"Darimana saja kamu Jang?" tanya Emak. Heran tak seperti biasanya Ujang seperti ini pulang larut malam, handphone jarang aktif Emak dan Bapak curiga bahwa ada sesuatu yang Ujang sembunyikan.
"Ujang mengunjungi makam Silfi, terus temani Naina jualan kue keliling desa. Pulangnya ketemu Kak Puah maaf jadi lupa waktu sebab bersama Marpuah waktu berlalu begitu cepat," jawab Ujang yang sejujurnya.
"Sudah berapa kali Emak bilang jangan sesekali mendekati Marpuah Ujang!!"
"Emak ngomong 'jangan dekati Marpuah' kalau tidak salah sudah seribu dua ratus lebih." Ujang garuk-garuk kepalanya yang gatal lantaran tertular kutu dari Markojang.
Ujang adalah tipe orang yang sangat malas mandi. Alasannya sih agar hemat air dan juga listrik. Sempak pun ganti satu minggu sekali, prinsip Ujang mah tidak mandi tak masalah yang penting wangi. Toh kegantengannya tidak akan pernah pudar sampai kapanpun.
"Tuh tahu trus kanapa kamu masih main sama dia?" Emak melampiaskan rasa kesalnya dengan cara menjewer telinga Ujang.
"Kak Puah itu orangnya kayak si Rahmad Mak, terlalu asyik dia tuh."
"Pokoknya Emak tidak mau tahu kamu harus menjauhi gadis itu atau Pinky, Emak jual ke tukang rongsokan."
"Dih! Emak mah tega. Masa Pinky mau di kiloin."
"Makannya kalau Emak ngomong tuh dengerin! Jangan membangkang."
Sampai detik ini Ujang masih bingung alasan Emak tidak mengizinkan dirinya dekat dangan Marpuah itu apa? Emak hanya bilang kalau orang tua Marpuah pembunuh keji tak punya hati. Menurut pendapat Ujang itu bukan alasan tepat mengapa Marpuah yang kena imbas dari perbuatan orang tuanya? Bukankah ini sangat tidak adil?
"Alasan Emak larang Ujang dekat sama kak Puah itu apa? Serius tanya."
"Karena Bapaknya Puah orang yang sudah..." Emak menghentikan perkataannya, karena bapak memberikan sebuah isyarat kalau Ujang tidak boleh tahu jikalau orang yang membunuh adiknya adalah ayah dari kekasihnya. Bapak tidak ingin ada kebencian yang mengotori hati putra semata wayangnya itu.
"Ujang kamu mandi sana," kata Bapak, Ujang pun mau tidak mau mengikuti perintah bapak. Padahal ia lagi marahan sama air. Namun apalah daya mencium aroma tubuh sendiri membuat Ujang mual.
Airnya dingin kaya sikap dia, gayungnya bentuk love bikin kebayang bayang kamu mengusik relung kalbu. Eaaaaaa.
"Bapak kenapa sih? Selalu larang Emak ngomong soal Bapaknya Puah! Biarkan dia tahu Pak. Emak hanya tak ingin Ujang menjadi korban selanjutnya."
"Bukan gitu Mak, Bapak hanya tak ingin Ujang menyimpan dendam biarkan anak kita yang otaknya rada senglek itu menjadi anak baik, apa salahnya kita memberi izin Ujang berteman dengan Marpuah. Selagi mareka gak pacaran sama gadis itu."
"Apa yang Bapak ucapkan ada benarnya juga sih, Emak juga berharap anak kita menjadi orang baik. Kalau misalkan Ujang sampai menyukai Marpuah lalu mereka menjalin hubungan lebih dari teman Bapak mau melakukan apa?"
"Bapak gantung Ujang di pohon mangga belakang rumah."
"Gak sekalian di kick dari kartu keluarga."
"Ide bagus."
***
Ujang menatap wajahnya di cermin, dia merasa sangat tampan. Ujang sudah mandi kembang tujuh rupa agar tubuhnya wangi semerbak bunga.
"Gue ganteng banget." Ujang percaya diri kalau wajahnya teramat tampan mirip artis. Gak glowing tidak masalah yang penting Ujang ganteng.
Hari ini Ujang berencana untuk mengutarakan perasaan kepada bidadari cantik mirip mbak kunti bernama Marpuah Sabalabala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marpuah My Love [ Selesai ✔ ]
UmorismoMarpuah My Love Genre : Komedi Romance. [ Ketika usia tak menjadi pengukur cinta. Ini tentang Ujang dan kebodohan nya. Ujang bocah baru netes kemarin sore masih bau kencur serta ingusan, keseringan baca Wattpad dan nonton ftv membuat Ujang ngebet b...