TIGA PULUH ENAM

400 25 0
                                    

Hai, ges. Balik lagi, yah?😂

Cusss baca

---HAPPY READING---

🔆 Selain Penyesalan 🔆

"Buat apa?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Tama terdengar remeh dengan tatapan sinis.

"Mau nanya Gina sedang ada di mana. Atau papi tahu Gina ada di mana?" Garlan bertanya, menekan rasa takutnya.

Sebenarnya bukan takut, tetapi kejadian ia ditinju kemarin membuatnya gerogi untuk bersikap santai seperti biasanya. Entahlah, Garlan merasa kekecewaan Papinya begitu kentara.

"Papi tau kalau kamu mendekati Gina lagi. Dan awalnya papi setuju bahkan sangat mendukung," ucap pria itu dan menghela napasnya sebentar. "Papi seharusnya bilang sama kamu, Pras yang memang sudah tahu tingkahmu ingin membatalkan pertunangan itu dulu dan papi juga menyetujuinya. Tapi Gina, gadis itu ternyata tidak mau dan memilih mempertahankan sampai akhirnya keputusan kamu terjadi dengan kamu menghina dia. Ada kemungkinan gadis kesayangan papi waktu itu telah jatuh cinta, dengan anak kandung brengsek sepertimu itu."

Garlan terdiam. Sudah dirinya pahami, hal inilah yang membuat dirinya mati kutu seperti ini. Memang benar adanya, tak ada hal lain untuk menyangkalnya. Selain, "keadaan sudah berbeda, Pi. Dan Garlan sudah membuat keadaan itu lebih baik dan diterima Gina dengan baik." Kata cowok itu.

"Kalau papi jadi Gina. Lo... gue... end." Tama berucap dengan gaya jari telunjuknya menggorok lehernya.

"PI!" ucap Garlan dengan nada tinggi yang malahan menghadirkan tawa dari Tama.

"Papi nggak mau gadis kesayangan papi sakit hati lagi." Tama memperlihatkan senyumannya. Memang, Gina sudah dianggapnya seperti itu meskipun cewek itu anak dari rekan kerjanya saja.

"Minta penjelasan sama Adysti. Mantan pacar pura-puramu itu."

🔻🔺️🔻

"Gina nggak mau sekolah, ah, Ma. Gina mau kursus masak aja."

"Ih, nggak boleh gitu, Sayang. Tamatin dulu sekolah kamu habis itu mama serahin sama kamu. Mau kuliah atau mau kursus terserah kamu."

"Kalo Gina lulus Gina langsung mau kawin," celetuk cewek itu membuat Helena menatapnya tajam.

Gina menggeleng sambil terkikik geli. "Gina mau langsung kursus. Gina males, ah harus adaptasi sama lingkungan baru. Ribet," ucap cewek itu.

Helena menghela napasnya. Tak habis pikir dengan putri semata wayangnya.

"Mama tahu... tapi Gina tetep harus sekolah," bujuk wanita itu lagi. Melihat anaknya yang ingin memprotes, lebih baik dirinya mengancam sesutau yang seharusnya. "Sekolah atau mama telepon Garlan buat jemput kamu?"

Reflek Gina menggeleng dan menggerakkan tangannya untuk menolak ucapan mamanya. Helena belum tahu kenapa dirinya tidak mau bertemu dengan mantannya alias Garlan. Intinya dirinya tidak ingin bertemu dalam waktu dekat ini, alasannya.

"Emang kenapa, sih? Coba cerita sama mama. Jangan lari dari masalah," saran Helena.

"Jangan-jangan kamu langsung nurut pindah ke sini tanpa apa-apa karena masalah kamu sama Garlan lagi. Emang kenapa, sih, Gin? Berat masalahnya?"

Gina menggeleng, berpura-pura menata rambutnya. Mamanya juga belum tahu, sejak perjalanan ke Bandung HP sang mama selalu di tangannya, dan menolak setiap panggilan dari Garlan maupun nomor yang tidak dikenal tetapi mengirimi pesan bahwa itu nomernya Arlan.

Kejar Mantan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang