8🌻Bucin

1.1K 91 3
                                    

Pagi ini aku bergegas menuju dapur untuk mencari sarapan. Berbagai macam makanan juga buah-buahan sudah berada diatas meja makan. Sebelum pergi kerja, Jordy sudah mempersiapkan itu semua untukku.

Sebelum menuju dapur, aku penasaran dengan isi kamar Jordy bersama mendiang Kak Irene.

Selama satu tahun kami tinggal bersama di rumah ini, aku belum pernah melihatnya sama sekali.

Pintu kamar ku buka. Aku terkejut melihat kamar yang begitu luas dengan dua ranjang terpisah disana.
Dua ranjang? Apa karena Kak Irene sedang hamil besar, Jordy takut menyenggol perutnya jadi harus tidur dengan ranjang terpisah?
Sejak kapan?
Aku tak pernah melihat mereka membeli ranjang tambahan.
Apa memang sebelum pindah mereka sudah mempersiapkannya?
Aneh.









🌻🌻🌻

Ketika jam istirahat tiba, para Dosen yang terdiri dari Teza, Jeffry, Yuda dan Jordy berkumpul di ruang kerja Jordy sambil menikmati makan siang dan biasanya diakhiri dengan obrolan-obrolan random.

Teza mengambil ubi rebus yang tersedia di meja lalu mendaratkan bokongnya di sofa.
"Jo, lo tau nggak Wendy udah balik kesini dari luar negeri?"

"Oiya?" Jordy membolakan kedua matanya lalu meletakan cangkir kopinya di meja.

Teza menganggukan kepalanya. "Makin cantik aja dia, bule banget," tutur Teza.

"Ketemu dimana Za?" tanya Jordy antusias.

"Nggak sengaja liat dia sama temen-temennya di club kemarin malam."

"Mau nge crushin lagi Jo?" sambung Yuda.

"Nggaklah, lagian adek ipar gue lagi sakit. Gue nggak mau mikirin yang lain selain dia," jawab Jordy.

Andai boleh jujur, ketika mendengar nama Wendy jantung Jordy masih berdebar seperti dulu. Bisa saja rasa cinta yang dulu pernah ada kembali tumbuh.

Alasan intinya Wendy tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh dan akhirnya menolak cinta Jordy.

"Oo pantes tadi Dion nggak masuk kelas, pasti dia juga pura-pura sakit buat nemenin adek lo di rumah," ujar Yuda.

"Hah serius lo Yud? Gue izin pulang dulu kalau gitu, perasaan gue jadi nggak enak."
Jordy membereskan berkas-berkas yang menumpuk diatas meja kemudian bergegas pergi meninggalkan ketiga sahabatnya.

"Ya elah Jo biarin aja, mereka bukan anak kecil lagi," tambah Teza.

"Lo nggak tau jalan ceritanya sih," dengus Jordy di ambang pintu ruang kerjanya.

Teza dan Yuda hanya mengernyitkan dahinya samar-samar saat melihat Jordy yang tergesa-gesa untuk pulang.

"Ada yang nggak beres," ucap Jeffry pelan sambil menyeruput minumannya.









🌻🌻🌻

"Sha, Ashaaa...! Ada di kamar kan?"

Suara teriakan itu terdengar dari arah teras sampai dalam rumah.
Ada apa dengan Jordy ?

Perlahan aku membuka mata dari tidur siangku dan mencoba untuk duduk, seketika pintu kamar terbuka. Tubuh tinggi tegap itu segera menenggelamkan tubuhku dalam dekapannya.

Aku mencoba mencerna apa yang dimaksud Jordy.
"Pak, kenapa kok gemeteran gini?"

Kemudian Jordy melepaskan pelukannya. Netraku menatap wajah laki-laki yang kini sedang terlihat sendu.
"Bapak kenapa, sakit?" tanyaku heran.

"Saya pikir kamu pergi Sha." Salah satu lengannya menyelipkan anak rambut ke belakang telingaku.

"Pergi kemana, muka aku aja kayak gini lihat nih masih merah-merah."

"Dion nggak kesini Sha?"

"Nggak, kenapa emang? ada apa sama Dion?" Seketika aku panik.

"Kalau ada apa-apa jangan manggil dia ya, ada ayank Jordy disini yang setia nemenin kamu."

"Ayank? pfftthh hahahah. Geli dengernya."

"Nah gini dong ceria." Jordy mencubit lembut ujung hidung ku sambil tersenyum.

"Btw kenapa Bapak pulang cepet? trus kok pulang teriak-teriak nyariin aku?"

Jordy menggaruk tengkuknya yang aku pikir tak ada rasa gatal disana. Aku memiringkan kepala menatapnya penuh telisik. "Kenapa Pak?"

"Euh anu nggak apa-apa saya cuma takut aja Sha."

"Takut aku dibawa pindah Dion ya?" ledekku sambil memainkan kedua alis.

"Nggak lah. Udah ah saya mau kerja lagi," jawabnya seraya beranjak dari tepi tempat tidurku.

"Ciee bucin ya sama aku, bucin yaaaa."

Jordy hanya menggelengkan kepalanya lalu keluar dari kamarku.

"YA UDAH KALAU NGGAK BUCIN BESOK AKU PINDAH KE APARTMEN DION!"

Pintu kembali terbuka. Jordy dengan cepat menghampiri ku lagi.

Chup

Jantungku rasanya telah berpindah tempat saat Jordy mengecup bibirku lalu menggigitnya dengan lembut dan itu berhasil membuat tubuhku mematung seperti terkena sambaran listrik. Seketika ku rutuki diriku sendiri atas teriakan yang tadi aku lontarkan. Padahal teriakan itu hanya sekedar guyonan.

"Iya saya bucin sama kamu, kamu mau apa?" tanyanya tepat di hadapan wajahku, tak lupa ia tampakan smirknya lalu pergi sambil terkekeh.

"Ish, Jordyyyyy!"


.
.
.
.
.
Bersambung

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang