Haptari menatap dua kotak persegi yang baru diantar kurir ke kontrakannya sore itu. Ia tidak memesan, tiba-tiba saja sampai. Tidak perlu menebak, ia sudah tahu siapa yang menghantar barang tersebut.
Masuk ke dalam kamar, Haptari membuka kotak itu. Sebuah gamis lengkap dengan kerudung, sementara di kotak satunya lagi, ia menemukan sepasang sandal hak tinggi.
Sekilas matanya tampak berbinar. Baru kali ini ia mendapat hadiah seperti ini. Sudah lama ia mengidamkan gamis cantik yang dijual di etalase toko sekitar kantor. Dan sekarang ia mendapat yang lebih indah.
Haptari tersadar, ia menggeleng pelan. Mungkin ia hanya efek karena sedari kecil ia tidak pernah mempunyai barang-barang bagus. Saat lebaran pun, tidak jarang ia memakai pakaian bekas kakak angkatnya.
Wanita itu tidak ingin munafik, ia menyukai barang pemberian Ridho tersebut. Tidak ingin larut dengan pemikiran, Haptari pun mencoba gamis dan jilbab itu.
Kedua kain itu melekat indah di tubuhnya. Haptari heran darimana Ridho tau ukuran pakaiannya. Ah, mungkin lelaki itu hanya menebak. Ia mengambil barang di kotak lain, lalu memakainya.
Terasa aneh, karena ia tidak terbiasa atau malah tidak pernah memakai sandal hak tinggi. Masih mencoba bertahan menjaga keseimbangan, ia berjalan sesekali berputar pelan, tapi tidak lama ia berteriak bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk ke bawah.
Haptari menyingkirkan sandal itu dari kakinya sambil meringis kesakitan, air matanya hampir keluar. Kakinya keseleo, ditambah punggungnya yang terasa sakit karena sempat terpentok pinggiran ranjang.
Mungkin ini akibat ia hampir lupa diri. Haptari menyenderkan tubuh di tembok, sambil memijit tungkai kakinya. Baru mencoba sekali saja ia sudah seperti ini, apalagi nanti? Haptari pikir ia memang tidak berbakat jadi orang kaya.
"Auhh!" Tertatih ia merangkak menuju ranjang. Memposisikan tubuhnya di sana ketika matanya menangkap amplop kecil biru yang ternyata ada dalam kotak itu juga.
Tangannya menjulur, meraih, lalu membuka amplop tersebut.
Ketika buka amplop ini berarti paket yang kukirim udah sampai ditangan Mbak Tari. Semoga Mbak suka.
Besok saat ketemu keluarga, kuharap Mbak pakai itu. Jangan lupa dandan yang cantik. Yah, walapun gak dandan pun Mbak tetep cantik. Hehe.
_Calon suamimu.
Seketika pipi Haptari bersemu membaca tulisan paling bawah. Ternyata lelaki itu sudah mulai pandai menggombal.
Namun, tunggu dulu.
Besok? Haptari tidak yakin apakah ia bisa menyiapkan mental dan kondisi secepat itu.
*
Hari hampir petang. Ziro pulang ke kontrakan, setelah menyelesaikan pekerjaan yang kembali dilakoninya.
Satu yang ia syukuri. Untung bang Jo masih mau menerimanya kerja kembali. Masuk ke dalam, ia menoleh ke arah Aini yang sedang duduk di ruang tamu.
"Ibuk udah pulang, Ai?" tanyanya.
"Udah," jawab Aini pendek, lalu kembali menunduk, memotongi kuku kakinya.
Ziro mengangguk, lalu melanjutkan langkah. Ia menuju dapur, meneguk air, lalu ke kamar untuk mengeluarkan pakaian sekolah yang ia masukkan dalam tas.
Seketika matanya tertuju ke pakaian berupa gamis yang terlihat paling mencolok di antara pakaian lain yang dicantolkan di samping lemari pakaian.
Dipegangnya gamis tersebut. Terasa halus, sepertinya bukan pakaian murah. Ia menunduk ke bawah, ada kotak juga yang diatasnya terdapat heels.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARMONI
RomanceTentang sebuah pengorbanan, bahwa hidup adalah perjuangan. Hidup tanpa suami tak membuat Haptari menyerah. Bagi wanita 34 tahun itu hidup ini keras dan ia harus bekerja lebih keras untuk bertahan. Semua demi kedua anaknya. Bagi Moziro atau akrab dis...