32. Berpisah •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

208 17 56
                                    

         "Kita akhiri ya!" Tiga kata beribu duka, apa maksud dari ucapan Pengki, Ia tak mengerti apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

         "Kita akhiri ya!" Tiga kata beribu duka, apa maksud dari ucapan Pengki, Ia tak mengerti apapun. Bukankah kemarin hubungannya dengan kekasihnya baik baik saja? Tertawa, bercanda, menjalani hari penuh warna. Haruskah berakhir sesingkat ini?

"Tapi kenapa?" Air bening seperti kristal itu mengalir deras dari kedua bola mata indahnya.

"Maafkan aku memilih untuk pergi meninggalkan lalu menjauh."

Jika bisa memilih Pengky sangat ingin terus bersama Marpuah. Namun apalah daya perintah ayah tidak bisa dibantah, dia juga tak mau dicap sebagai anak durhaka.

"Aku kira kamu akan selalu ada di sampingku setiap saat. Tapi sekarang ingin pergi, salah aku apa? Jangan tinggalkan aku, kumohon."

Terkadang orang yang selalu ada sekalipun suatu saat nanti akan pergi, pada akhirnya penyemangat hidup adalah diri sendiri.

"Ini bukan salah kamu akan tetapi Ibumu yang telah membunuh adik serta Ibuku, aku sudah menjelaskan pada Ayah aku ingin bersama kamu tapi ... "

"KAMU JANGAN MENUDUH IBUKU SEBAGAI PEMBUNUH!!" Marpuah marah ia tak terima walau Mama selalu bersikap buruk padanya ia tetap sakit hati orang tuanya dihina.

Pengki terdiam ia merasa bingung mengapa setiap cinta yang penuh warna tentang harapan bahagia selalu berakhir dengan luka?

"Mell aku tidak menuduh ibumu aku punya buktinya," ucap Pengki seraya memutar rekaman CCTV rumahnya lima tahun lalu, video itu berisikan seorang wanita dengan tega menusuk anak kecil sampai nyawanya merengut.

Marpuah tak sanggup melihat itu semua, melihat darah berceceran dilantai perutnya mendadak mual. Dia menjatuhkan handphone milik Pengki sampai hancur berkeping keping lantaran handphone itu jatuh terbentur lantai keramik.

Betapa terkejutnya saat menyaksikan seorang wanita yang ia panggil Mama tega memenggal leher anak kecil tak berdosa. Sekujur tubuh Marpuah merinding.

Jikalau video sampai ke tangan polisi Ibunda dari Marpuah akan mendapatkan hukuman berat.  tetapi Ayah Pengki tak tega dengan kedua putri kecil yang malang itu. Bagaimana bisa mereka hidup tanpa kasih sayang seorang Ibu.

"Ma maaf yah, handphone kamu jadi rusak." Marpuah masih tidak menyangka bahwa ibunya pembunuh keji tak punya rasa kemanusiaan.

"Tidak masalah Mell, harusnya aku yang meminta maaf lantaran gak bisa memperjuangkan cinta kita." ucapan itu keluar begitu saja dari mulutnya, ia pun sudah tak tahan melihat gadisnya menangis sedih berlinang airmata.

"Tak apa mungkin kamu bukan takdirku. Hm bolehkah aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya?" tanpa berkata sepatah kata Pengki langsung memeluk tubuh Marpuah sangat erat, rasanya  berat untuk melepas.

Entahlah terkadang semesta sebercanda itu, dia mempertemukan kita dengan orang yang kita cintai lalu setelah itu semesta pula yang memaksa memisahkan dua insan yang saling mencintai.

Marpuah My Love [ Selesai ✔ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang