43. Mantan terindah(⁠づ⁠。⁠◕⁠‿⁠‿⁠◕⁠。⁠)⁠づ

135 20 30
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

       Langit yang semula terang benderang  disinari cahaya rembulan kini mendadak keruh bintang-bintang yang menghias angkasa bersembunyi dibalik awan hitam. Sepertinya akan turun hujan, maka dari itu Marpuah mempercepat langkahnya agar cepat sampai  rumah.

Dalam diam termenung memikirkan cinta yang telah pergi, dadanya begitu sesak saat mengingat orang dia cintai menyempatkan cincin di jari manis gadis lain.

Air mata tumpah berbarengan dengan rintik hujan yang jatuh ke bumi, seolah langit ikut merasakan kesedihan yang  rasakannya.

"Hujan Neng ayo kita neduh dulu di warung Mak Ijah," ucap Nenek, menyadarkan Marpuah dalam lamunan.

"Iya, Nek." Mereka memutuskan untuk istirahat sejenak seraya berlindung dari tetesan air hujan yang semakin deras.

Warung mak Ijah menjadi saksi bisu pertemuan dua insan yang dulu pernah berbagi cinta. Begitu banyak kenangan manis yang sudah ia lalui bersama mantan kekasih tersayang.

Malang sekali ketika dua insan yang saling mencintai terpaksa berpisah hanya karena permusuhan orang tua. Kisah ini begitu memilukan tiga hati sekaligus, patah bahkan hancur berkeping -keping tak kala mereka terjebak dalam hubungan punuh liku nan rumit.

Dibawah guyuran air hujan sepasang kekasih tengah berpelukan, walau udara malam ini dingin menusuk kulit mereka masih merasakan kehangatan.

Rasa rindu yang selalu datang menyapa berharap pertemuan adalah obat dari kerinduan justru membuka luka lama yang sudah susah payah gadis itu sembuhkan sendiri. Kini ini tergores kembali.

Ralyn dan Penki bercumbu mesra mata Marpuah menyaksikan sendiri, perasaannya kini campur aduk ada bahagia, sedih dan sakit hati.

Marpuah bahagia bisa melihat wajah Pengki setelah sekian lamanya lelahnya menunggu dalam penantian tidaklah berakhir sia-sia. Melihat dia sudah bahagia bersama orang lain itu sudah sangat cukup.

"Hai mantan sudah move on dari gue ya? Duh uwu banget, jadi ngiri gue aja dulu gak pernah di peluk erat seperti itu," kata Marpuah, telinga Ralyn sakit mendengar ucapannya.

"Mellysa apa kabar?" tanya Pengki basa basi.

"Setelah lo ninggalin gue, demi pelakor gak tahu diri ini buat apa  tanya kabar gue hah? Gue sayang banget sama lo, Ki! Tapi apa yang lo lakukan bukanya berjuang demi cinta kita lo malah terima perjodohan konyol itu!!!  lo bilang semua ini demi kebaikan gue? Kebaikan apa apa yang lo maksud? Yang ada gue hancur sehancur-hancurnya." Marpuah tersenyum manis untuk menyembunyikan rasa sedihnya.

"Gak menyangka ternyata kamu kasar banget yah! Hanya berpura pura lembut diharapkan Pengki cih jijik."

Sebenarnya Ralyn tidak tega mengucapkan hal itu kepada Marpuah justru ia merasa bersalah. Namun dalam urusan cinta dia egois tidak ingin kasih sayang Pengki terbagi dia hanya ingin Pengki menjadi miliknya untuk selamanya.

"DIEM LO PELAKOR!! GAK USAH SOK KAYA GAK PERNAH NGOMONG PAKAI BAHASA GAUL AJA, DASAR KAMPUNGAN!!!" Marpuah mengela nafas ia tidak bisa lagi mengontrol emosi.

Pengki hanya terdiam seolah pertengkaran anatara Mantan dan kekasihnya adalah hiburan gratisan untuk menghibur diri dikala penat.

"Sudah Mar, jangan bertengkar." Nenek mencoba untuk meredam emosi Marpuah agar fikiran cucunya jauh lebih tenang.

"Mell Maaf, aku tak punya pilihan hm walau hubungan kita sudah berakhir kita masih bisa jadi sahabat kan?" ujar Pengki, dia masih sangat sayang Marpuah ia tak sanggup jauh dari gadis itu.

"Sahabatan sama lo? Dih gue sih ogah! Temenan aja sana sama monyet."

"Kamu marah sama aku Mell?"

"Gak usah banyak bacod gue capek! Ingat ya ... Ki. Gak semua masalah selesai dengan kata maaf! lo bilang mau jadi sahabat yang selalu ada buat gue tapi apa lo malah ngilang, lo malah milih Ralyn! kesempatan untuk kita kembali dekat sudah habis jadi jangan harap kita bisa seperti dulu lagi."

Hati Ralyn di limpahkan banyak kebahagian, mimpi untuk menjadi teman hidup Pengki perlahan menjadi nyata kali ini Marpuah bukan lagi duri dalam hubungannya bersama Pengki.

Sebab hubungan Marpuah dan Pengki mustahil untuk kembali menyatu.

****

               "Dulu bilangnya sayang giliran sudah putus musuhan haduh emang paling betul jadi jomblo aja Kak Puah!" ucap Markojang yang berkunjung ke rumah Nenek, ia disuruh ibunya untuk mengantarkan es batu pesanan Marpuah.

"Ojang haus yuk masuk aku buatkan minuman!"

"Ah kak Puah, gak usah repot repot Ojang cuma mau kopi hangat pakai toping karamel dan coklat bubuk, kaya yang di cafe kenangan itu loh, Kak Puah tau gak?"

"Gak usah repot repot pala bapak kau, itu mah banyak maunya bangsat!!!."

Entah mengapa Ujang lebih kalem dan baik, dibandingkan Markojang yang terlalu banyak tingkah yang terkadang bikin darah tinggi naik.

"Ya ... maaf kak Puah, kan kata orang tua tamu adalah raja."

"Iyain biar senang, siapa tahu besok kamu udah gak ada," kata Marpuah pakai nada meledek.

"Terimakasih Kak Puah cantik."

Marpuah pun dengan lihai mempersiapkan camilan untuk Markojang, cowok itu sangat suka cabai goreng balado yang ia masak dua hari yang lalu.

"Ojang ambilkan es batu habis itu ulek sampai halus ya."

"Okey siap kak Puah." Tanpa berfikir panjang Ojang langsung melaksanakan perintah Marpuah.

"Sudah selesai belum ulek es batu nya?" tanya Marpuah yang sibuk mencuci piring kotor.

"Kalau udah diapakan lagi Kak?" Ojang balik bertanya.

"Rebus es batu sampai mendidih, habis itu kalau sudah kamu pakai airnya untuk seduh kopi."

Ojang menepuk jidat, mengapa harus repot ulek es batu jikalau es itu dipanaskan? Apa bedanya membuat kopi pakai air biasa sama es batu yang di rebus.

***


Marpuah My Love [ Selesai ✔ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang