Selamat membaca cerita please don't go. Jangan lupa vote dan comen!!!
*****
Baru juga setengah perjalanan, rasanya udah kayak satu hari nongkrong di mobil, badan kebas semua apalagi pantat, rasanya yang udah panas, udara dingin banget semenjak masuk tol.
Amira duduk di samping Wildan di bangku belakang, dengan jarak sekitar cukup untuk diduduki oleh satu orang, mau deket-deket juga gak boleh masih ingat dosa.
Amira menghembuskan nafasnya pelan, sambil meremas tangannya pada rok dasar selututnya, ini benar benar dingin. Mana Amira lupa membawa jaket, jangankan membawa jaket, bahkan dia tidak sempat membawa apapun, hanya pakaian yang melekat pada tubuhnya.
Amira menggosokkan kedua telapak tangannya berharap rasa dingin ini berkurang, Amira melirik sebentar kearah bos nya yang menghadap ke jendela sambil bersedekap dada.
Bos yang habis kekenyangan makan, ya langsung tidur mau apa lagi, memperdulikan Amira begitu? Jangan harap, Wildan tertidur hampir sepanjang perjalanan tepatnya sejak masuk tol. Mengesalkan bukan? Pria itu bahkan tidak merasa kedinginan sedikit pun, orang Jass mahal yang super tebel, mana mungkin angin Bogor bisa tembus? Berbeda dengan Amira yang hanya menggunakan kemeja tipis yang dia beli dengan gaji pertamanya.
Amira melirik sebentar ke arah pak Adi yang fokus menyetir, malam malam begini harus extra fokus memang.
"Pak emangnya, jarak Kebayoran baru sampai Bogor berapa lama?" tanya Amira penasaran setidaknya dia akan memperkirakan mereka kapan akan sampai dan memperbaiki penampilan, apalagi Amira belum mandi, terakhir kali dia mandi ya tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, gimana mau mandi mereka saja belum sempat pulang.
"Satu jam, mbk. ini keluar tol, terus Sampai." Jawab pak Adi.
Amira hanya mengangguk berarti tinggal sebentar lagi mereka akan sampai.
Amira membawa tangannya dan memeluk dirinya sendiri. Amira ingin bertanya kepada pak Adi tapi terus ia urungkan merasa tidak enak dengan ucapan yang masih nyangkut di tenggorokannya ini.
Amira menghembuskan nafasnya pelan, "ada jaket enggak pak? Apa- apa gitu pak? Kain juga gak papa kok, dingin banget soalnya." tanya Amira ragu-ragu.
"Wahhh pasti mbk Amira kedinginan, ya? Emang kalau jam segini suhunya lagi turun turunnya, jadi dingin banget, tapi maaf mbk, saya gak ada jaket apa baju yang lainnya, ya..yang saya bawa cuman baju yang melekat ini, coba tanya pak Wildan, pak Wildan dia ada enggak?" Saran pak Adi.
Amira menggeleng, "enggak pak, bos udah tidur gak enak mau gangguin "
Pak Adi mengangguk setuju, "waduh gimana ya mbk, pasti udah kedinginan banget ya?"
Amira hanya tersenyum kaku. Lalu kembali memeluk dirinya dan bersandar pada kursi dan menatap keluar jendela.
Wildan yang merasa tidurnya sedikit terganggu karena entah ada suara apa yang masuk kedalam telinga, seperti kebisingan, bahkan namanya ikut terpanggil. Wildan terpaksa harus membuka matanya, dia sangat mengantuk apalagi cuacanya bagus banget buat tidur Wildan yang akhir-akhir ini jadwal tidur yang benar-benar berantakan karena lembur.
Wildan membuka matanya dan meregangkan otot-ototnya, lalu menengok ke arah samping kirinya, berusaha untuk menajamkan penglihatannya, terkejut melihat Amira tertidur sambil memeluk dirinya sendiri.
"Amira udah tidur dari tadi?" tanya Wildan kepada pak Adi.
"Ohh barusan pak, tadi habis nyari kain buat selimut katanya kedinginan," jawab pak adi.
Wildan terdiam sebentar, bukannya apa apa sih tadi emang awalnya niatnya mau nikmati. Perjalanan ke Bogor tapi gak tahunya malah cuacanya enak banget, salahkan saja matanya Wildan yang gak bisa nahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
Teen FictionAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...