Rutinitas pagi hari seperti biasa Naina masak dan mempersiapkan kue untuk berjualan sementara Ujang sibuk beres -beres kontrakan yang lumayan berantakan. Seusai mengerjakan itu semua Ujang mencoba mengasah otaknya dengan belajar.Terhitung sudah dua bulan lamanya mereka pergi dari rumah masing-masing. Ternyata tidak mudah hidup jauh dari keluarga jujur Ujang merindukan teriakan Emak yang selalu menggetarkan jiwa.
"Kak Ujang dimana?" tanya Naina seraya membawa piring berisi nasi uduk dan satu gelas susu hangat.
"Di kamar Nai masuk saja."
Ujang nyaut, dia sedang mengerjakan tugas sekolah yang numpuk bagikan gunung. Kepala Ujang pusing tujuh keliling dirinya kesel lantaran pihak sekolah memberikan begitu banyak tugas. PR bejibun bikin otak Ujang ngebul.
"Kak Ujang makan dulu aja nanti sakit. Habis sarapan Kak Jang berangkat sekolah belajar yang pinter ya." Naina mendekati Ujang lalu mencium pipi tembam cowok itu.
Naina dan Ujang sudah cukup lama pergi dari rumah, sampai detik ini belum ada yang mencari keberadaan mereka.
Mereka kabur ke desa Upil Naga yang dikenal dengan keindahan gunung kembarnya serta pesona pantai yang begitu memukau. Tinggal di sini sama sekali tak membuat Ujang dan Naina kesulitan jika tidak mempunyai uang mereka berpetualang mencari sayuran dan ikan di alam liar.
"Iya cantik kamu juga siap-siap mandi sekolah ." Ujang masih sibuk main handphone.
"Kak Jang Nai gak boleh sekolah lagi sama ibu guru karena belum bayar spp." Mata gadis mungil itu berkaca kaca. Perasaan sedih mengusik hatinya ia senantiasa berhadap ayah mencarinya. Namun tidak bahkan uang SPP sekolah belum ada yang membayarnya.
"Hm yaudah nanti kakak cari uang yang buanyakkkk buat kamu supaya bisa bayar spp sekolah kamu."
Selama ini Ujang bekerja menjadi kuli panggul di pasar agar bisa bayar kontrakan dan makan sehari-hari. Apapun Ujang lalukan ia rela kehujanan rela kepanasan hanya untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.
"Makasih Nai sayang Kak Ujang, Nai benci Kak Afi dia gak sayang aku lagi hiks." Naina menangis dia sangat ingin Afrian datang menjemput tetapi kenyataannya tidak ada yang perduli sama sekali.
"Naina jangan ngomong gitu kak Si Kampret Afrian itu gak tau kita ada dimana? Siapa tau dia cari kamu dari kecil kan dia sangat sayang kamu Nai." Ujang mencoba untuk menghibur adiknya itu.
"Yaudah kakak Nai mau siram tanaman dulu ." Naina melangkah keluar dari kamar Ujang.
Kepala Ujang semakin pusing sebab tugas sekolah tak ada satupun yang selesai.
Kini Ujang membuka handphone untuk mencari hiburan agar tak galau memikirkan pelajaran, Silfi, Emak, Bapak, dan Ayang bebnya si Siska.
Ting ting neeeng neng nong neng
Notifikasi dari WhatsApp meresahkan. Belum juga selesai mengerjakan tugas eh sudah dapat tugas baru lagi. Rasanya tuh sangat emosi bikin naik darah.
Ingin memaki para guru namun apalah daya harus bersyukur bagimana pun juga masih bisa belajar sementara banyak anak diluar sana yang tak bisa melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya.
Percayalah sakitnya belajar hanya sementara semua itu akan terbayar oleh kesuksesanmu dimasa depan.
Ujang menyimak tugas dari guru entahlah dia merasa ada yang aneh.
(Kelas 71 Keren💣)
Anda, bu Budi, dan angota lain+62 858-1363-7798 ~Aida
Selamat pagi...... Senin 8 Feb 2021 mapel OTKU ya.... masih melanjutkan bab 4tentang laporan pertanggung jawaban keuangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marpuah My Love [ Selesai ✔ ]
ComédieMarpuah My Love Genre : Komedi Romance. [ Ketika usia tak menjadi pengukur cinta. Ini tentang Ujang dan kebodohan nya. Ujang bocah baru netes kemarin sore masih bau kencur serta ingusan, keseringan baca Wattpad dan nonton ftv membuat Ujang ngebet b...