Hai, ges. Balik lagi, yah?😂
Cusss baca
---HAPPY READING---
🔆 Harus Dijaga 🔆
Kotak kecil itu kini dibuka. Memperlihatkan sepasang cincin yang salah satunya pernah Garlan pakai. Cincin itu merupakan cincin pertunangannya dengan Gina. Tetapi setelah ia dengan ucapan brengseknya memutuskan pertunangan itu, Gina langsung mengembalikan cincin yang dipakai cewek itu.
"Gina nggak berhak lagi nyimpen cincin ini."
Itulan perkataan yang masih Garlan ingat.
"Tapi sekarang lo berhak, Gin, sangat berhak buat pakek cincin ini lagi."
Malam masih menemaninya di balkon kamar. Memikirkan hubungannya dengan sang mantan yang mengalami sedikit kemajuan.
Di tempat lain, hubungan kedua remaja yang mungkin juga mengalami perubahan menjadi lebih baik itu, terbukti dari pelukan erat kedunya yang sama-sama mendekap. Taksi yang mereka tumpangi barusan pergi meninggalkan pelataran yang lumayan luas dengan bunga dan pepohonan di sana.
"Lo yakin nggak mau pulang?"
Gelengan Adysti menjawab pertanyaan Arlan. Cowok itu hanya mengangguk, tak mempermasalahkan akan hal itu. Dia tahu, mantannya ini sangat kesepian di rumah sebesar yang orang tua Adysti punya. Bahkan cewek itu lebih sering menempati apartemen miliknya sendiri.
Arlan mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan sang mantan. Tetapi tidak ada niatan untuk dirinya kembali.
Lebih tepatnya Arlan tidak memaksakan untuk Adysti menerimanya sebagai pacar lagi. Bagus, sadar diri berarti!
"Cuci muka dulu, gih. Habis itu tidur. Gue mau ambil kaos buat ganti baju. Kalo lo mau ganti juga pakek kaos gue aja," ucap Arlan setelah tiba di kamar bernuansa putih itu.
Adysti hanya mengangguk. Rasanya malas untuk mengeluarkan sepatah kata.
"Ti," panggil Arlan mencegat Adysti yang hendak ke kamar mandi di sana.
"Apa?" Pada akhirnya suara cewek itu keluar.
"Lo nggak minta gue temenin tidur?" tanya cowok itu. "Sapa tau lo khilaf mau bikin debay." Lanjutnya yang melantur membuat Adysti tak segan-segan untuk melepas sepatunya dan melemparkan ke arah Arlan.
Dukkk!
🔻🔺️🔻
"KAK ARLAN!"
Arlan yang mendengar langsung menghentikan langkahnya dan menoleh. Melihat Gina yang berlari kecil dengan senyuman manisnya.
"Kak Garlan mana?" tanya cewek itu. Dirinya sedari pagi tidak melihat batang hidung cowok itu, bahkan pagi tadi Garlan tidak menjemputnya atau sekedar memberinya cokelat atau mengiriminya bunga.
"Eh, Ning manis," sapa Arlan terlebih dahulu. "Hari ini dia izin, katanya sakit," jawab Arlan.
Rasa khawatir langsung menghampiri mendengar kabar itu. "Makasih udah dikasih tau, Kak. Gina duluan," ucap Gina langsung pergi menjauh dari Arlan yang hanya menggelengkan kepala.
Dirinya merogoh sakunya tetapi benda pipih yang ia cari tidak ada di sana. Terpaksa ia harus kembali ke dalam kelas. Dan saat menemukan HP-nya dia berniat langsung menghubungi Garlan. Belum sempat ia menekan kontak cowok itu, Bu Mince yang sebentar lagi memberi ilmu di kelasnya sudah masuk diiringi suara bel yang nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Mantan [END]
Teen Fiction[PART LENGKAP] "Di saat orang-orang ngejar masa depan. Eh, lo sendiri yang ngejar masa lalu." Sindiran itu terucapkan untuk seorang pemuda. "Tapi gua ngejar karena ada hal yang memang ngedorong gue buat ngelakuin itu. Perasaan gue yang terlambat. Em...