6🌻Bapak Dosen

1K 78 0
                                    

Setelah perasaanku membaik dan mataku tak terlalu sembab, aku dan Dion memutuskan untuk makan malam diluar.
Kami menuju Mall yang letaknya tidak terlalu jauh dari Apartment Dion.

Kami menikmati malam minggu yang panjang layaknya muda mudi lain yang sedang menikmati masa pacaran. Dion juga selalu memanjakanku.

"Seneng banget si." Dion mencubit pelan pipiku saat aku melompat kegirangan mendapat banyak hadiah hasil kami bermain di gamezone malam ini. Biarlah beberapa pasang mata menatapku seperti anak kecil yang terpenting aku bahagia.

Setelah puas bermain, kami menuju bioskop, belanja buku juga membeli icecream.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Suasana weekend yang sangat padat dan ramai membuat perjalanan pulang kerumah sedikit terhambat.










🌻🌻🌻

Laju motor Dion terhenti tepat di depan pagar rumahku, lebih tepatnya rumahku dengan Jordy.

Aku turun dari atas motornya lalu melepaskan helm yang ku kenakan, ku kembalikan itu pada Dion.

"Sayang makasih ya udah ngajak aku main malam ini," ucapku dengan raut wajah bahagia.

"Istirahat ya, jangan nangis lagi kalau kangen aku peluk bonekanya," ucap Dion sembari menunjuk ke arah boneka besar yang sedang ku peluk.

"Maunya langsung peluk kamu aja, gimana?"

Dion terkekeh dan itu terlihat sangat menggemaskan.
"Sabar ya sayang kalau udah waktunya nanti kamu bakal bebas peluk aku sepuasnya."

Akupun mengangguk "Iya aku sabar." Meski rasanya mustahil Yon.

Sebelum beranjak pergi, Dion mengecup keningku terlebih dahulu. Setelah itu ia kembali melajukan kendaraannya dan aku berbalik badan untuk segera masuk ke dalam rumah.

Lampu ruang tengah masih menyala dengan terang. Ya betul sekali firasatku, Jordy masih terjaga dan sekarang sedang duduk di sofa sambil membaca sebuah majalah sport.

Aku berusaha tak menghiraukannya dan beranjak menaiki anak tangga pertama.

"Udah puas malem mingguannya? Nggak ada kabar sama sekali bikin orang di rumah harus nunggu," ujar Jordy. Namun, tangannya masih sibuk membuka halaman majalah. Ekspresinya datar, aku tahu dia sedang marah.

"Mau banget ya aku tanya? gimana malem mingguannya Mr.Jordy yang terhormat?"

"Baik dan lancar," jawabnya.

"Cih ngaku-ngaku jadi calon suami tapi dari siang nggak ada kabar," sindirku.

"Kamu sendiri, udah jelas-jelas calon istri saya masih aja jalan sama orang lain. Pake acara cium kening segala."

Skak mat untukku sendiri. Ternyata Jordy melihat Dion mengecup kening ku tadi.

"Dion itu pacar aku ya Pak bukan orang lain!" geramku seraya mengepalkan kedua tangan.

"Kok jadi manggil saya pak? tanyanya heran sambil meletakan majalahnya di meja. Jordy mulai berdiri dan berjalan mendekatiku, ia terlihat sangat tidak terima disebut 'Bapak.'

"Kan kita sekarang statusnya murid dan Dosen, inget itu!" jawab ku lagi dengan nada tegas.

Belum sempat kaki ini melangkah, Jordy sudah menarik pinggangku. Aku mendongak menatap ekspresi serius di wajahnya.

"Lain kali malem mingguannya sama saya aja," ucapnya pelan, bibirnya hampir mendekati telingaku.

Kedua mataku mengerjap dengan cepat, karena tubuh kami sudah tak berjarak lagi.
"Ma-maksud Bapak apa?"

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang