37. Mimpi •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

161 31 171
                                    

               Seorang gadis cantik berlarian di tepi pantai. Angin yang terhembus kencang membuat rambut panjangnya seolah menari, gaun panjang yang ia pakai basah dibagian bawah terkena air laut.

Senja membentang di langit barat warna jingganya membawa kehangatan. Senja adalah salah satu cara untuk menikmati sisa cinta semesta.

Ujang sangat tidak percaya siapa gadis yang ada di tepi pantai itu senyuman manis gaun berwarna putih serta rambut panjang tergerai membuatnya semakin terlihat cantik.

Ya... gadis itu Silfi adiknya, dia hadir dalam mimpi Ujang saat ini.

"Silfi," ucap Ujang memanggil nama adiknya.

Debur ombak menghantam batu karang menciptakan harmoni nan indah didengar. Suara bisingnya menenangkan pikiran.

Suara kicau burung bersahutan, gemericik air terdengar merdu. Silfi masih bermain di tepian pantai, ia melambaikan tangan kearah Ujang.

"Silfi itu beneran kamu?" Ujang melangkah menghampiri Silfi, kakinya merasa geli tak kala ombak menjilati.

"Iya, Ujang jangan sedih aku akan selalu ada bersembunyi dibalik awan, jika Ujang rindu Ifi lihat langit saja," ucap Silfi tangan lembutnya menghapus air mata kakak laki-laki yang teramat ia sayang.

"Silfi ikut pulang yuk, kasihan Emak."

"Ujang tugas Ujang menjaga Silfi sudah selesai, sekarang tugas Ujang menjaga Emak dan Bapak ya."

"Kok kamu ngomong begitu."

Tanpa ada jawaban Silfi pergi bersama Senja yang terbenam meninggalkan kegelapan malam yang belum tentu berbintang.

"Silfi jangan pergi!!" Menatap kepergian adiknya hati Ujang terasa begitu sesak airmata pun tak kuasa terus berlinang.

"Ujang bangun Nak!" suara lembut menggema ditelinga Ujang dia pun langsung bangun dari buaian mimpi.

Ujang mencari gadis manis jelmaan peri senja yang ia temui namun sayang dia tidak berada disini.

"Emak, ada apa?" tanya Ujang, dia penasaran ada apa Emak menemuinya sentuhan lembut tangan Emak membuat hati Ujang menghangat.

"Makan dulu Jang, Emak sudah masak makanan favorit Ujang." Air mata tak dapat dibendung lagi Ujang langsung memeluk Emak. hari ini ia merasa teramat bahagia lantaran Emak bersikap baik padanya.

Sudah dua minggu berlalu setelah kepergian Silfi, rumah yang biasanya ramai oleh canda tawa kini sepi bagikan rumah kosong tak berpenghuni.

Semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing, bahkan Ujang memilih untuk tinggal di rumah kontrakan yang ia sewa bersama Naina dulu. Ia tak ingin pulang melihat orang tuanya hancur ia tak sanggup melihat itu semua sampai Bapak datang menjemputnya pulang.

"Iya Mak." Ujang  tersenyum.

Ujang menatap jam dinding ternyata waktu telah menunjukan pukul 20.33 WIB, air mata kembali menetes tak kala kenangan indah bersama Silfi teringat kembali dalam benaknya.

"Kok nangis? Mau Emak suapin makan?" Emak mengambilkan makanan untuk putra tercintanya, ia berharap dengan ini dapat mengurangi rasa bersalahnya.

"Makasih Mak, tapi Ujang mau makan sendiri," ucap Ujang seraya menguap makanan ke mulutnya. Rasa makanan yang sangat ia rindukan.

Dua minggu belakangan Emak tak pernah masak, dia labih suka menyendiri, sementara Bapak pulang kerja dalam keadaan perut sudah terisi.

"Emak minta maaf ya Jang, sudah mengabaikan kamu." Emak merasa sangat bersalah tak seharusnya ia bersikap buruk pada Ujang kini dia sadar bahwa ada satu nyawa lagi yang harus ia jaga.

"Gak apa-apa Mak." Emak memeluk erat putranya ia sudah berjanji akan terus menjaga Ujang lantaran ia tak mau ditinggal pergi oleh buah hatinya lagi.

"Malaikat kecil ku," kata Emak penuh haru.

****

          "Saya bersumpah siapapun yang telah membuat putri saya tiada hidupnya tak akan bahagia."

Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Marpuah, sebab ucapan itu menjadi kenyataan karena Tini adiknya mengalami kecelakaan dua minggu lalu di dekat pemakaman Silfi, kaki Tini tertimpa dahan pohon.

Sementara Mama tangannya mendadak lumpuh.

Marpuah tak percaya kutukan itu ada, ia juga bingung apakah ini ujian atau hukuman.

Bapak masuk penjara dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara, hal itu yang membuat Marpuah takut.

Kini ia termenung menatap langit malam, suara burung hantu serta angin yang berhembus sangat kencang membuat tubuhnya merinding ketakutan.

Srekkk srekkk.

"Suara apa itu?" Marpuah menoleh ke arah semak belukar namum ia tak melihat apapun.

Hihihi hhihihi.

Terdengar suara aneh yang membuat malam ini semakin horor.

"Silfi atas nama bapak aku minta maaf tapi jangan menganggu aku please."

Marpuah merasa dihantui oleh sosok Silfi akan tetapi itu tidak benar melainkan suara handphone Markojang yang kebetulan lewat.

"Duh kok seram banget sih!" Marpuah menutup matanya mengunakan masker.

"Duaaaarrr wahai kakak cantik." Jantung Marpuah berdetak sangat kencang ia takut ada orang jahat yang akan menyakitinya.

"Kamu siapa jangan menganggu saya!" Marpuah menjerit ketakutan.

"Aku Markojang, sepupu Ujang ganteng Sukiman." Akhirnya Marpuah dapat menghela nafas lega.

Plak Marpuah menampar pipi Ojang ia sangat berharap manusia otak cupang itu tak mendengar ucapannya tadi karena ia takut Ujang akan semakin membencinya.

"Dasar menyebalkan!"

"Kok marah lagi dapat tamu bulanan ya, galak bener!" Ojang meledek Puah.

Malam ini langit begitu sepi tak ada satupun bintang yang menghias angkasa, cahaya bulan pun redup tertutup awan hitam.

"Gak usah sok tahu." Marpuah berfikir tak ada bedanya dia dengan Ujang sama-sama menyebalkan buat darah mendidih.

"Kenapa sih kak Puah galau ya? Habis putus cinta ya, daripada gegana lebih baik kita happy nonton video Blackpink uwu ada ayang aku loh," kata Ojang seraya main handphone.

"Astoge halu banget lo Ojang." Mendadak marpuah tertawa melihat tingkah laku Markojang.

Marpuah dan Marjojang sepertinya mereka cocok menjadi sepasang kekasih.

"Aye aye, bodo yang penting happy." Kini Markojang menari mengikuti irama musik.

"Jang, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Puah pada Ojang.

"Iyupss mau tanya apa?"  Jawab Ojang.

"Kan kamu fans banget sama Blackpink  siapa yang paling kamu suka?"

"Gue sih, paling cinta sama Lisa dan Juminten."

"Etdah goblok Juminten teh saha?" Marpuah emosi lalu meninggal Ojang seorang diri.



:(


Marpuah My Love [ Selesai ✔ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang