34. Yang memilih pergi •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

182 18 27
                                    

            

             "Aku mau kita putus! " Tertampar, terguling, terbalik, nyungsep kala mendengar ucapan sang pujaan. Ujang termenung ia tidak pernah menyangka ditinggal saat rasa yang tumbuh dihati mekar merekah.

Ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya. Ujang galau brutal, nangis sesenggukan sampai matanya bengkak.

Ujang dilanda kesedihan mendalam hatinya begitu teriris ia merasa belum bisa membahagiakan Siska maka dari itu Siska memilih untuk tak setia.

Silfi menatap Ujang dari kejauhan, baru kali ini ia menyaksikan kakaknya menangis tersedu sedu seraya memandang layar handphone.

"Kenapa Jang?" Silfi mencoba untuk bertanya.

Ujang diam tak menjawab pertanyaan adiknya.

"Sedih amat Jang! Habis putus cinta ya? Sini cerita."

Silfi tahu Ujang baru saja putus dari Siska sebab ia mendengar obrolan Ujang di telpon sama Siska tadi malam.

"Anak kecil gak usah ganggu sana pergi!!!" Ujang merasa terganggu akm kehadiran Silfi.

"Dih kok ngusir jahat lo, Bang!!!" Senyum Silfi memudar matanya berkaca kaca bukan hanya sekedar ingin tahu akan tetapi Silfi memang sangat perduli.

"Sil, lo menganggu gue lagi menggambar, konsentrasi gue pecah tahu." Ujang tak mau menunjukkan rasa sedihnya dihadapan Silfi.

"Gambar apa Jang? Kok gak ada buku gambar sama krayon? Dih gak jelas bocah." Silfi kembali bertanya.

"Gue lagi menggambar Marpuah, lewat aplikasi iblis paint. Gue gak tahu buku gambar gue hilang kemana hiks sroot." Wajah Silfi panik jika Ujang tahu buku miliknya Silfi jual ke pengepul barang belas, Ujang bisa marah.

"Coba liat dong!" Ujang memperlihatkan gambar yang ia buat, Silfi tak menyangka Ujang punya bakat terpendam.

"Ini, bagus kan Sil?"

"Wow sungguh maha karya yang luar biasa indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow sungguh maha karya yang luar biasa indah." Silfi memuji Ujang.

"Ouh Marpuah wajahnya teramat burik kulitnya pucat bagikan mayat hidup, bibirnya monyong, matanya belo, alisnya miring sebelah, hidungnya mancung kedalam, suka pakai make up tebal mukanya mirip ondel-ondel." Mendengar ucapan Ujang, Silfi tersenyum.

"Bwahahaha, Marpuah cantik tau Bang dimata Kak Pengki."

"Tapi dimata gue di cewek paling jelek."

"Mata Abang kali ah yang katarak," Silfi meledek.

"Gue akui Marpuah itu cantik gue suka rambutnya yang panjang tertiup angin. Tapi sekarang dia potong rambut pendek jelek banget kaya dora."

Membahas soal Marpuah membuat Ujang lupa bahwa ia galau memikirkan Siska yang telah pergi darinya untuk selamanya.

Marpuah My Love [ Selesai ✔ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang