Hai, ges. Balik lagi, yah?😂
Cusss baca
---HAPPY READING---
🔆 Bodoh 🔆
Suasana malam menemani mereka, Garlan yang membonceng Gina. Senyuman mereka begitu apik mewakili perasaan masing-masing. Tangan yang melingkar dipinggangnya semakin melebarkan senyum itu.
Memang masih mantan.
Karena mereka memutuskan untuk lebih mengenal lebih dekat lagi, sebut saja PDKT yang terlambat. Akibat kejadian pertunangan paksa di antara mereka di masa lalu. Mungkin saja kalau Garlan mau mengenal Gina, dirinya pasti bisa menerima dengan tulus. Tetapi otak bodohnya malah menolak.
Padahal 'kan ada sebuah peribahasa mengatakan, "tak kenal maka tak sayang."
Eh, pas sayang-sayangnya malah dibuang. Ups!
"Beneran nggak mau makan nasgor Pak Emon? Emang nggak laper? Nasgornya Pak Emon seingatku kesukaan kamu," ujar Garlan.
"Nggak mau, Gina mau makan di rumah aja," balas Gina.
"Ya udah."
Ya begini, kalo mantan pas masih sayang-sayangnya. Makanan kesukaan aja masih inget di otak. Beda lagi kalo sama rumus hitung-menghitung yang membuat kepala botak.
"Makasih, Kak," ucap Gina setelah mereka sampai di depan rumah bercat abu-abu.
"Sama-sama." Garlan melihat rumah Gina yang masih gelap. "Lampu rumah lo mati?"
"Emang belum dinyalain karena Gina 'kan baru pulang. Soalnya mama lagi di luar kota," ucap Gina. Mengingat mamanya seorang wanita karir yang super sibuk, dirinya juga harus mengingat sang Ayah yang sudah meninggal karena kecelakaan.
"Mau ditemenin?" Garlan bertanya.
"Nggak usah. Kakak mendingan balik, istirahat."
"Oke, sini dulu cium pipinya." Garlan menyuruh Gina mendekat. Detik berikutnya cewek itu langsung kabur ke dalam rumah untuk menghindar. Membuahkan kekehan dan gelengan kepala.
Lucu banget mantan gue, ucap Garlan dalam hati.
Dirinya langsung mengendarai motornya kembali. Melewati jalanan yang disinari lampu kota. Tidak terlalu malam, karena waktu masih menunjukkan pukul 18.50 WIB. Tak butuh waktu lama Garlan sampai rumah yang terbilang cukup besar, dan cukup mewah.
Setelah membersihkan dirinya, Garlan langsung berbaring di tempat tidur. Memandang langit-langit kamar dengan senyuman.
"Telepon gebetan ah."
Caelah, bilangnya gebetan padahal 'kan mantan, yak!
Drrrrt!
Getaran panggilan mencegah Garlan untuk menelpon Gina. "Pak Jeri?" beo Garlan menyebutkan guru olahraganya.
"Malam pak," sapanya saat ia menerima telepon.
"Malam juga, nak. Saya cuman mau mengingatkan soal lomba lari lusa nanti," jawab Pak Jeri di seberang sana.
"Iya pak saya ingat. Terimakasih karena sudah mengingatkan saya, Pak."
"Sama-sama. Tapi bapak juga mau kasih tau kalo besok kamu harus sudah berangkat ke sana. Sekedar latihan atau mungkin bimbingan dari Pak Herman selaku pembimbing yang sudah SMA Tirta sediakan khusus untuk kamu."
Garlan terdiam. Lantas, bagaimana dengan nasib gebetannya kalo begini ceritanya?
"Eum, baik Pak. Saya akan siapkan keperluan saya selama di sana. Sekali lagi terimakasih ya, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Mantan [END]
Teen Fiction[PART LENGKAP] "Di saat orang-orang ngejar masa depan. Eh, lo sendiri yang ngejar masa lalu." Sindiran itu terucapkan untuk seorang pemuda. "Tapi gua ngejar karena ada hal yang memang ngedorong gue buat ngelakuin itu. Perasaan gue yang terlambat. Em...