Selamat membaca cerita please Don't go.
Jangan lupa untuk tekan bintang sebelum baca, agak maksa ini wkwkwk
🦋🦋🦋🦋"Agak munduran, dikit, Mir. Jelek nanti kalau gaya kamu agak nunduk kayak gitu, kamu itu belum tua jadi jangan bungkuk, agak ke samping kepalanya hadap ke atas." ucap Wildan sambil mengarahkan berbagai gaya yang pas untuk foto Amira, ya. Dia sedang memotret Amira. Gadis itu sibuk ingin memberi foto profil Instagram barunya karena Poto profil nya yang masih melompong.
"Saya gak srek, sama gayanya bos! Itu norak banget, ini aja udah gaya yang terbagus era sekarang ini," ujar Amira sambil mendengus sebal, mereka sudah hampir menghabiskan satu jam sendiri hanya untuk mengambil foto yang terbagus, tapi amira dan Wildan selalu berbeda pendapat.
"Kamu nya jangan Sok pintar, saya pernah belajar fotografi loh!" ujar Wildan yang sudah kesal.
Amira akhirnya mengalah, ia menuruti Wildan, "kayak gimana gayanya?"
Wildan tersenyum, "badan kami kesamping, terus wajah kamu hadap kesini biar eksotis."
Amira mempraktekan apa yang Wildan arahkan.
"Bukan kayak gitu, Mir!" Karena Wildan yang sudah terlanjur kesal akhirnya dia sendiri yang menghampiri Amira yang berjarak 7 meter dari tempatnya berdiri.
Wildan mendengus sebal kepada Amira, "ini kalau dalam sejarah, gak ada loh, yang namanya bos tapi jadi kacung karyawannya ."
Amira hanya memutar bola matanya malas, "hello, mohon maaf bos Wildan yang terhormat, ini lagi di luar kantor jadi gak ada istilah bos dan karyawan saya revisi kalimatnya."
Wildan menatap tajam ke arah Amira.
"Tapi kamu berangkat ke sini, dalam konteks pekerjaan " ujar Wildan tidak mau kalah.
Alis Amira bertaut, "yang mana pekerjaannya, gak ada meeting ataupun yang lainnya, jadi ini bukan dalam rangka pekerjaan dong."
Wildan mengacak rambutnya frustasi, "Yaudah gak usah dibahas lagi, cepetan kamu bergaya, ini udah mulai panas."
Amira mengangguk, ternyata berdebat dengan Wildan cukup menguras tenaganya.
Amira kembali berpose sesuai apa yang di arahkan Wildan, "kayak gini?"
Wildan menggeleng, kemudian tangannya memegang tangan bahu Amira untuk mensejajarkan tubuh Amira yang kurang simetris lalu memegang telinga Amira untuk memutar kepala sekretarisnya itu agar mengarah sesuai arah yang dia inginkan.
Amira menengok ke arah Wildan, "nanti muka saya gak kelihatan kalau saya pose kayak gini, yang kelihatan cuman badannya aja."
Wildan menggengam tangannya sendiri dengan geram.
"Amira, ini kan foto buat profil, jadi kalau muka nya yang kelihatan Selfi aja gak usah foto, saya mau pulang." Ujar Wildan yang sudah sangat kesal dengan Amira.
Amira mendengus pelan, "Yaudah ini cepetan foto!"
Wildan mengangguk, kemudian melangkahkan mundur menuju tempatnya semula.
"1....2...3."
Wildan akhirnya bisa mengambil foto Amira dengan sempurna betul-betul sempurna, foto akira terlihat sangat natural .
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go! [end]
Novela JuvenilAmira kabur dari rumah setelah merasakan patah hati yang luar biasa karena tunangannya (Bayu) berselingkuh dengan adik tirinya (Monica). Amira memutuskan untuk keluar kota, keluar dai zona patah hatinya. **** Amira memutuskan untuk pergi keluar...