42. Cemburu

1.7K 101 26
                                    

Seusai jam pelajaran, Ziro menuju kelas sebelah menunggu Sisil di depan kelas. Sebelumnya Sisil mengirim pesan padanya untuk menemui cewek itu sebelum pulang, ada yang ingin dibicarakan, katanya.

Sekitar lima menit kemudian, Sisil keluar dari kelas, lalu duduk di sebelahnya. Ziro tersenyum, dan itu yang membuat Sisil semakin menyukai cowok itu.

Sisil menyikut lengan Ziro. "Ey, besok temenin aku jalan-jalan yuk, mumpung hari Minggu yekan. Udah lama kita ga refreshing."

"Gimana, pasti mau doang." Sisil tersenyum lebar.

"Um...." Ziro terdiam sebentar, kemudian tersenyum sungkan. "Maaf, Sil, tapi aku besok udah ada acara sama Kiya, hehe."

"Apa?!"

Ziro langsung mengusap pundaknya, berusaha menenangkan cewek itu. "Kamu jangan salah paham dulu. Aku sama Kiya memang udah janjian tadi. Tapi bukan dating. Aku mau ketemu kakaknya Kiya...."

Lalu, Ziro menjelaskan apa yang ia bicarakan dengan Kiya tadi di kelas bahwa kakak Kiya memberikan lowongan kerja part time.

Namun, Sisil masih juga cemberut. Ia menduga jika itu pasti akal-akalan Kiya supaya lebih dekat dengan Ziro. Ia membuang muka, Ziro menghela napas.

"Sil, aku bukan gamau temenin kamu, tapi kamu tau sendiri kan aku butuh kerjaan, aku butuh uang buat kehidupan aku."

"Memang kakak aku ga cukupin kebutuhan hidup kamu?"

Ziro tersenyum. "Kakak kamu itu tanggungannya bukan cuma aku. Papa Ridho udah lakuin yang terbaik buat kami. Tapi, aku gak mungkin  bergantung. Papa Ridho cukupin ibu dan Aini aja aku udah seneng luar biasa. Kamu tau aku kan daridulu gimana."

"Tau, tapi aku ga suka kamu terlalu deket sama cewek itu. Aku juga cewek, Ro. Aku tau persis kalau dia cuma mau modus sama kamu."

Ziro menggeleng. "Aku kan udah bilang, aku gak suka kamu terlalu berprasangka. Lagipula mau modus atau bukan, yang jelas yang aku butuhkan di sini pekerjaan."

"Jujur sama aku, kamu udah ada kan perasaan sama dia, makanya kamu gak izinin aku berpikir jelek sedikitpun ke dia, ngaku kamu!"

"Bukan begitu."

"Bukan gitu apa?" Sisil memandangnya jengkel. "Kamu ngerti gimana perasaan aku, tapi kamu gak pernah perduli."

Tertegun, Ziro Bingung harus bagaimana menghadapi situasi ini. Ia memilih menunduk.

"Kamu ini kenapa sih gak pernah peka. Apa harus aku bilang, bahwa aku CEMBURU, aku cemburu kamu deket sama dia! Begitu?"

"Iya, maaf, udah bikin kamu cemburu."

Sisil berdiri, menunjuknya. "Terserah, sana kamu sama dia, puas-puasin," ujarnya lalu meninggalkan Ziro.

Cowok itu hanya memandang kepergian Sisil dengan helaan napas.

"Maaf."

***

"Sebel, sebel, sebel. Gara-gara si Kiya itu gue jadi bertengkar terus sama Ziro. Issshhhhhh!"

Sisil merengut kesal seraya membuang bantal-bantalnya. Ia sungguh tidak kuat melihat kedekatan Ziro dengan cewek lain. Anggap saja dirinya egois, Sisil tidak perduli. Perasaanya terlalu kuat untuk Ziro, ia begitu takut kehilangan cowok itu.

Bagaimana jika sebenarnya Ziro memang suka dengan Kiya. Pemikiran itu yang selalu membuatnya berapi-api.

Ia mengambil ponsel lalu mendial nomor Egi, melampiaskan curhatannya pada cowok itu. Selain dengan Ziro, ia paling dekat dengan Egi. Selalu uneg-unegnya tentang Ziro ia utarakan pada teman sebangku Ziro tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARMONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang