Dark Romance (18+)
"Ketua geng memiliki kutukan dimana setiap orang yang terlibat denganmu, akan ikut hancur bersamamu. Jika kau mencintainya, kau harus membiarkannya hidup tanpamu."
Selama hidupnya, Thunder memegang teguh prinsip untuk menjauhi ora...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Setelah selesai membasuh diri di kamar mandi luar kamarnya, Thunder melangkah dengan membawa kotak obat ke ruang tengah di mana para anggota berkumpul. Pria itu tidak langsung ke kamar menemui Iris, dia menghampiri Helena dulu untuk mengganti perban di kakinya.
"Bagaimana keadaan gadis itu?" Dizon bertanya sambil mendongak dari sofa, menatap Thunder yang berjalan pincang mendekati mereka.
"She's fine." Sahut Thunder sebelum mengambil tempat duduk di samping Helena.
Wanita itu dengan sigap meraih kotak obat yang dibawa Thunder kemudian membuka perban di kaki pria itu yang telah lusuh dan basah, mencegah sebelum lukanya terinfeksi.
Suasana di ruangan itu tidak seramai tadi pagi, karena beberapa orang telah pergi meninggalkan markas setelah pemakaman. Hanya ada sebagian anggota yang tinggal di sana, minum bersama, bercengkrama dan tertawa.
"Mengapa kau tidak menyuruhnya keluar kamar? Aku yakin dia butuh hiburan." Jeff yang duduk di samping Dizon menimpali, lalu mengisi Takis chips ke dalam mulutnya. Dizon berusaha mengambil snack ungu itu, tapi Jeff melototinya sambil menyembunyikan makanan ringan itu di belakang.
"Coba suruh dia keluar." Axton, pria botak yang selalu memakai topi itu ikut berbicara, "Kita akan menghiburnya dan membuatnya tertawa."
"Tutup mulutmu, Ax!" Thunder memperingati dengan mata ketus, "Sedikit saja, jangan memiliki pemikiran untuk mendekatinya. Dia bukan seperti gadismu yang lain."
Semuanya terdiam untuk sesaat, menyadari sesuatu, Jeff pun tersenyum memainkan alisnya, "O'ow si Alpha marah. Jadi ini, alasan kau tidak mencari pacar?"
"Oh man, aku sempat berpikir bahwa kau benar-benar gay." Axton tertawa. Ternyata dia hanya memancing kekesalan Thunder dan itu berhasil.
"Berengsek!" Thunder mengambil gunting di dekat kotak obat dan melempar itu pada Axton. "Shh... Pelan-pelan, Helen!" Perhatiannya dengan cepat teralihkan pada Helena yang sedang berjuang memasang perban baru di kakinya.
"Kau yang jangan banyak bergerak!!" Helena balas memperingati, menatap Thunder kesal.
"Kasian sekali, pasti banyak wanita yang patah hati mendengar ini," Kali ini Dizon yang mengejek, mereka belum selesai membuat Thunder dongkol, "terutama yang telah kau tiduri."
"Jangan begitu Dizon. Thunder kan berhubungan sex hanya kebutuhan, tidak pernah melibatkan perasaan." Axton yang menyahut. Senyum miring di wajahnya belum hilang.