28

6K 400 47
                                    

Setelah dua hari di rawat di rumah sakit, nyatanya membuat kondisi Amira jauh lebih baik, bahkan lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Sebenarnya Amira sudah meminta pulang sejak hari pertama dia dirawat karena memang sakit yang dideritanya tidaklah parah sampai-sampai dia harus di rawat lebih lama.  Tapi emang dasarnya Wildan yang ngeyel yang memaksa Amira untuk dirawat lebih lama.

Wildan juga selama dua hari ini mencoba menjadi bos yang baik dengan selalu siaga di dekat Amira, dan selalu memberi apa yang Amira butuhkah.

Bahkan selama dua hari’ ini Amira, merasa jika ada yang salah dengan Wildan karena bos nya yang bersikap manis seperti ini.

Untuk Amira salah satu gadis yang baru dikhianati tentu tidak bagus untuk kesehatan jantungnya.

Seperti saat ini saja, Wildan membereskan bajunya ke dalam tas yang sempat dibawakan oleh Wildan walaupun nyatanya barang-barang yang seperti pindahan itu tidak terlalu dibutuhkan disini.

“Udah lah, bos biar saya aja yang beresin ini semuanya, bos cukup duduk manis, biar saya yang ambil alih, saya juga udah sehat bos,” ucap Amira sambil beranjak dari tidurnya.

Wildan hanya menatap Amira sebentar kemudian melanjutkan kegiatannya membereskan baju sekretaris nya itu.

“Kamu belum terlalu sehat, mir untuk beres-beres lagian ini salah saya juga kok, bawain kamu baju kebanyakan, soalnya saya kira kamu bakal di rawat satu Minggu.” Jawab Wildan.

Amira menghembuskan nafasnya kasar, kemudian  melangkahkan kakinya menuju Wildan yang sekarang sedang berdiri di samping sofa lengkap dengan tumpukan baju milik Amira yang bos nya bongkar paksa itu.

“Udah saya, aja bos, lagian ini juga ada barang yang gak sepatutnya bos lihat,” kata Amira sambil merampas baju yang hendak dilipat oleh Wildan.

Wildan mendengus kesal, lalu membanting tubuhnya di sisi sofa yang lain dan menatap Amira dengan jengkel, “lagian saya juga udah lihat kok mir, waktu saya bawain baju kamu kesini, saya juga udah hafal sama ukurannya.”

Amira menghentikan kegiatannya terkejut dengan jawaban Wildan,  ia kira yang menyiapkan baju ini adalah orang lain bukan Wildan sendiri, Amira kira bosnya itu tidak akan selancang itu melakukannya.

Amira menatap tajam ke arah Wildan.

Sementara yang di tatap hanya terkekeh, “saya juga buka predator yang cari mangsa, selera saya bukan yang ukurannya kayak kamu.”

Amira membuang muka bisa-bisanya dia terjebak ke dalam obrolan yang sangat un-faedah ini.

Amira mempercepat kegiatannya melipat baju, agar dia bisa cepat sampai di paviliun dan bisa segera beristirahat, dan tentunya menjauhi Wildan yang masih bersikap  sedikit aneh.

“Kamu kalau salting, lucu ya mir.”

💌💌💌💌

Setelah mengantar Amira selamat di paviliun nya Wildan beralih menuju kantor sekitar tiga jam setelah dia mengantarkan Amira dan menyiapkan segala sesuatu yang gadis itu butuhkan termasuk makanan dan obatnya.

Wildan ingin menyelesaikan apa yang patut diselesaikan, apalagi jika bukan masalah perundungan yang dialami oleh Amira, terlebih ini karena dirinya.

Wildan melajukan mobilnya lebih cepat, melampaui rata-rata.

Sesampainya di kantor Wildan langsung menuju ke ruangan tempat karyawan yang sedang istirahat jam makan siang.

Bahkan beberapa karyawan yang lainnya cukup terkejut dengan kedatangan  Wildan yang terlihat terburu-buru masuk ke kantor dan langsung menemui seluruh karyawan nya di saat seperti ini.

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang