13

6.7K 451 3
                                    

Selamat membaca cerita please don't go, yang biasanya gak pernah vote, mulai sekarang biasakan vote ya cyin.

****

Kemudian Wildan menengok kearah asistennya itu, "gimana? Gimana pertemuan kamu sama temen kamu yang baru, baik banget kan orangnya?"

Amira mendengus kesal, kemudian mengalihkan pandangan nya ke jendela, "biasa aja pak gak ada yang serius, ya sekedar ngobrolin tentang masalah wanita, pokoknya ya ngobrol biasa, pengalaman bekerja dan lain-lain,"

Wildan menanggapi ucapan Amira, seolah dia tidak tahu yang sebenarnya.

"Syukurlah kalau begitu, saya kira Mereke akan Kepo tentang urusan pribadi saya, dan jadiin kamu kambing hitam,  tapi mungkin saya yang suka negatif sama  orang lain, mereka mungkin sudah berubah." Ucap Wildan.

Amira menenguk ludahnya kasar, berarti Wildan melarangnya bertemu dengan kedua orang itu karena memang Wildan sudah tahu jika Mayang dan Anna adalah salah satu mata mata yang patut diwaspadai,  Amira menyesal karena telanjur berbohong.

"Sebenarnya tadi memang begitu, bos, Anna sama Mayang maksa saya buat jadi informan mereka, saya gak mau karena ini diluar kerjaan saya, saya takut kena masalah," jelas Amira, dia harus mengungkapkan semua ini daripada dia dikira Wildan berteman dengan Mayang dan Anna yang justru membuat Wildan curiga kepadanya karena sudah menjadi informan info pribadi Wildan.

Wildan mengangguk kemudian dia tersenyum, "kamu tahu, kenapa saya kemarin ganti sekertaris?"

Amira menggeleng..

"Sekertaris saya itu gak ada yang perempuan, ada nya laki-laki. yang  terakhir kemarin itu namanya Andi,  singkatnya cerita si Andi itu didekati sama si Mayang ya kayak, Andi itu dimanfaatin sama si Mayang buat  jadi informan yang hampir terjadi sama kamu tapi bedanya ya dengan samaran "pdkt"dan akhir bulan kemarin tepatnya sebelum saya rekrut kamu,  dia ketahuan kalau dia nyebarin gosip saya kalau saya dekat sama model sama si Mayang dan itu sempat jadi perbincangan hangat di kantor, si Andi nya aja goblok bukannya sekedar dekat tapi malah udah pacaran," jelas Wildan sambil terkekeh geli mengingat kebodohan sekretarisnya itu.

"Terus akhir nya gimana nasib sekretaris itu bos" tanya Amira penasaran.

"Mungkin dia tahu kalau saya, sudah tahu akal bulus nya si Andi itu, jadi begitu dia tahu kalau saya tahu dia langsung ngajuin resains, dan begitu dia keluar dari perusahan Mayang udah gak ngejar ngejar dia lagi," ucap Wildan.

"Kenapa Mayang gak dipecat aja, bos, itu gak terkesan meneror, ya?" tanya Amira penasaran, kalau dia yang jadi bos dia tidak akan menolerir kesalahan atau tindakan yang diperbuat oleh Mayang itu sudah termasuk tindakan yang mengganggu orang lain.

"Mayang itu sudah berkontribusi di perusahaan udah hampir lima tahun ini, gak ada alasan yang pasti buat saya mecat dia, yang penting hal pribadi saya gak akan nyampe ke mereka sampai kapanpun," ucap Wildan yakin.

Amira mengangguk memilih untuk mendengarkan ternyata Mayang dan Anna bukankah orang yang tepat untuk diajak bermain-main.

"Gimana hubungan bos sama model yang bos bicarakan tadi, yang katanya pacarannya si bos?"

"Bisa gak. gak usah bahas yang satu itu?" Tanya Wildan yang tiba-tiba sewot.

Amira mengernyitkan dahinya kemudian dia mengangguk, benar kata Fifi jika Wildan dan Vivian sudah tidak ada hubungan lagi jadi Wildan agak sensitif dengan topik yang satu itu.

"Kamu udah makan?" tanya Wildan.

Amira menggeleng keras.

"Belum bos."

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang