17🌻Baru calon kan?

711 66 1
                                    

Semenjak insiden itu, dua hari aku hanya bisa duduk di kursi sambil memandang teman-teman lain yang sedang seru berlarian, mengikuti lomba juga berswafoto dimana-mana.

Giselle, Jevano dan Marvel selalu membantuku setiap aku ingin keluar kamar dan duduk-duduk di kursi teras villa. Setelah itu mereka lanjut mengikuti kegiatan.

Dion, tak sedikit pun ia mengacuhkanku walaupun dia sudah tahu kalau aku calon istri Jordy.
Tak jarang juga ia merangkulku untuk sekedar berjalan-jalan di taman.

"Aku jadi ngerepotin kamu ya Yon, " lirihku.

"Nggak sayang santai aja, abang Dion akan selalu setia menemani," kekehnya seraya mengedipkan salah satu matanya.

"Apaan si Yon, dangdut banget." Ku cubit pelan hidung Dion saking gemas.

Aku terlalu khawatir berlebihan, takut jika Dion akan mengakhiri hubungan kami. Nyatanya tidak, aku sedikit lega. Dion masih menyayangiku, tapi jujur sebenarnya aku khawatir Dion tertawa karena terpaksa agar aku tidak sedih.

Setelah menemaniku berbincang, tak lama kemudian Dion kembali ke barisan kelompoknya.

Sedangkan Jordy tidak lagi terlalu mengawasiku. Sepertinya ia sedang menepati janjinya untuk membiarkan aku tetap bersama Dion. Jika aku sudah siap barulah kami akan menikah.

"Pak Jordy baik banget ya. Gue kemarin sakit langsung dibawain obat sama dia," ucap salah satu mahasiswi yang tak sengaja ku dengar.

"Iya dia selalu ngecek keadaan peserta, boyfriend material bangetlah pokoknya," timpal temannya.

Egois kah aku jika melarangnya dekat dengan wanita lain? sedangkan aku tetap menjalani hubungan juga dengan Dion.

"Woy jangan bengong, kayak ayam mau diopor lo Sha," ledek Marvel yang sudah berkeringat sambil duduk di sampingku.

"Ish apaan si."

"Aku bawain ini buat kamu." Jevano menyodorkan sebuah buket kecil, iapun tersenyum sampai matanya berbentuk bulan sabit.

"Aaaaa Jevan sosweet anet ci," jawabku setelah menerima buket kecil tersebut.

"Ckckck, si Jevan kelamaan jomblo jadi ngehalu mau nikah dia," celetuk Giselle yang baru saja datang.

"Eh iya nih voucher beasiswanya, ntar malem kalian ngewakilin gue ya nerima hadiahnya," ucapku seraya mengeluarkan kertas voucher yang sudah lecak dari dalam saku.

Marvel membolakan kedua matanya tak menyangka aku masih menyimpan voucher itu.
"Hah gue kira lo tinggal di jurang kemarin Sha?"

"Yaaa gila aja masa gue buang, nggak sia-sia kan kaki gue luka hehe."

"Ya ampun Sha, makasih ya berkat lo kita semua dapet beasiswa satu semester," ucap Giselle yang kemudian memeluk ku.

Giselle dan Marvel memelukku dengan erat. Aku bahagia memiliki sahabat seperti mereka.

"Makasi Sha pengorbanan lo nggak akan kita lupain," ucap Jevano yang kemudian memeluk ku juga.

"Sha!" panggil Jordy.

Kami berempat menoleh ke arahnya
"Iya pak?"

"Mama nelepon kamu nih, hp kamu kemana?" Jordy memberikan ponselnya ke arahku.

"Oiya sini, hp aku ketinggalan di kamar."

Jevano, Giselle dan Marvel pamit beranjak pergi. Sedangkan aku mulai menjawab telepon dari Mama.

Aku berbincang cukup lama dengan Mama. Terdengar suara isakan di sebrang sana, Mama sangat khawatir dengan keadaan ku sekarang. Aku sempat berpikir ini adalah kesempatan emas untuk kembali ke rumah Mama dan Papa, ternyata dugaanku salah. Mama masih tetap menyuruhku tinggal bersama Jordy.

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang