35

5.9K 398 14
                                    

Selamat membaca!

Setelah makan malam, Wildan mengantarkan Amira sampai didepan pintu apartemennya.

"Nanti malam jangan lupa, serahin berkas yang kita bicarain tadi ke Keenan ya, mir, jangan sampai lupa." ujar Wildan memperingati.

Mira mengangguk, "siap bos, tinggal kirim kok."

"Iya tapi kamu jangan sampai lupa!"lanjut Wildan.

Amira hanya memutar bola matanya malas.

"Oiya besok ada wawancara sama media, jadi kamu siapain semuannya!"

Amira menarik pintunya sedikit agar  lebih tertutup dan terkesan dia mengusir Wildan.

"Bos udah gak ada yang dibicarakan lagi, kan? Saya ngantuk soalnya, mau tidur, besok juga harus berangkat pagi, kan? Jadi bos pulang ya? Saya juga inget kok tugas-tugas saya yang mana." Tanya  Amira beruntun  sambil sesekali menguap.

Wildan mengangguk, lalu mengacungkan jempolnya, "Yaudah sana tidur, mir. Mimpi indah."

Amira tersenyum bingung hendak menanggapi seperti apa, apakah dia juga harus membalas ucapan selamat tidur dari Wildan?

Amira menguap, "udah gak ada lagi kan, bos, saya tutup ya pintunya."

"Saya akan pergi setelah kamu kunci apartemen kamu,"

Mendengar itu Amira tidak membuang-buangbwaktu, dirinya langsung menutup pintunya sampai benar-benar tertutup rapat. Dan detik itu pula dirinya mendengar derap langkah yang menjauhi apartemen nya.

Amira mengintip dari lubang yang berada pada pintu, dan tidak menemukan keberadaan Wildan disana dan artinya Wildan sudah benar-benar Pulang.

Amira menyandarkan tubuhnya pada pintu kemudian duduk di lantai sambil bernafas dengan lega, akhirnya Wildan pulang setelah momen akward keduanya setelah makan malam bersama Dewi dan Hartono.

Bukannya Amira tidak senang dengan keluarga Wildan, hanya saja dirinya merasa canggung harus berkomunikasi dengan orang hebat seperti mereka.

Amira beranjak dari duduknya kemudian menuju dapur untuk mengambil minum, namun sebelum dia sampai di dapur suara bel memanggil untuk dibukakan pintu oleh sang pemilik.

"Bos ngapain sih balik lagi! Bener-bener pulang' juga!" Amira yang menganggap itu Wildan langsung bergegas menuju pintu dan membukakan pintu untuk bosnya itu.

Tapi saat pintu benar-benar sudah terbuka, seseorang yang sangat dia  benci ada dan berdiri dihadapannya sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Tatapan yang bahkan tidak Amira kenali sama sekali. Mata sayu, dan perut yang besar serta tas lusuh yang ada ditangan kirinya.

"Aku boleh masuk kak?"

Tanya Monica, ya! Dia adalah Monica adik tiri dari seorang Amira. Monica yang merebut calon suaminya, merebut masa depannya dan segala-galanya.

Masih pantaskah dia disebut sebagai adik?

Tunggu, ini adalah kali pertama Monica memanggilnya dengan sebutan 'kak' dengan perasaan yang mungkin saja bisa dikatakan perasaan yang tulus. Sepertinya.

Tapi Amira tidak akan terkecoh untuk keduakalinya.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Amira sambil terus menelisik penampilan Monica yang terlampau berantakan itu, mulai dari rambut yang diikat asal kemudian torso yang  ia gunakan hanya selutut.

Monica menatap Amira ragu, "kak aku boleh masuk?"

Amira dengan sangat tidak yakin menganggukkan kepalanya satu kali semoga keputusan yang dia ambil ini tidak akan merugikan nya.

Setelah mempersilahkan Monica untuk masuk, Amira kembali menutup pintunya. Dan mempersilahkan Monica untuk duduk di sofa ruang tamunya.

"Dari mana kamu tahu aku tinggal disini?" tanya Amira to the point.

"Boleh minta minum kak?" Tanya Monica sambil menatap Amira memohon.

Amira hanya memutar bola matanya malas, "setelah ini jelasin semuanya."

Amira mengambil air pada meja pantry nya dan memberikan nya kepada Monica. Monica bahkan langsung menghabiskan satu gelas penuh, seoalah-olah dirinya tidak minum satu hari penuh.

Amira duduk didepan Monica.

"Sekarang kasih tahu, darimana kamu tahu aku tinggal disini?" tanya Amira.

Monica menghembuskan nafasnya pelan, "sebelumnya aku mau minta maaf kak, atas tindakan aku yang terlampau bodoh itu, aku juga minta maaf karena kesalahan aku yang terlalu banyak sehingga gak pantas untuk dimaafkan."

Amira tertawa sumbang, "aku gak pernah bahas hal yang bertele-tele, jadi apa maksud kamu kesini, masalah maaf-memaafkan aku jujur, aku gak bisa maafin kamu, aku bukan wanita yang berhati mulia."

"Aku cerai sama Bayu kak."

Amira bahkan yang mendengar itu langsung tersedak ludahnya sendiri, "aku diselingkuhi." Jawab Monica yang bahkan sudah terisak kecil ditempatnya.

"Kok bisa?"

"Awalnya pernikahan kita bahagia kak, tapi setelah 1 bulan menikah semua masalah bermunculan, bahkan Bayu sering pulang' dalam keadaan mabuk, gak pernah kasih uang, dan selalu main tangan."

Amira bimbang kepada dirinya sendiri, haruskan ia merasa bersyukur atas gagalnya pertunangan nya dengan Bayu Karena mungkin jika pertunangan nya dengan Bayu terjadi, maka dia akan diposisi Monica sekarang ini.

"Dan puncaknya tiga bulan yang lalu dia pergi sama selingkuhan nya ke luar negri."

"Dan Sekarang kamu hamil?" Amira merasa manusia yang paling bodoh, karena menanyakan hal yang bahkan diketahuinya,  "maksud aku, Bayu ninggalin kamu waktu kamu hamil besar kayak gini?"

Monica yang masih menangis mendongakkan kepalanya, "iya kak tepatnya waktu kandungan aku jalan tiga bulan

"Terus kenapa kamu disini?" tanya Amira, Monica jelas mempunyai keluarga, tidak mungkin jika Ayahnya dan Tante Rani membiarkan Monica bergelantung bersama dengan laki-laki bajingan seperti Bayu.

"Setelah menikah, Bayu ajak aku  ke Jakarta, katanya biar gak bolak-balik,  ngurusin kerjaannya, tapi malah aku ditelantarkan kayak gini."

"Kak aku boleh nginep sementara waktu Disini kan? Aku diusir dari kontrakan."

Amira menimang-nimang jawabannya yang akan dia berikan kepada Monica.

"Papa udah tahu masalah ini?"

Monica menggeleng, "papa gak tahu, aku udah cukup malu untuk ngomong sama mereka."

"Jadi selama ini  kamu lontang-lantung di Jakarta sendirian? " tanya Amira.

Dan Monica menjawab dengan sebuah anggukan.

Monica sangat berbeda dengan Amira, jika Amira punya banyak impian untuk mengeksplorasi semua yang ada disekelilingnya. Berbeda dengan Monica yang cenderung tertutup, bahkan jika diingat-ingat ini adalah kali pertama Monica datang ke Jakarta.

"Selama tinggal disini,Aku kerja di toko baju kak." Jawab Monica.

Amira menghembuskan nafasnya pelan,

"Besok aku antar ke Bandung, apapun yang terjadi papa dan Tante Rani berhak tahu, ini bukan masalah yang sepele."

****

Maaf untuk update yang telat ini😭😭 maaf juga sekalinya up dikit banget, tapi janji Besok aku up lagi ya!

Stay tune pokoknya.

Jangan lupa vote dan komentarnya.

Kalian kalau  di posisi  Amira bakalan lakuin kayak gimana ? Apa yang akan kalian lakukan?!

See you next chapter guys! 🧡🧡

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang