14🌻Butuh

738 68 1
                                    

Pagi yang cerah menyambut senyumku hari ini. Aku bergegas masuk kedalam kursi belakang mobil Jordy, sial Jordy menumpuk barang bawaan kami di kursi itu.
Mau tak mau akhirnya aku harus duduk di kursi penumpang depan.
Ck, sepertinya memang sengaja!

Semenjak perdebatan tadi malam, aku dan Jordy belum tegur sapa sampai saat ini.

Sepanjang perjalanan sebenarnya Jordy terus berusaha mengajakku berbincang. Namun, mulutku enggan untuk menanggapinya. Kesal, itulah yang sedang kurasakan.

Jordy menghela napas dalam-dalam untuk yang kesekian kalinya.
"Sha, Maaf soal kemar—"

Aku lebih memilih memasang earphone di kedua telingaku dan tak perduli dengan ucapan Jordy selanjutnya.

Jordy melepaskan earphone ku secara tiba-tiba.

"Apaan sih Pak, sini balikin!"

Jordy memasukkan benda tersebut ke saku celananya.

"Dengerin saya dulu, baru saya kasih lagi nanti," titahnya sambil tetap fokus menatap ke depan.
"Wendy itu teman kuliah saya, kami nggak pernah punya hubungan spesial dan sekarang dia  sudah punya pacar. Tadi malem saya nganter dia ke Apartment nunggu sampai pacarnya datang. Saya minta maaf. Kamu jangan marah lagi ya."

"Udahlah Pak nggak usah dibahas, lagian aku nggak perduli sama urusan Bapak."

"Kamu ngapain aja tadi malem lama banget di Apartment Dion?"

"Kepo ah kayak nggak pernah ngerasain pacaran aja. Bapak juga ngapain aja di Apartment dia aku nggak nanya," ujarku dengan nada ketus.

Tak sengaja netra ku menatap ke arah ponsel Jordy yang diletakan di samping pahanya. Ada notifikasi pesan yang masuk.

Wendy
Jo, makasih ya tadi malem udah nenangin aku. Miss you

"Cih," desisku seraya mengalihkan pandangan ke arah luar.

Jordy kesal melihat pesan itu, seolah timingnya tak pas.

Tak terasa kami sudah memasuki area parkir khusus Dosen. Jordy belum membuka kunci otomatis pintu mobil saat aku akan bergegas turun.

"Buka Pak cepetan!" titahku sambil berusaha membuka pintu mobil.

Jordy menahan sabuk pengamanku dengan tatapan sendunya.
"Maafin saya dulu baru saya buka." rengeknya sambil mempoutkan bibir.

Apaan si nggak ngaca apa badan gede gitu ngerengek.
"Nggak lucu, aku teriak ya!"

"Teriak aja," jawabnya dengan santai.

Aku memutar bola mata malas, sudah kehabisan emosi menghadapi Jordy yang saat ini sifatnya seperti anak kecil.
"Ya udah iya aku maafin," ucapku dengan senyum terpaksa.

"Sha, ada nyamuk tuh di kening kamu sini-sini."

Tanpa ragu aku mendekatkan wajah ke arahnya.

chup

Jordy mencium keningku tanpa permisi dan konyolnya dia malah tersenyum puas setelah itu.
"Kamu lucu kalau lagi cemburu. Selamat bersenang-senang ya calon istriku," kekehnya.

"Jordy mesum!"

"Aw, ampun Sha jangan pukul lagi."

Belum sempat mengangkat tangan lagi aku jadi ingat kalau lengan Jordy terdapat luka jahitan yang cukup panjang dan itu sangat sakit jika terpukul, aku pernah melakukan itu sampai Jordy meringis dan akhirnya aku hanya melemparkan tatapan sinis ke arah Jordy, lalu mengambil tas di kursi belakang kemudian bergegas mencari Dion.

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang