12

30K 3.8K 1K
                                    

Playlist: Whatever It Takes - Imagine Dragons

Playlist: Whatever It Takes - Imagine Dragons

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[Chicago, Illinois 2013]

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Suara tembakan beruntun memekakkan telinga. Hewan-hewan yang berada di sekitar tempat penembakan berlarian menjauh dari arah sumber suara. Namun, kedua bocah berumur dua belas tahun itu, tanpa sedikit saja rasa takut terus melayangkan tembakan demi tembakan untuk mengenai arah sasaran di depan mereka--sebuah patung kayu berbentuk manusia.

Seorang pria bertubuh kekar mengawasi latihan menembak itu dari arah belakang. Tangan kirinya yang bertato naga memegang rokok, asapnya mengepul ke atas menyatu dengan udara.

Beberapa saat diam mengawasi ke dua anak didiknya, pria itu lalu beranjak dari bangku kayu yang ditempati. Tangannya membuang puntung rokok yang masih berasap ke tanah sebelum berjalan menghampiri mereka. Pria bermata biru itu lalu berdiri di samping salah satu bocah yang masih sibuk menembakkan peluru ke target.

"Anak yang jenius! Kau selalu tepat sasaran!" Pujinya sembari mencengkeram pelan pundak anak laki-laki itu. Menunjukkan betapa dia begitu bangga.

Anak yang dipuji hanya diam. Konsentrasinya masih berpusat pada jemarinya yang menekan pelatuk senjata secara terus menerus. Ambisinya begitu tinggi, dia tidak akan berhenti sebelum peluru di tangannya habis tak tersisa.

"Father, aku juga berhasil menembak patung itu. Lihat, pelurunya tertancap di sana." Salah satu anak menimpali dengan antusias. Dia menatap ayahnya penuh harap untuk mendapatkan pujian yang sama.

Pria itu menghampiri dengan wajah muram, tanpa berpikir panjang dia langsung menampar dengan kasar kepala anak itu yang baru saja berbicara. Secara spontan senjata terlepas dari tangannya, dia terjatuh dengan lutut membentur batu.

"Itu tidak bisa disebut sebagai tembakan, bodoh!!" Geram pria itu menunjuk patung kayu di hadapan mereka, "Aku menyuruhmu untuk menembus kepala! Bukan lengan dan perut! Kau harus belajar banyak dari Leo. Dasar tidak berguna!!" Kakinya tanpa iba menendang anak laki-laki itu. Sebelum melangkah pergi masuk ke dalam gubuk rumah kayu.

Yang dimaki hanya bisa tertunduk. Tangannya mencengkram rumput berpasir dengan kuat.

"Kau baik-baik saja?" Leo menatap anak laki-laki itu dengan iba, mengulurkan tangan membantunya berdiri dari tanah.

Bocah itu mengeram, menatap Leo tajam. Bukannya meraih uluran tangan itu, dia justru menampiknya dengan kasar.

"Berhenti berpura-pura seolah kau peduli! Aku tidak membutuhkan rasa kasihan sialanmu itu!" Teriaknya, dia berdiri dari tanah dan mendorong dada Leo dengan kuat, "Ini yang kau inginkan bukan? Merebut simpati Ayahku kemudian menghinaku!"

THUNDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang