Previously on Thunder
"No, no, no, please stay with me..." Rintih Iris, berusaha menjauhkan balok seukuran betisnya itu menjauh dari Thunder dan membawa badan pria itu ke pangkuannya sambil menepuk-nepuk pelan wajahnya dengan harapan pria itu tidak kehilangan kesadaran, "Thunder please..."
Air mata Iris turun deras dan dia kembali berteriak kencang, "HELP! Please, tolong dia. Please, siapapun!!"
Iris mulai frustasi, sementara api kian berkobar di sekitarnya. Di tengah keputusasaan, untungnya, Jones Mille datang. Dia bersama rekan setimnya, memasuki gedung yang setengah hancur itu, membawa alat pemadam kebakaran. Dengan sigap, Jones menghampiri Iris dan Thunder yang sudah tidak sadarkan diri.
"Tenanglah, kalian aman." kata Jones dengan suara cemas tapi berusaha tenang. "Kita akan segera membawa kalian keluar dari sini,"
Salah satu rekan kerja Jones menggendong Iris, sedangkan Jones sendiri, hanya bisa mengepal tangan kuat melihat putranya yang menutup mata. Pria itu berusaha menahan amarah dan serangan emosional yang menggebu di dadanya. Dengan hati-hati, dia mengangkat Thuder. Dalam hatinya, ia berdoa semoga putranya akan baik-baik saja. Demi Tuhan, dia tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu lagi pada putranya.
***
Iris dan Thunder terbaring di atas brankar, ditarik menuju ruang unit gawat darurat agar mendapatkan penanganan sesegera mungkin. Lampu-lampu sorot di koridor rumah sakit menyambut mereka dengan cukup menyilaukan, tapi tatapan wanita itu tidak teralihkan dari Thunder yang masih tidak sadarkan diri.
"Dia kehilangan banyak darah,"
"Tengkoraknya pecah,"
"Segera lakukan operasi,"
Di ambang kesadarannya, Iris samar-samar mendengar suara-suara perawat dan dokter di sekitarnya. Suara cemas mereka penuh dengan ketegangan bercampur dengan bising peralatan medis.
Iris terpaku pada suara-suara itu, terjebak dalam kecemasan tanpa memperhatikan kondisi dirinya sendiri. Matanya menatap tak berkedip pada sosok yang terbaring tak jauh di sampingnya. Tak ada suara yang bisa dia keluarkan, tubuhnya semakin melemah, tapi dalam hatinya, Iris berdoa agar pria itu membuka mata untuk memberinya sinyal kehidupan.
Jika tidak, Iris akan menyalahkan dirinya atas apa yang telah menimpa pria itu. Karena sungguh, berapa banyak orang yang harus terbunuh hanya untuk menyelamatkan nyawa tidak berguna sepertinya? Setetes air mata mengalir di pipi wanita itu. Bayangan kematian ayahnya kembali berputar di benaknya. Semua ini salahnya. Seharusnya dia bisa menjaga diri sendiri dan tidak mengorbankan keselamatan orang lain lagi.
Terperangkap dalam pikiran yang kalut, Iris hampir tidak sadar ketika jarum disuntikan ke dalam tubuhnya. Kesadarannya memudar seiring dengan cairan yang mengalir di permukaan kulitnya, hingga akhirnya, dia tidak bisa merasakan apa-apa lagi dan pandanganannya memudar hingga semuanya gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
THUNDER
ActionDark Romance (18+) "Ketua geng memiliki kutukan dimana setiap orang yang terlibat denganmu, akan ikut hancur bersamamu. Jika kau mencintainya, kau harus membiarkannya hidup tanpamu." Selama hidupnya, Thunder memegang teguh prinsip untuk menjauhi ora...