ENAM BELAS

474 39 0
                                    

Hai, ges. Balik lagi, yah?😂

Cusss baca

---HAPPY READING---

🔆 Jangan Ragu 🔆

Garlan memarkirkan motornya tepat di depan rumah Arlan. Mengetuk pintu berukir itu beberapa kali, Garlan menunggu untuk yang punya rumah membukanya.

“Eh, Bibi. Arlan di rumah, Bik?” tanya Garlan kepada wanita yang tadi membuka pintu untuknya.

“Ada, Den. Silakan masuk, langsung ke belakang aja soalnya Aden ada di sana.”

Garlan hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Dirinya melewati ruang tamu dan ruang tengah rumah sebelum menuju dapur yang mempunyai pintu menuju taman belakang rumah Arlan.

“WOI!” Garlan menyeru dan menepuk Arlan dari belakang membuat cowok itu terkejut.

“Bangsat!”

“Hush!” Garlan langsung menyirati air dari kolam yang digunakan Arlan untuk merendam kakinya.

Cowok itu hanya mencebik kesal atas kelakuan sahabatnya itu. Dan Garlan? Tanpa rasa bersalah dirinya berjalan menuju kursi santai di dekat kolam. Dirinya memperhatikan sekitar, ada taman yang tak jauh dari tempatnya dengan bunga yang mekar apik. Dan juga ada gazebo di sekitar taman itu.

Sungguh luas sekali belakang rumah sahabatnya itu.

“Lo ngapain ke sini? Perasaan gue nggak ngundang lo,” ucap Arlan terdengar menyebalkan.

Garlan yang mendengar pun tak berminat untuk membalas. Dirinya memilih untuk membaringkan tubuhnya di kursi santai itu dengan jaket sebagai bantalan.

“Budek,” cerca Arlan yang diabaikan.

Tentu saja Garlan mendengar, tetapi dirinya memilih diam. Melihat gelapnya malam bertabur bintang. Bibir Garlan melengkung ke atas. Senyuman Gina, tawa mantannya itu, dan ocehan polos yang terkadang membuat Garlan sebal bercampur gemas, saat ini terekam apik dalam pikiran Garlan.

Namun, mengingat malam ini Gina memilih pergi makan malam dengan Yudhis, rasa kesal bercampur cemburu melenyapkan senyuman cowok itu.

“Lan,” panggil Garlan masih menatap langit.

“Apa?”

“Wajar nggak, sih kalo gue cemburu sama Gina?”

“Wajar, lah. Masa enggak,” jawab Arlan malah mengajak bercanda.

“Ck, Arlanyet! Gue serius.”

Arlan terkekeh dan bangkit dari duduknya di tepi kolam itu. “Wajar aja kalo lo cemburu,” ucap Arlan ikut duduk di kursi santai samping Garlan. “Emang kenapa lo harus cemburu sama Gina?”

“Sekarang dia lagi sama Yudhis. Tadi pas gue chat dia buat ngajak makan malam, eh dia malah nolak gara-gara Yudhis udah duluan buat janji sama dia.”

“Bagus, dong. Berarti Gina orangnya amanah. Bukan kayak lo,” sindir Arlan.

Garlan tersenyum kecut mendengarnya. Secuil ingatan, saat Prasetya menitipkan Gina saat malam pertunangan. Tetapi dirinya malah menyakitinya.

“Dalam hidup gue rasanya selalu dihantui rasa sesal asal lo tau,” ucap Garlan kemudian menghela napas kasar.

Arlan yang melihat ikut prihatin akan kisah sahabatnya itu.

“Nggak guna juga penyesalan lo itu, Gar. Yang paling penting lo perbaiki semuanya,” ucap Arlan menyemangati.

Dirinya tiba-tiba teringat sesuatu. Hal yang sangat ia sesali karena kemungkinan tindakan yang sudah ia lakukan  yang menjadikan kedekatan Garlan dan Gina renggang.

Kejar Mantan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang