7

7.5K 536 5
                                    

Selamat membaca cerita please don't go!!!

***

Sudah menjadi rutinitas setiap hari jika Amira harus bangun lebih pagi dari jam bangunnya saat dirumahnya dulu, tentu sangat berbeda jauh jika dulu dia akan bangun jika asisten rumah tangga nya membangunkan dirinya, jika tidak dia akan bangun jika sudah dirasa tidur panjangnya sudah cukup, tapi lihatlah sekarang, memang pribahasa jika roda itu pasti berputar nyatanya itu memang benar, sekarang Amira dituntun untuk lebih dewasa.

Amira harus bangun pagi dan menyiapkan makanan super sehat untuk Wildan yang katanya pagi ini ada rapat yang super penting.

Perlu digarisbawahi ini adalah hari pertama Amira menjabat sebagai asisten Wildan di kantor, jujur Amira sangat gugup, bagaimanapun dia tidak mengenal orang disana, dan dia adalah tipikal orang yang sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, contohnya sekarang dia harus bangun pagi karena itu di luar kebiasaan nya alhasil hal itu membuatnya pusing, bahkan sampai berkunang-kunang.

Amira pagi ini membuat capcai dengan irisan wortel yang sangat banyak sesuai permintaan bos besarnya itu, karena seringnya di kantor dan berhadapan dengan komputer membuat matanya menjadi tidak sehat, dan Wildan adalah orang yang sangat memperhatikan tentang kesehatan.

Amira menyusun makanan yang sudah ia siapkan diatas meja makan, dan dia berniat untuk memberitahh Wildan bahwa makanan sudah siap, sebenarnya Wildan sudah bangun dari tadi tapi emang dasarnya laki-laki.

Amira berjalan menaiki tangga dan berlanjut dengan mengetuk pintu dengan sedikit pelan, dan benar saja Wildan keluar dengan menggunakan kemeja hang masih berantakan bahkan rambut pria itu belum ia sisir, dan dasi yang masih terpampang manis di bahu sebelah kiri.

Emang dasarnya Amira, wanita yang habis patah hati disuguhi pemandangan pria dewasa tampan tampang bos nya ini, siapa yang gak mleyot cobak.

"Sarapannya udah siap bos," ucap Amira hendak langsung pergi karena dia juga perlu siap siap.

Wildan mengangguk namun sesaat kemudian dia langusng tersadar bahwa dia membutuhkan Amira untuk membantunya, "Mir, bantu saya masang dasi, sama sisir rambut, model rambut kayak gimana yang menurut kamu membuat saya tambah ganteng, bisa kan? Saya gak bisa k fokus kalau lagi buru-buru kayak gini, jatuhnya nanti semuanya berantakan." ucap Wildan.

Amira mengangguk dan ikut Wildan masuk ke dalam, Wildan berdiri tepat di depan Amira, Amira mendongakkan kepalanya dan menatap Wildan yang masih fokus menatap pantulannya di cermin.

Amira langsung mengambil dasi yang ada di bahu Wildan dan mulai memasangnya dengan perlahan berbekal dengan ingatan nya semasa SMA, semoga saja dia masih ingat.

Wildan melihat kebawah, lebih tepatnya melihat wajah fokus Amira yang sedang memasang dasi untuknya. Amira sangat berbeda sangat berbeda dengan Vivian.

"Kira-kira kamu yang pendek apa emang saya yang terlalu tinggi?" tanya Wildan mencoba meledek Amira, dia ingin melihat asisten nya itu.

"Di Indonesia saya termasuk standar tinggi yang pas, jadi bos bisa tahu jawabannya," jawab Amira dengan cepat, emang sudah ketebak sih kalah bosnya ini ingin mempermalukannya pakai alasan membawa-bawa tinggi badan lagi, padahal tinggi Amira ini sangat pas meskipun masih kalah dengan tinggi seorang pramugari.

Wildan ternganga, bisa-bisanya si Amira kepikiran buat jawab kayak gitu, bahkan tidak ada raut kesal Di wajah asisten nya itu, Wildan jadi heran spesies apasih asistennya itu.

Setelah selesai Amira menyuruh Wildan untuk duduk di kursi didepan meja rias, agar memudahkan Amira menata rambut bosnya itu.

"Kalau dimiringkan kekiri semua kayaknya jelek, deh kelihatan tua banget," ucap Amira.

"Seterah kamu yang penting saya ganteng, dan gak mengecewakan fans saya." ucap Wildan.

Amira masih mendengus kesal, berbekal dia dulu pernah bekerja sebagai asisten perancang busana tentu dia juga banyak tahu tentang gaya rambut untuk para model.

Amira menyentuh rambut wildan, "ini saya saranin tengahnya agak ditebelin jangan gondrong kayak gini, kelihatannya bos umur 37, besok deh saya cari referensi potongan yang bagus, biar kelihatan lebih fresh, sekarang saya rapiin pakai spray biar lebih rapi," ucap Amira.

Wildan hanya mengangguk dia jujur tidak paham apa yang wanita itu katakan kepadanya, jujur selama ini dia hanya memakai Pomade tak ada yang lain.

Setelah berhasil merapikan rambut wildan, Amira menghembuskan nafasnya lega.

Wildan kembali berkaca memastikan Tatanan rambutnya tidak mengecewakan dan cocok untuk dia bawa ke kantor dan meeting dengan orang- orang penting.

"Kamu siap-siap sana, saya tunggu dibawah sambil sarapan," ucap Wildan sambil memakai jass nya yang ia letakkan di kasur.

"Ohhh enggak papa bos, saya naik taksi aja." ucap Amira.

"Gak usah sekalian aja, searah. kamu tahu kan hari ini jadwal saya sibuk banget, gak lucu kalau kamu terlambat DI hari pertama kamu kerja, untuk hari ini kita bareng hari selanjutnya baru kamu sendiri," jelas Wildan.

Amira mengangguk kemudian berjalan agak cepat menuju paviliun nya dan bersiap-siap.

****

Amira menginjak kan kakinya di perusahaan milik Wildan, ternyata benar perusahan ini sangat besar mungkin empat kali lebih besar dari perusahaan ayahnya.

Amira menjaga jarak dengan Wildan karena dia sadar dirinya hanya asisten. Mereka memasuki lobby dan semua karyawan menundukkan kepalanya hormat dan di balas dengan senyuman segaris milik Wildan, sontak itu membuat pegawai perempuan yang ada disana berteriak dalam hati mereka. Namun mereka lantas terdiam ketika melihat Amira yang membawa beberapa map berjalan tepat dua langkah dibelakang Wildan, mungkin mereka bingung jika biasanya yang menemani Wildan adalah laki laki dan kenapa harus berubah menjadi perempuan.

Amira memilih untuk bersikap cuek, membuatkan mereka semua bertanya-tanya tentang siapa dirinya.

Amira ikut masuk kedalam ruangan rapat atas perintah bos-nya itu, untung saja Amira tadi malam sudah mewanti-wanti membuat jadwal lebih awal dan melabeli semua dokumen agar mudah ditemukan..

Amira berdiri dibelakang wildan.

Wildan menengok kebelakang, "mana dokumen yang buat presentasi jangan lupa flashdisk nya, pasangin sekalian, bisa kan?"

Amira mengangguk dan mulai memasang flashdisk pada laptop agar bisa di tampilkan oleh proyektor, kebiasaan Wildan adalah memeriksa semua yang dibutuhkan sebelum client nya datang,

Setelah semua dirasa siap Wildan membenarkan posisinya, "hari ini karyawan wanita banyak yang lirik saya ,apa saya seganteng itu jadi pusat perhatian? Ternyata kamu punya tangan ajaib."

Amira kembali mendesah kesu, jika setiap hari dia disuguhi oleh sikap Wildan yang percaya dirinya minta ampun ini pasti perlahan nular ke Amira, Amira gak mau.

"Iya bapak ganteng banget, apalagi duitnya,"

****

Terimakasih telah membaca cerita please don't go!!! Jangan lupa vote dan comen ya!!!!

Kira kira solusi apa yang akan kalian lakukan jika kalian ada di posisi Amira yang mengatasi sikap PD nya si Wildan.?

See you!!!!

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang