya, tubuhnya terasa sedikit menggigil dan suhu tubuhnya meningkat yang membuat dirinya berkeringat.
Wildan menghampiri Amira yang masih duduk di meja kerjanya.
"Mir, gak jadi lembur pulang aja, nanti di jalan beliin saya bubur, saya gak enak badan." ucap Wildan memberi tahu.
Amira mengernyitkan dahi, "bos, sakit?"
Wildan mengangguk, "mungkin."
Amira segera beranjak dari duduknya, kemudian segera membereskan barangnya yang cukup berserakan, dan memindai semuanya ke dalam tas nya.
"Ayo bos kalau gitu cepetan pulang, biar bisa langsung istirahat."
Wildan mengangguk, membenarkan yang diucapkannya oleh sekretarisnya itu.
Wildan berjalan mendahului Amira, sementara Amira mengikuti tepat di belakangnya.
*
****
Ketika sampai di rumah, Wildan langsung membanting tubuhnya di sofa ruang tamu, sedangkan Amira memilih untuk berjalan ke dapur, untuk membuatkan Wildan bubur. Sepanjang perjalanan Wildan dan Amira mencoba untuk mencari penjual bubur ayam tapi hasilnya nihil mereka tidak menemukannya sama sekali, akhirnya Amira mengusulkan bahwa dia yang akan membuatkan bubur untuk bos nya itu.
Jika boleh Amira menduganya, mungkin yang menjadi penyebab Wildan sakit adalah karena perjalanan ke Bogor kemarin. apalagi cuaca di sana cukup dingin, yang menyebabkan tubuh Wildan merasa kaget dan berakhir demam seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
JugendliteraturAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...