SEPULUH

749 58 19
                                    

Hai, ges. Balik lagi, yah?😂

Cusss baca

---HAPPY READING---


🔆 Pencegahan 🔆

Meskipun sudah menghabiskan dua mangkok soto dengan tiga gelas es teh, Arlan kembali memasuki kantin. Tahu kenapa cowok itu duduk di tempat itu lagi?

Penasaran.

Satu kata yang membuat Arlan rela duduk sendirian untuk menunggu Yudhis yang membeli minuman di stand penjual minuman.

"Kamu harus bertanggung jawab kepada korban kecelakaan setengah tahun yang lalu."

"Anak Om itu katanya punya tunangan yang tidak menyukai anaknya."

"Kamu juga harus jagain dia dengan baik dari tunangannya itu."

"Gina bakalan aman dari si ketua OSIS itu."

"Emang Garlan ketos?"

Entah kenapa Arlan selalu mengingat kalimat demi kalimat yang diucapkan dua orang yang baru Arlan ketahui mereka sepasang kekasih. Kalimat itu tiba-tiba terngiang begitu saja saat dirinya melihat Yudhis, ataupun Emanda yang beberapa hari lalu tak sengaja ia tabrak.

“Mau ngomong apa?”

Pertanyaan dari Yudhis itu menyadarkan Arlan dari lamunannya. Melihat cowok di depannya yang kini meminum minuman kalengan yang dibelinya tadi.

Arlan berdehem sejenak sebelum dia mengeluarkan satu pertanyaan. “Sejak kapan lo kenal sama Gina?”

Tidak ada jawaban dari Yudhis. Cowok itu malah mengerutkan kedua alisnya. “Kenapa?”

“Jawab aja,” sahut Arlan dengan santai.

“Gue tau fia udah lama sebenernya. Tapi kenalannya... sekitar dua minggu yang lalu," jawab Yudhis seadanya dan kembali minuman kalengan itu.

Namun, kang kepo yang satu ini tak langsung percaya. Seolah menangkap kejanggalan dari jawaban itu.

Oke, satu pertanyaan terjawab. Kemudian Arlan menanyakan pertanyaan selanjutnya, yang selama beberapa minggu ini memenuhi pikirannya.

“Tanggung jawab apa yang harus lo penuhin terhadap Gina? Dan apa hubungannya lo, sama kecelakaan yang di alami Om Pras?”

🔺️🔻🔺️

"Ayah nggak setuju!” Penegasan seorang pria yang dipanggil Gina Ayah, membuat cewek itu menghela napas.

“Ayah sayang sama Gina, kan?” tanya Gina mendekati sang Ayah. “Hampir 3 tahun Gina kenal sama Om Tama sejak Ayah bekerja sama dengan dia. Gina disayang layaknya putri kandungnya, Ayah juga diperlakukan layaknya saudara padahal kalian hanya sebatas rekan bisnis. Apa Ayah nggak melihat kebaikan Om Tama selama ini? Hanya satu syarat saja, Yah, dan Gina yakin anak Om Tama sama baiknya dengan Om Tama,” ucap cewek itu dengan menatap mata sang Ayah.

“Tapi rasanya Ayah seperti mengorbankan putri--“

“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Yah,” potong Gina, anggap saja dia kurang ajar. “Toh syarat Om Tama hanya menginginkan Gina dengan anaknya bertunangan, bukan menikah.”

Prasetya, akhirnya pria itu menganggukan kepalanya. Menyetujui keputusan putri satu-satunya dengan terpaksa.

Keputusan yang diutarakan anak perempuannya yang baru memasuki bangku SMA.

Kejar Mantan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang