TIGA PULUH DUA

325 25 0
                                    

Hai, ges. Balik lagi, yah?😂

Cusss baca

---HAPPY READING---

🔆 2 K 🔆

Motor CB itu memasuki rumah megah nan besar. Garlan yang masih memakai seragam SMA-nya memakirkan terlebih dahulu motornya itu di depan pintu garasi, sebelum membukanya dan memasukkan motornya ke dalam. Tiga mobil dan empat unit motor termasuk motornya memenuhi ruangan itu.

Kakinya melangkah masuk ke dalam rumah. Hendak menaiki anak tangga menuju kamarnya, tetapi kedatangan Bik Sus yang memanggilnya mencegat.

"Aden," panggil Bik Sus. "Tuan Tama sudah pulang, aden ditunggu tuan di ruang kerjanya."

"Papi udah pulang, ya, Bik? Oke Bik, Garlan langsung ke sana aja kalau gitu," ucap Garlan. "Oh, ya. Garlan minta tolong siapin air anget. Garlan mau mandi." Lanjutnya dan diangguki Bik Sus.

"Makasih bibik cantik."

Cowok itu langsung melenggang pergi. Menuju ruang kerja Tama. Sudah lama sekali rasanya tidak bertemu sang Papi karena pria itu sibuk dengan pekerjaannya. Garlan tak mempermasalahkan, dia menganggap itulah bentuk perhatian dan kasih sayang.

Meskipun hanya dengan uang, tetapi hidup 'kan memang butuh uang.

Pintu bercat putih itu dibuka. Melihat Tama yang menghadap jendela kaca yang menampakkan langit sore dengan cangkir di tangan pria itu.

"Pi," panggil Garlan membuat Tama menoleh.

Tidak ada senyuman, tidak ada sahutan. Yang Garlan lihat Papinya hanya menatap tanpa ekspresi yang Garlan tidak tahu.

"Duduk."

Setelah hening beberapa detik pria paruh baya itu mengeluarkan suara. Masih menatap Garlan, Tama meletakkan cangkir putih itu.

"Apa papi pernah mengajarkan untuk melakukan sebuah kesalahan?"

Garlan menegang. Prediksinya benar, sudah ia ketahui kalau hal seperti ini akan terjadi.

Garlan menggeleng.

Meskipun kurangnya perhatian, Tama selalu mengutamakan dirinya. Dirinya ingat, selama ada waktu pria paruh baya itu selalu ada untuknya. Meskipun lelah bekerja dan waktunya untuk istirahat pria itu lebih memilih menemui dan menamani anaknya yang sudah kehilangan sosok ibu.

Garlan dididik dengan baik. Dan Garlan sadar, dirinya juga harus memberi hal baik untuk Tama meskipun pria itu tak meminta. Tidak ada kesalahan, itulah yang selalu pria itu peringatkan. Berpikir sebelum bertindak!

"Berdiri."

Garlan langsung menurut. Berdiri menunggu apa yang selanjutnya terjadi. Dirinya juga merasakan sepasang kaki pria yang dia panggil 'Papi' itu mendekat.

Bugh!

Garlan tetap bertahan meskipun kepalanya menoleh ke samping karena tonjokan di sudut bibirnha. Sedikit mendongak, matanya menangkap sorot mata kecewa dari pria dihadapannya. "Untuk kesalahan pertama," ucap Tama dengan tenang.

Bugh!

"Kesalahan kedua," ucap Tama lagi. Kali ini dirinya mencengkeram kedu sisi sudut putranya. Menatap lama putra satu-satunya dengan sorot penuh kekecewaan.

Namun, kekecewaan yang juga hadir dari tatapan itu membuat Garlan terpaksa melepas cengkeraman itu dan menunduk. Sadar, dirinya memang salah.

Bugh!

Kejar Mantan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang