Playlist : Keep the street empty for me - Fever Ray
Mencuri perhatian dikegelapan malam.
•••
Hembusan napas tidak lagi berarti ketika satu-satunya teman hidup yang kau miliki pergi. Selama delapan belas tahun, Iris tidak pernah menjalani hidup tanpa Daisy di sisinya. Jika kembali pada waktu sebelum empat tahun lalu, maka memori yang diciptakan gadis itu lebih banyak bersama Ibunya dibanding Ayahnya. Aric memiliki bisnis yang memaksakan pria itu untuk selalu meninggalkan mereka. Ayahnya akan pulang hanya untuk merayakan momen penting lalu pergi lagi.
Maka tidak salah jika Iris menganggap Daisy adalah segalanya. Sebab tidak hanya menjadi figur Ibu yang memberikan pelajaran bagaimana sejatinya bertahan hidup, tapi wanita itu juga menjadi tempat keluh kesah ketika Iris lelah, menjadi penasihat ketika Iris putus asa, menjadi koki terbaik ketika Iris membutuhkan santapan lezat. Dan kini, semua itu sirna. Dia harus menerima fakta bahwa sekarang semua pekerjaan berada di bawah kendalinya.
Iris baru saja beristirahat dan mandi saat pukul sebelas malam karena seharian sibuk menata kamar. Gadis itu tidak suka dengan susunan perabot yang telah disediakan asrama sehingga dia harus bekerja ekstra untuk mengubah letak-letak kamarnya.
Begitu selesai memakai baju, Iris melangkah untuk menutupi tirai jendela terbuka berada di atas meja belajar. Arah jendela yang berpapasan langsung dengan jalan membuat tatapan gadis itu sedikit teralihkan dengan seseorang-berdiri di sisi pohon dekat jalan. Jaraknya cukup jauh dan tidak ada penerang pada area itu sehingga butuh konsentrasi lebih untuk memastikan siluetnya. Namun deringan ponsel yang bergetar di samping bantal dekat kasur mengalihkan perhatian Iris sebentar.
Ternyata Ayahnya menelpon. Tapi sebelum mengangkat panggilan itu, Iris melihat lagi ke seberang jalan dan ternyata orang di sana telah pergi. Cukup aneh, tapi tidak begitu penting untuk bisa mengambil alih seluruh pikiran Iris sehingga gadis itu memilih untuk mengabaikan. Dia langsung menutup tirai dan kembali menatap layar ponsel dan mengangkat panggilan Ayahnya.
"Hallo Dad?" Sapa Iris. Dia bersyukur Ayahnya menelpon karena sejak siang tadi nomor Aric tidak aktif.
"Iris?" Suara Ayahnya terdengar, "Temui aku di depan asrama sekarang. Aku menunggumu."
Kedua alis Iris bertautan. Bingung dengan permintaan Ayahnya yang begitu tiba-tiba. Tapi belum sempat ia bertanya, panggilan telah lebih dulu dimatikan. Iris menarik napas pelan, walaupun waktu telah menunjukkan hampir pukul dua belas malam, Iris terpaksa mengikuti perintah Ayahnya. Iris hanya berharap dia tidak bertemu seseorang ketika keluar asrama nanti.
Tanpa menunggu waktu lagi, Iris beranjak dari kasur, mengambil mantel merah, menutupi kepalanya lalu membuka kunci kamar.
"Oh wow!" Suara seseorang membuat Iris sedikit terperanjat. Dia baru saja membuka pintu dan disambut dengan pekikan, "Ya Tuhan! Kau mengejutkanku." Suara itu berasal dari wanita yang berdiri di depan kamar yang berhadapan langsung dengan kamar Iris.
KAMU SEDANG MEMBACA
THUNDER
AçãoDark Romance (18+) "Ketua geng memiliki kutukan dimana setiap orang yang terlibat denganmu, akan ikut hancur bersamamu. Jika kau mencintainya, kau harus membiarkannya hidup tanpamu." Selama hidupnya, Thunder memegang teguh prinsip untuk menjauhi ora...