34🌻Drama

822 58 4
                                    

Hari ini adalah jadwal bimbinganku dengan Kendra. Sempat berdebat lagi dengan Jordy karena aku memilih Kendra, tapi dengan alasan agar kami terhindar dari kata-kata 'berprestasi jalur suami' akhirnya Jordy merelakanku memilih Kendra sebagai Dosen pembimbing.

Kendra terus mengarahkan apa saja yang harus aku rubah, sesekali akupun mengeluh, karena sudah cukup lama kami berdiskusi sampai laptopku sepertinya akan kehabisan daya.

Banyak yang harus ku revisi ternyata. Saking lelah aku bersandar pada  sofa.
"Pak , saya capek kalau ngetik ulang segini banyak," keluhku pada Kendra.

Kendra beranjak dari tempat duduknya menuju salah satu meja. Kemudian ia mengambil sesuatu dari dalam laci.
"Sha, kamu suka grup K-Pop nggak?"

Aku hanya mengangguk.

"Kemarin saya beliin album ini untuk sepupu, tapi ada versi yang belinya kelebihan. Kamu mau?"

Mulutku menganga. Kendra menyodorkan album terbaru grup idol kesukaanku, bagaimana mungkin aku bisa menolaknya. Aku menerima itu dengan senang hati, karena semenjak menikah aku tidak pernah membeli album dan merchandise grup kesukaanku tersebut.

"Saya bayarin aja Pak," ucapku antusias.

"Jangan, saya kasih buat kamu."

"Setengah harga deh, nggak enak saya nerimanya. Ini mahal lho Pak saya tahu."

"Anggap saja itu sebagai rasa terima kasih saya karena kamu sudah percaya mau memilih saya sebagai pembimbing."
Kendra tersenyum lalu membereskan buku-buku yang berada di dekat laptop ku.
"Itu juga biar jadi penyemangat buat kamu, Sha. Kalau lagi jenuh sama skrips, istirahat sebentar sambil dengerin musiknya trus lanjut belajar lagi. Inget ya setiap lelah istirahat, bukan berhenti."

Kendra membuat ku kagum. Dia sungguh dewasa dan mengerti keadaan anak didiknya. Aku tidak salah telah memilihnya sebagai pembimbing.

"Sekali lagi terima kasih Pak."

"Sama-sama Asha."

Untuk yang kesekian kalinya Kendra mengerti hal yang aku suka.








🌻🌻🌻

Saat aku baru saja selesai mandi sore, aku melihat Jordy sedang berkacak pinggang di dalam kamar. Wajahnya terlihat gelisah, ponselnya terus bergetar di atas meja, tapi tak dihiraukan olehnya.

"Sayang hp kamu bergetar tuh," ucapku.

Jordy terkejut mengetahui aku yang sudah berada tepat di belakangnya. Cepat-cepat ia masukan ponsel itu ke dalam saku celananya.
"Teza bawel banget minta draft mata kuliah," ujar Jordy.

Aku hanya ber oh ria. Sebenarnya aku curiga, tapi malas berdebat dan semoga saja perkiraanku salah.

"Sha."
Jordy memelukku dengan erat.

"Kenapa?"

"Aku sayang kamu."

Aku tersenyum mendengar ucapannya. Ku elus lembut rahang tegasnya. Seperti ada yang aneh, Jordy terlihat sendu. Tak biasanya ia melamun sampai melupakan ponselnya yang bergetar berkali-kali. Atau memang sengaja? Apa yang membuatnya sengaja?

"Lagi ada masalah ya sayang?" Tanyaku seraya mengusap lembut lengannya.

"Sebanyak apapun masalah aku, kamu obatnya Sha," lirihnya seraya menangkup wajahku.

Entah masalah apa yang sedang Jordy hadapi saat ini. Aku belum berani bertanya.
"Iya aku obat kamu, aku rumah buat kamu. Kalau lagi sakit cari aku, kalau lelah pulangnya ke aku," tuturku dengan lembut.

Jordy menarik tengkuk ku, sesuatu yang kenyal mulai menyentuh bibirku.
Tak berlangsung lama hanya sebuah kecupan.

"Makasih Sha, I Love You," ucapnya saat tubuhku sudah berada di dalam pelukannya.
"Kita jalan-jalan mau? Kamu bebas belanja apa aja pokoknya." Jordy memainkan alisnya dan itu berhasil membuatku tak bisa menolaknya. Aku wanita normal yang menyukai belanja.

"Apapun?" Tanyaku untuk meyakinkan.

"Iya apapun sekalian belanja bulanan, aku lihat stok camilan kamu di kulkas udah abis."

"Ayo, aku siap-siap dulu ya."

Jordy mengangguk. "Aku tunggu di ruang tengah."

"Oke sayang."

Sambil sesekali melirik ke arah pintu kamar, Jordy membuka layar ponselnya.

Wendy
Jo aku tunggu kamu besok di Kafe biasa
ini soal masa depan aku
aku harap kamu datang

Teza
Gue abis nganter kakak ke RS
Dan gue nggak sengaja liat Wendy tadi keluar dari poli kandungan
Lo nggak jadi bajingan kan Jo?









🌻🌻🌻

"Sayang, makasih ya aku boleh belanja sebanyak ini," ucapku. Kami sudah selesai belanja di Mall, semua yang kami beli ada di kursi belakang. Aku diperlakukan bak seorang ratu hari ini, sebenarnya setiap hari aku seperti ratu hanya saja kadang ada perdebatan diantara kami.

"My pleasure sayang." Jordy usap kepalaku dengan lembut. Mesin mobil belum ia nyalakan.
"Sha, kamu itu prioritas aku. Ada masalah apapun dan semarah apapun aku tetap sayang dan cinta kamu. Jangan pernah ada kata pisah diantara kita ya, aku bisa gila kalau itu terjadi. Cinta aku udah abis di kamu, nggak akan ada yang lain."

Aku terkekeh. "Iya sayang iya. Kenapa tiba-tiba ngomong gitu kayak bakal ada masalah besar aja."

"Ya kita nggak tau kan ke depannya seperti apa. Jaga-jaga aja sebelum ada masalah aku ingetin kamu dulu."

"Haha oke, aku juga harus jaga kata-kata kalau gitu."

"Sekarang kita ngelakuin hobi kamu mau? Sepedahan." Jordy terlihat sumringah.

"Sepeda aku kan di rumah Jo."

"Kita sewa aja di taman kota, kelilingnya ga jauh-jauh yang penting aku bisa temenin kamu menghabiskan waktu hari ini."

"Oke, cussss kita jalan-jalan."

Setelah aku memberi kode, Jordy mulai mengendarai mobil memecahkan keramaian ibu kota.

Sepanjang jalan kami saling bertukar cerita dan candaan. Aku harap kebahagiaan hari ini akan selalu kami rasakan selamanya.

Aku amat bahagia, Jordy selalu punya caranya tersendiri untuk mengimbangiku. Bahkan sekarang ia juga mulai mengikuti apa yang aku suka.

Jordy Samuel, aku mencintaimu.

.
.
.
.
.
Bersambung

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang