23🌻Kak Irene dan Jordy

804 61 2
                                    

"Lho, kok pulang-pulang nangis, ada apa?" tanya Jordy yang menyambutku di ruang tengah.

Air mataku tertahan saat perjalanan pulang dari rumah Jevano tadi. Sampai rumah akhirnya bisa kuluapkan segala kesedihan yang terjadi.
"Kak Sandy, Pak," lirihku.
Akhirnya aku tak bisa menahan lagi untuk tidak menangis.

"Kenapa Sandy?"

"Bapak tahu mantan pacarnya Kak Irene yang namanya Sandy? ternyata dia meninggal karena kecelakaan saat menuju Toko Emas."

Jordy menatapku dengan serius.
"Trus?"

"Dia rencananya mau ngelamar Kak Irene, tapi kenapa tau-tau Kak Irene nikah sama Bapak ya."

Jordy melepaskan rangkulannya, lalu menatapku sambil tersenyum
"Karena kami jodoh Sha."

"Kak Sandy ganteng pak."

"Saya juga ganteng."

"Dia terlihat lebih muda, kalau bapak vibesnya bapak-bapak hehe," ledekku seraya berlari menjauh darinya.

"Narasha bisa nggak jangan bilang saya bapak-bapak, usia saya belum 30tahun!"

Haha melihat Jordy merajuk seperti itu adalah moodbooster bagiku.
Aku segera berlari menuju kamar sambil menghapus jejak air mata yang kini berubah jadi bahagia setelah meledek Jordy.











🌻🌻🌻

Cukup lama aku berdiam diri di kamar sampai akhirnya perutku protes minta diisi. Akupun segera bergegas turun ke lantai satu. Aku melihat Jordy yang sedang bersantai di sofa ruang tengah.

"Pak, laper," rengekku saat melihat ke arah meja makan. Kosong tidak ada makanan apa-apa. Menyesal rasanya jadi perempuan yang tidak pintar memasak.

"Kamu ngerengek laper ke saya trus saya ngerek laper ke siapa?"

"Ngerengek aja ke Wendy." Aku berucap dengan nada mengejek.

"Oo jadi boleh nih?"

"Ya nggak lah, besok kan kita nikah masa masih berurusan sama cewek lain," jawabku sambil mempoutkan bibir.

"Gaun pengantin sudah kamu pilih Sha?"

"Sudah. Oiya Pak?"

"Hmm?"

Aku duduk tepat di samping Jordy.
"Jangan kasih tau Dion ya kalau besok kita nikah. Aku juga cuma ngundang Giselle, Marvel dan Jevano."

"Nggak janji," jawab Jordy.

Ku genggam erat kedua tangannya kemudian ia menoleh ke arahku.
"Please."

"Ckckck." Jordy hanya menggelengkan kepala lalu pergi masuk ke dalam kamarnya.

Aku memutuskan untuk sibuk bersama camilan sambil marathon drama korea di ruang tengah.

Berkali-kali aku menghela napas cukup dalam memikirkan hari esok yang entah akan jadi hari bahagia atau sebaliknya.

Calon pengantin lain mungkin akan sibuk, tapi tidak denganku. Semuanya terasa mimpi harus menikah demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Kak Irene.

Tak lama kemudian Jordy kembali keluar dari kamarnya, ia bergegas menuju dapur.

Entah setan apa yang merasuki jiwaku, rasanya aku ingin mendekat ke arah Jordy. Kaki ku kini berhenti tepat di belakangnya.

Grep

Ku peluk erat tubuh tinggi tegap yang besok sudah berganti status menjadi suamiku.

Jordy hanya diam di tempatnya sedangkan aku masih mengontrol detak jantung yang sedang tidak karuan.

"Sabar Sha besok juga kita nikah," ucapnya sedikit terkekeh.

"Ck, apaan si." Kemudian aku mendusel-dusel punggungnya.

"Saya lagi masak, kalau tergoda malam ini gimana?"

"Udah diem jangan bergerak, aku lagi belajar nyaman sama kamu," pintaku.

Jordy melanjutkan kegiatan masaknya tanpa menolak aku yang terus menempel. Harum dan hangat rasanya, tak disangka senyumku sudah melebar sepertinya pipiku juga mulai merah.

"Aku ke ruang tengah lagi ya," ucapku setelah melepaskannya dan Jordy hanya mengangguk.

Aku kembali fokus memainkan ponsel, berusahan untuk menghindar lebih tepatnya lagi. Menghindar dari rasa malu karena telah bertindak gila. Aku tak bisa berbohong, skinship dengan Jordy membuatku lebih tenang. Belum lagi aroma tubuhnya yang selalu membuatku nyaman.

"Sha, sini makan dulu," titahnya yang sudah selesai masak.

Tanpa berkata-kata akupun berjalan ke arah meja makan, mataku berbinar melihat beberapa piring makanan yang tersedia.

"Makasih Pak."

Jordy tersenyum sambil menaruh dua gelas minuman di atas meja makan.
"Makan yang banyak ya."

"Maaf ya aku nggak pinter masak," ucap ku seraya mengulum bibir bawah kuat-kuat. Aku malu selama ini selalu merepotkan Jordy.

"Nggak apa-apa Sha, saya senang kamu andelin. Itu tandanya saya dibutuhin. Kalau kamu lagi nggak sibuk nanti kita belajar masak bareng ya."

Akupun mengangguk sebagai tanda menyetujui ucapan Jordy.

Jordy mulai fokus makan, netraku terus memperhatikan gerak geriknya.
Benarkah pria yang ada dihadapanku kini adalah jodohku?














🌻🌻🌻

Setelah selesai makan malam dan mencuci peralatan, aku kembali duduk di sofa ruang tengah disusul oleh Jordy.

Kami sedang sama-sama bersandar dan termenung, bahkan acara komedi di televisi  tak bisa membuat kami tertawa.

"Sha."
Jordy menarik tubuhku perlahan sampai akhirnya aku bersandar pada pundaknya.
"Jangan khawatir kita pasti baik-baik aja," ucapnya seraya mempautkan jari-jarinya ke dalam celah jemariku.

Tanganku juga akhirnya berani untuk membalas genggamannya. Cairan bening sudah menetes di kedua pipiku.
"Aku bisa belajar menerima pernikahan kita, tapi aku belum siap pisah dari Dion."

"Ada saya disini Sha, saya akan berusaha jadi suami yang baik. Jangan skinship lagi ya sama Dion."

Aku menatap kedua mata sendunya.
"Kenapa?"

"Saya cemburu."

Seketika akupun terkekeh geli.
"Aku juga tau batasan Mr.Jordy," ucapku seraya mencubit pipi kanannya.

Mendadak ponselku bergetar di dalam saku.
"Pak, aku ke kamar ya."

Jordy mengangguk lalu melepaskan genggamannya.
"Ya udah sana, jangan nangis lagi. Besok pagi-pagi kita sudah harus sampai di tempat acara."

"Iya."
Akupun bergegas menuju kamar. Ku buka layar ponsel yang sejak tadi bergetar.

Mama
Nak, malam ini jangan tidur terlalu larut malam besok kamu harus sudah sampai Hotel pagi-pagi.

Alih-alih membalas pesan mama, aku lebih memilih termenung di balkon kamar.
Aku hanya bisa menghela napas dalam-dalam, meletakan kepala ku dengan satu tangan di atas meja. Semoga keputusanku ini menjadi keputusan yang terbaik.

Tak menyangka di usiaku yang terbilang masih muda ini aku harus menikah dengan Jordy. Pria yang bahkan belum aku kenal lebih jauh.

Dion maafkan aku..

.
.
.
.
.
Bersambung

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang