20

27.8K 4.2K 866
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Dua puluh menit lagi, kelas pertama Iris untuk hari ini dimulai. Dia berusaha berjalan normal di koridor sambil menyembunyikan sisa kegugupannya akibat ciuman singkat yang diberikan Thunder di dalam mobil. Katakan Iris gila, tapi dia sungguh masih bisa merasakan sisa kelembaban bibir Thunder di dahinya. Seolah pria itu memberikannya sebuah tanda tak kasat mata di sana. Bukan, bukan Iris tidak senang. Sebaliknya, dia suka. Hanya saja ciuman itu berbeda dari yang pernah Ibu dan Ayahnya berikan. Ciuman ini mengantarkan sensasi aneh pada tubuh Iris. Seolah ada sengatan listrik menjalar di setiap sel-sel darahnya, dan Iris tidak mengerti perasaan aneh itu.

"Iris?!" Sebuah pekikan mengalihkan pikiran Iris. Kepalanya berputar mencari sumber panggilan itu sampai dia melihat wanita bertindik, dengan potongan rambut pendek datang menghampirinya di koridor.

"Lexi?!" Mata Iris terbuka lebar. Terkejut melihat kehadiran wanita itu.

"Hei... Oh my God, I miss you." Lexi langsung memeluk tubuh kecil Iris begitu sampai di depannya. Aroma Parfum Viktor & Rolf masuk ke indera penciuman Iris begitu tubuh mereka menyatu.

"I miss you too." Sahut Iris membalas pelukan hangat itu sebelum Lexi melepaskannya lagi. Gaya rambut wanita itu sedikit berubah dari yang Iris ingat terakhir kali.

Lexi memegang kedua pundak Iris. Matanya memancarkan kekhawatiran. "Kau ke mana saja? Aku tidak melihatmu selama satu minggu."

Iris tidak langsung menjawab. Untuk sesaat dia terdiam. Perasaan sesak menyerangnya tiba-tiba ketika sosok Ayahnya melintas di benaknya. "Aku... Ayahku meninggal," Jawabnya akhirnya. Suaranya sangat pelan.

Perasaan bersalah menyelimuti Lexi detik itu juga. Pancaran matanya berubah prihatin, "Ya Tuhan. Maafkan aku... Aku turut berdukacita. Jadi, ini alasan kau pindah dari asrama?"

Iris mengangguk, "Ya. Sekarang aku tinggal di West side. Bersama keluarga polisi."

"Aku berharap mereka memperlakukanmu dengan baik." Tutur Lexi tampak tulus. "Apa kau baik-baik saja sekarang?"

Iris mengangguk dan sebisa mungkin mengukir senyum, "Ya. Aku sudah melewatinya beberapa hari kemarin." Bertepatan dengan keluarnya kalimat itu, profesor yang mengajar di kelasnya pagi ini muncul di koridor. Iris menatap Lexi dengan rasa bersalah, "Aku ingin berbicara banyak denganmu, Lexi. Tapi kelasku sebentar lagi dimulai."

"Oh, yasudah. Kita berbicara nanti saja."

"Bagaimana jika kita bertemu di kafetaria asrama jam 3?" Usul Iris. "Aku merindukan kari Mr. Vijay."

Lexi mengangguk setuju, "Ide yang bagus. Sampai jumpa nanti."

Setelah wanita itu pergi, cepat-cepat Iris melangkah masuk ke dalam ruangan sebelum profesornya mendahuluinya di kelas.

•••

Vince, kelasku telah selesai. Tetapi aku ingin berbicara dengan Lexi dulu di kafetaria asrama. Jangan jemput dulu ya...

THUNDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang