Di sebuah taman luas terlihat anak kecil laki-laki dengan bola yang ia mainkan. Begitu tampan nan menggemaskan anak itu. Yang sedari tadi ditatap seorang pria dengan koran di tangan pria itu. Sesekali tersenyum, dan berseru, "hati-hati," ketika sang anak bermain bola.
Kepalanya menoleh saat seseorang tiba di dekat kursinya dan menghidangkan secangkir kopi.
"Terima kasih, Sayang," ucap Garlan saat Gina duduk di sampingnya.
"Sama-sama," balas Gina dengan senyuman.
Pernikahan yang sudah terjalin 7 tahun itu menghasilkan seorang anak kecil yang berusia 5 tahun saat ini.
"Nggak sarapan dulu?" Gina bertanya membuat Garlan yang menyeruput kopinya menggeleng. Gina pun mengangguk.
"AGA! MANDI DULU JANGAN MAIN BOLA TERUS!"
Teriakan itu sudah sering Garlan dengar. Apa lagi kini Gina tepat di sampingnya membuat Garlan menyemburkan kopi dari mulutnya. Suara Gina sangat-sangat menggelegar seperti ibu-ibu pada umumnya.
"Kaget, Yang," ucap Garlan membuat Gina terkekeh. "Emang nggak serak? Perasaan teriak mulu," imbuh Garlan menyindir.
"Biasa," balas Gina kini menyender ke pundaknya. Garlan pun mengelus surai rambut Gina. Dengan berselancar di Instagram miliknya.
Sampai berhenti di sebuah foto yang menampakkan Arlan dan Adysti. Pasangan itu masih baik-baik saja. Terbukti, LDR juga bisa berhasil dalam sebuah hubungan asal ada kepercayaan dan kemauan. Sekalipun Arlan yang dikenal cowok playboy.
"Kapan nikahnya Kak Arlan sama Kak Isty?"
"Rencananya bulan ini kata Arlan." Garlan menjawab masih dengan posisi yang sama.
Hening, hingga kedatangan Aga, anak mereka dihadapan Gina dan Garlan. "DORRR!" Anak itu berulah membuat orang tuanya kaget.
Dan langsung berlari ke dalam rumah sambil berteriak. "AYO, MA! MANDI! JANGAN PACAKHAN TEKHUSSS!"
Garlan dan Gina tertawa mendengarnya. Mendengar teriakan anaknya yang sedikit cadel itu terdengar lucu.
"Buruan, gih mandiin." Gina mengangguk dan beranjak dari duduknya. "Mau sekalian? Habis Aga," ucap Gina langsung berlari kecil.
Garlan tersenyum dan menggelengkan kepala menatap punggung sang istri. Dengan dirinya yang dulu masih kuliah. Dirinya mampu mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya. Penghasilan dua Cafe sangat membantu ekonomi mereka. Bahkan di tambah satu Cafe lagi yang dihadiahkan Helena dan Tama.
Sedangkan kuliah Garlan, cowok itu memilih jalur beasiswa dari kepintarannya. Dan Gina, istrinya itu kursus memasak setelah lulus SMA. Dan sekarang bisa membantunya mengurus menu Cafe TwoG S Cafe yang sudah mempunyai lebih dari 5 cabang.
Garlan sama sekali tidak membebani Helena atau Tama. Sampai kedatangan sang anak, Feraga Gandi Brastian.
Sebuah putaran balik. Hubungan yang putus kini terjalin kembali. Tidak ada yang aneh tentang hal itu. Beberapa keberhasilan pasti ada sebuah kegagalan. Begitupun dengan hubungan, mungkin harus berkeliling terlebih dahulu dengan cara memutuskan orang di masa lalu. Hingga berjumpa dengan titik temu. Jodoh yang sesungguhnya sekalipun dengan seorang mantan.
Tidak ada kesalahan, selain cemburu dan kesalah pahaman.
Pikirkan lagi saat berkata. Saring lagi sebuah rasa. Berpikir sebelum menggores luka. Daripada mengalami masa sulit untuk menyembuhkan luka itu, saat hati, logika, dan waktu yang menyuruh.
Teruntuk yang mau bilang sayang. Silakan. Bilang cinta? Silakan.
Tidak perlu ragu, apa lagi malu. Sayang bilang sayang, cinta bilang cinta. Juga tidak perlu memberi sebuah kamuflase. Sebuah harapan karena keraguan.
Teruntuk yang balikan sama mantan. Baik-baik, ya. Semoga bahagia dengan pilihan itu. Semoga bisa menghadapi sesuatu, dan belajar dari kisah terdahulu.
===
Akhirnya kelar juga😂
Terima kasih yang telah baca cerita ini. Terima kasih sudah memberi vote untuk cerita ini dan untuk komen positif negatifnya. Semuanya terima kasih.
Dan untuk Penerbit Kadentyas Publisher. Terima kasih atas kesempatannya buat cerita ini masuk ke event KIMAJI yang sudah diadakan.
See you👋
Sampai jumpa di ceritak gue selanjutnya.
Salam_Kang Coret.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Mantan [END]
Teen Fiction[PART LENGKAP] "Di saat orang-orang ngejar masa depan. Eh, lo sendiri yang ngejar masa lalu." Sindiran itu terucapkan untuk seorang pemuda. "Tapi gua ngejar karena ada hal yang memang ngedorong gue buat ngelakuin itu. Perasaan gue yang terlambat. Em...