Sebelum baca jangan lupa vote, okayyy.
******
"Siapa yang berani ganggu kamu, mir, bilang sama saya!" Setelah mendengar gumaman Amira yang mengatakan jika dirinya di ganggu oleh karyawan lainnya, sukses membuat Wildan marah, bukan karena Amira, tapi karyawan yang Sok berkuasa yang berani menindas karyawan baru seperti Amira yang bahkan tidak tahu apa-apa.
Amira menggeleng, "kalau saya bilang, semuannya pasti akan tambah runyam, semua orang pasti tambah benci sama saya." Ucap Amira.
Perlahan sudut mata Amira mengeluarkan air mata.
Tanpa berpikir panjang Wildan langsung mengangkat tubuh Amira, dia harus membawa Amira kerumah sakit.
"Suhu badan kamu tinggi banget, kita ke rumah sakit sekarang!"
Amira tidak berdaya untuk menolak Wildan, bahkan untuk sekedar membuka matanya rasanya Amira tidak kuat.
Ketika mengangkat tubuh Amira, Wildan merasa jika ada yang salah dengan pakaian yang di kenakan oleh Amira, ternyata pakaian Amira basah kuyup, kenapa Wildan tidak menyadari ini? Seharusnya Wildan bisa melihat itu sejak Amira pulang dari kantor.
"Baju kamu basah, mir, kamu ganti baju sendiri, masih bisa kan?" tanya Wildan dengan berbisik ke arah telinga Amira.
Karena mungkin Amira sudah terlalu lemah, jadi Amira tidak membuka matanya sama sekali, bahkan untuk mendengar ucapan Wildan rasanya tidak mungkin.
Wildan yang frustasi karena memikirkan bagaimana caranya dia mengganti baju Amira yang basah bahkan seprai yang ada di kasur yang di tempati Amira juga turut basah. Ingin meminta bantuan kepada tetangganya rasanya juga musthail karena perumahan Wildan hanya di isi oleh orang yang super duper sibuk yang biasanya sangat jarang di rumah.
Wildan menutup matanya rapat-rapat, "maaf ya, mir saya gak maksud.saya gak lihat kok."
****
Amira membuka matanya perlahan, saat matanya berhasil terbuka yang dia lihat pertama kali adalah Afin bewarna putih dan ruangan yang bau obat, Amira yakin jika dirinya sekarang sedang berada di rumah sakit.
Amira menengok ke arah samling, Amira terkejut di kala dia melihat Wildan tidur di kursi yang ada di Samping brankar yang dia tempat.
Jujur Amira sangat merasa haus, Amira menengok ke arah nakas yang ada di samping brankarnya, lalu memiringkan tubuhnya untuk mencapai gelas yang berada di atas nakas yang di sampingnya, namun hasilnya nihil tangan Amira tidak cukup panjang untuk mencapai nya.
Wildan yang merasa ada pergerakan di sampingnya pun, mendongakkan kepalanya, terkejut dengan Amira yang sudah bangun dan memaksakan tangan yang kecil itu mengambil air yang ada di seberangnya.
Wildan beranjak dari duduknya dan mengambil air tersebut, "kalau butuh minum bilang mir , jangan sungkan sama saya." Wildan memberikan air itu kepada Amira.
Amira meminum air itu hingga tersisa setengah. Lalu memberikannya kembali kepada Wildan.
"Gimana udah, baikan?" tanya Wildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
Teen FictionAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...