19🌻Nikah dipercepat

823 65 0
                                    

Pagi ini saat baru saja bangun tidur, aku bergegas berlari keluar dari kamar Jordy menuju kamarku di lantai dua.

Tak perlu mandi hanya mencuci muka dan menyikat gigi, setelah itu aku kembali keluar kamar menuruni anak tangga dengan tergesa.

Pikiranku sedang tak karuan setelah mendapat kabar bahwa Dion mengalami kecelakaan dan kini sedang berada di Rumah Sakit.

Sebenarnya aku lelah karena tadi malam harus bergadang menunggu Jordy pulang, apalagi dia pulang dalam keadaan sedikit mabuk dan memintaku untuk menemani tidur di kamarnya.
Kami tidak melakukan apa-apa bahkan tidurpun di batasi guling-guling, tapi Jordy sangat rewel, sampai aku kesulitan menggantikan pakaiannya.

"Mau kemana?" sapa Jordy dari depan kamar tidurnya. Dia masih terlihat mengantuk, rambut berantakan dan hanya mengenakan celana boxer serta kaos putih polos.

"Mau ketemu Dion," jawab ku sambil melewatinya.

Namun, dengan cepat tangan Jordy menarik tanganku, sangat erat.
"Jangan temui dia lagi!"

Dahiku mengernyit, Jordy terlihat kesal akupun sama.
"Maksud Bapak apa?"

"Jangan temui dan putusin dia sekarang juga!" ucap Jordy dengan suara yang lebih tinggi.

Aku melepaskan genggaman tangannya dengan kasar.
"Dion kecelakaan Pak, aku mau jenguk dan nemenin dia di Rumah sakit."

"Saya nggak ngizinin kamu!"

Aku tak memperdulikan luapan emosi Jordy saat ini. Kemudian kaki ku melangkah menuju rak sepatu.
"Aku tetap harus pergi, Dion prioritas aku!" tegasku sekali lagi tanpa menoleh ke arahnya.

Setelah memakais sepatu, aku bergegas menuju pintu utama.

"KAMU PIKIR SAYA BAKAL TERUS NGESMIS SETIAP KAMU JUAL MAHAL?"

Langkahku terhenti saat Jordy berteriak lantang. Aku berbalik badan, wajahnya sudah memerah saking emosi.

"AWALNYA SAYA JUGA NGGAK MAU TERIMA PERJODOHAN INI KALAU BUKAN KARENA MENGHARGAI PERJANJIAN ORANG TUA KITA. JADI KAMU JANGAN MERASA PALING SEGALANYA SHA!"

Tubuhku gemetar, air mataku menetes membasahi kedua pipi. Situasi macam ini, semuanya berantakan. Pikiranku, hatiku semuanya jadi tidak karuan.

Jordy juga terlihat menghapus air matanya. Ia begitu murka dan ini untuk pertama kalinya aku melihat Jordy semarah itu.

"Saya tulus sayang sama kamu Sha, tapi apa ini balasannya?"
Suara Jordy melemah.

"Saya bebasin kamu bukan berarti kamu bersikap semaunya. Tolong hargai perjuangan saya."

Aku mendekatinya perlahan. "Nggak ada yang minta kamu perjuangin aku Jo, aku nggak pernah minta itu." Aku terisak di hadapannya. Rasanya sakit melihat keadaanku dan juga keadaannya saat ini.

"Saya sayang sama kamu meski awalnya kita memang dijodohkan, apa kamu nggak bisa sedikitpun ngehargai perasaan saya Sha?"

"Pak, aku punya Dion dan kamu tahu itu sejak lama. Aku harus apa? Lepasin dia begitu aja? Maaf aku nggak bisa."

"Oke." Jordy menganggukan kepala.
"Sekarang terserah kamu, silahkan pergi kalau emang dia yang jadi prioritas kamu. Selebihnya kita urus bareng kedua belah pihak keluarga kita dan besok saya akan datang ke makam Irene untuk menyerahkan kamu lagi. Saya nggak bisa nepatin janji bukan karena nggak berjuang, tapi kamu yang nggak pernah mau saya perjuangin."

Aku hanya menghela napas dalam-dalam tanpa ingin berkata apa-apa sedikitpun setelah itu kembali melanjutkan niatku untuk menemui Dion.

"Arrrggghh."

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang