TIGA PULUH

478 26 0
                                    

Hai, ges. Balik lagi, yah?😂

Cusss baca

---HAPPY READING---

🔆 Menghargai 🔆


"Lah, Pa. Nggak bisa gitu, dong! Jelas Adysti nggak mau kalau gitu konsepnya."

Kemarahan Adysti datang dari sang Ayah yang tiba-tiba malam ini menelepon.

"Nggak ada penolakan, Sayang. Brastian Family atau Y Jaya Company. Papa kira itu pilihan yang sangat mudah. Kamu anak papa yang paling cantik, tapi otakmu yang yang kurang untuk meneruskan perusahaan Papa. Jadi, pilih salah satu dari dua putra mereka atau kamu Papa terbangkan ke Korea buat Papa jodohin sama anaknya temen Papa. Anaknya baik dan pastinya cocok sama kamu."

Cengkeraman tangan Adysti semakin erat pada HP itu. Mendengar ucapan sang papa yang baru saja dia dengar. Dan selalu menyakiti hatinya.

Prrrakkk!

Benda pipih berlogo apel itu dibanting hingga retak. Tidak peduli dengan sambungan telepon yang masih tersambung.

Marah, cewek berambut sebahu itu marah.

Kalau tahu papanya menelpon hanya untuk menghina dan membahas perjodohan untuknya, pasti Adysti tidak sudi mengangkatnya.

Brastian Family, perusahaan milik ayah Garlan. Dan Y Jaya Company yang merupakan perusahaan milik ayah sang mantan, Arlan Yunico.

Adysti tidak mau memilih. Jika dulu hubungannya dengan Arlan masih baik. Tentu saja dirinya memilih untuk dijodohkan dari anak pemilik perusahaan Y Jaya Company itu. Meskipun sekarang hubungan keduanya membaik, sama seperti apa yang Arlan katakan. Tidak ada paksaan untuk hubungan itu kembali.

Semuanya butuh waktu.

Dan Garlan? Sudah pasti dirinya akan menolak. Sialannya Papanya itu malah terobsesi untuk menjadi besan dari orang tua kedua cowok yang harus Adysti tolak.

Dan penerbangan ke Korea?

Tentu saja Adysti ingin menolak. Pertama karena perjodohan di sana, dan kedua adanya ibu tiri yang sangat Adysti benci.

"Andai mama masih hidup, Ma," ucap Adysti melihat foto di atas nakas sebelah tempat tidurnya. Menahan tangis, hal yang sudah biasa cewek berambut sebahu itu lakukan.

🔻🔺️🔻

Hari minggu kini Garlan mengajak Gina untuk menghabiskan hari libur mereka berkeliling ibu kota. Motor CB yang mereka tumpangi berkeliling dengan kecepatan sedang. Berbaur dengan kendaraan lainnya yang sudah pastinya ramai seperti biasa.

Entah kemana tujuan kedua remaja itu.

Yang penting berdua. Dengan si cewek memeluk erat pinggang si cowok. Obrolan pun tidak terdengar dari keduanya. Hanya senyuman yang setiap kali terpatri saat tak sengaja melihat wajah dari kaca spion.

"Kita sarapan, ya, Gin?"

"Emang kakak laper lagi?"

Garlan tak menjawab. Memang tadi pagi dirinya sudah menumpang sarapan di rumah Gina.

"Udah muter-muter terus aja. Bensinnya nggak bakalan habis, kan? Gina nggak mau bantuin dorong nyari POM bensin," ujar cewek itu.

Garlan tertawa kecil. "Nggak bakalan. Gue usahain lo hidup enak kalo kawin sama gue."

Kejar Mantan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang