TIGA PULUH EMPAT

363 19 0
                                    

Hai, ges. Balik lagi, yah?😂

Cusss baca

---HAPPY READING---

🔆 Hati Penjahat 🔆

"Gina." Panggilan seseorang membuat langkah cewek manis itu bersama mantannya terhenti.

"Kak Yudhis!" Gina bersorak senang. Dirinya langsung berlari melupakan Garlan yang saat ini memutarkan bola matanya.

"Kakak udah masuk sekolah? Masih sakit nggak kakinya?"

Gina memperhatikan Yudhis yang duduk di kursi roda dengan sang sopir yang mendorongnya. Satu minggu yang lalu cowok itu baru saja keluar dari rumah sakit. Tetapi Gina belum sempat menjenguk kerumah cowok itu.

"Kadang ngilu dikit," ucap Yudhis tersenyum.

"Terus ngapain sekolah? Mending di rumah bobok tampan."

"Masih tampan gue," sahut Garlan yang sudah di samping Gina.

"Iya, Gina tau," balas cewek manis itu.

Yudhis masih mempertahankan senyumannya.

"Biar Gina bantu dorong kursi rodanya, ya, Pak." Yudhis menganggukkan kepalanya ke arah sang sopir yang kemudian pamit pergi.

"Kak Garlan, bantuin dorong kursinya. Gina pasti nggak kuat." Lanjutnya membuat Garlan memelototkan matanya. Waow, so perfect!

Udah tau nggak kuat pakek nawarin bantuan, batin Garlan.

"Cepetan Kak Garlan. Bantuin Gina atau Gina nggak mau balikan?"

Nah, kan. Udah sok-sokan, tukang maksa, tukang ngancam lagi.

Garlan pun akhirnya menurut. Didorongnya kursi roda itu sedikit kasar. Dan dipelankannya ketika Gina mencubit perut Garlan.

"Pinternya mantan Gina," ucap Gina dengan senyum manisnya.

Hmmm, laknatnya mantan gue, balas Garlan dalam hatinya dengan senyuman paksa yang dia arahkan ke Gina.

🔻🔺️🔻

"Iya, Pa. Itu keputusan Adysti, atau Adysti bakal merubahnya lagi."

"Oke, setidaknya kamu berusaha dan papa akan dukung. Ingat, buktikan kalau kamu bisa."

"Iyaaaa."

"Papa sayang sama kamu Isti, kamu harus tau akan hal itu."

"Hmmmm."

"Baiklah kalau begitu papa tutup dulu telponnya. Mama kamu sedang repot mengurus adikmu yang baru saja lahir."

"Tiri," ucap Adysti langsung mematikan sambungan teleponnya sebelum sang papa berceramah panjang lebar.

Embusan napas terdengar kasar dari mulut Adysti. Di atap salah satu gedung sekolahnya, dirinya sengaja untuk membolos dua jam pelajaran. Ingatannya kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

Melihat Arlan dengan Gina yang begitu dekat. Melihat perlakuan cowok itu. Membuatnya iri.

"Seharusnya perasaan itu nggak ada. Keadaanlah yang membuat perasaan itu hadir."

Seharusnya dirinya bersikap biasa saja. Mengabaikan akan hal itu.

Dan seharusnya dirinya tak perlu lagi untuk sakit hati melihat kejadian itu.

Namun, lagi-lagi soal hati.

Adysti langsung bangkit setelah melihat waktu yang ada di HP-nya. Menuju kelasnya yang harus melewati beberapa tangga dari atap gedung berlanjut ke deretan kelas IPA sebelum ke lantai satu kelasnya berada.

Kejar Mantan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang