11🌻Haruskah?

853 78 1
                                    

Tawaku menggema di ruang tengah, marathon drama korea dengan camilan adalah pasangan yang pas. Sepulang kuliah tadi Dion sempat mampir ke rumah, hal itu membuat hatiku senang tak karuan.

Jordy baru saja pulang, tak ada sapaan diantara kami. Wajahnya seperti sedang kesal. Akupun sama, masih amat kesal karena dia tak memberi tahuku soal acara jalan-jalan di Kampus.

"Lain kali jangan ngajak cowok lain ke rumah kalau nggak ada saya!" dengusnya yang kemudian masuk ke dalam kamarnya diiringi suara bantingan pintu.

Aku hanya menghardikan bahu melihat Jordy seperti itu.









🌻🌻🌻

Satu jam lebih Jordy belum juga keluar dari kamarnya.

Karena penasara akhirnya aku mendekati pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Ternyata dia sedang fokus menonton televisi.

Jika sedang diam dan berpose seperti itu Jordy terlihat sangat tampan dan sexy.

Lagi-lagi mantra andalan ku terucap di dalam hati Dion lebih tampan Dion lebih tampan, jangan tergoda jangan tergoda.

Tiba-tiba saja lampu kamarnya menyala terang. Jordy sadar akan kehadiranku disini.

"Sejak kapan kamu suka ngintipin saya?"

"Eh eu anu bukan ngintip Pak," jawab ku dengan perasaan malu juga kikuk. Aku seperti maling yang tertangkap basah. Akhirnya ku buka pintu kamar Jordy sampai lebar.

"Trus ngapain dari tadi diem aja di depan pintu?" tanya nya lagi.

Untuk menutupi rasa malu ini akhirnya aku lebih milih untuk langsung memprotesnya.
"Aku mau marah, kenapa bapak nggak bilang kalau hari ini ada quiz? udah tau aku sakit nggak sempet belajar."

"Nggak sempet belajar, tapi pacaran di sempet-sempetin," jawabnya ketus.

"Bapak juga terlalu ketus sama aku tadi."

"Jangan campurkan urusan pribadi sama kuliah Sha, saya nggak mau punya istri bodoh."

Astaga Jordy apa harus sekejam itu berbicara dengan calon istri? Benar-benar membuatku kesal.

"Trus bapak kenapa nggak bilang mau ada acara jalan-jalan di kampus huh?" protes ku sambil menyilangkan tangan di dada.

"Kamu kan lagi sakit, ya saya nggak cerita," jawabnya santai sambil mengganti-ganti chanel televisi.

"Alesan, bilang aja biar aku nggak ketemu Dion," ujar ku yang sebenarnya hanya asal menebak.

Jordy beranjak dari tempat tidurnya, ia menghampiriku yang sejak tadi berdiri di ambang pintu.
"UDAH TAU PAKE NANYA!" dengus Jordy seraya mengarahkan jari telunjuknya ke keningku dan mendorongku perlahan agar menjauhi pintu lalu ia menutupnya.

Aku bergegas menuju sofa ruang tengah, tak lama kemudian ponselku di dalam saku bergetar.

"Hallo mah?"

"Hallo sayang, gimana kabar kamu sama Jordy?" sapa mama di sebrang sana.

Jordy kembali membuka pintu kamarnya. Sengaja ku aktifkan speaker ponsel, agar ia mendengar percakapan kami.

"Nggak baik mah, ini baru aja Asha di usir dari kamarnya."

Mama hanya tertawa mendengar rengekannku.

"Eh nggak gitu mah salah faham. Jordy nggak ngusir Asha," sela Jordy yang tiba-tiba saja berusaha ingin merebut ponsel di tanganku, tapi tak berhasil.

"Tau nggak mah dia sengaja bikin sarapan pake udang biar Asha sakit," adu ku lagi.

"Bohong mah Jordy lupa kalau Asha alergi udang."

Jordy terus berusaha ingin mengambil ponselku alhasil kami terus berputar mengelilingi meja ruang tengah.

"Kenalan lagi makanya Sha. Kalian udah lama nggak ketemu."

Nggak ketemu? kita kan udah lama tinggal disini bareng semenjak dia nikah sama mendiang Kak Irene.
"Nih liat mah belum nikah aja dia udah berani KDRT mau rebut hp aku, aku mau pulang aja ke rumah mama papa."

"Nggak mah jangan salah faham, Jordy nggak ngapa-ngapain Asha mah."  Jordy masih terus mengejarku

"Ya udah boleh pulang kesini kalau kamu sudah siap nikah, sebelum siap nikah kamu harus disana dulu sama Jordy biar akrab lagi."

Jantungku rasanya terjatuh dari tempatnya. Kata-kata mamah sebelum menutup telepon membuat dada ku sesak.

Aku boleh pulang kesana kalau sudah siap menikah? jika belum maka harus tetap tinggal disini bersama Jordy. Itu sama saja.
Haruskah aku menuruti perkataan mama tadi?

Karena langkahku yang mendadak berhenti, Jordy tak sengaja menabrakku dari belakang.

"Maaf Sha," ucapnya pelan.

Aku hanya berdiri mematung dan tertunduk tak berdaya mengingat ucapan mama tadi. Tak terasa air mata mulai menetes di kedua pipiku.

Tubuh lemahku bersandar pada tubuh tinggi tegap yang sedari tadi ikut mematung di belakangku.

Perlahan Jordy memelukku dengan erat kemudian menenggelamkan wajahnya di bahuku.

"Pak, apa kita akan bahagia kalau tetap menikah?" lirihku.

"Saya akan berusaha membuat rumah tangga kita selalu bahagia Sha."

"Tapi bapak tau kan saya punya pacar, saya cinta sama dia."

Jordy membalikan tubuhku, kini posisi kami saling berhadapan. Ibu jari Jordy mengusap lembut pipiku yang sudah basah karena air mata.

"Saya akan berusaha membuat kamu lebih jatuh cinta ke saya daripada ke dia, inget itu."

Tak ada jawaban. Aku lebih memilih kembali ke kamar, meninggalkan Jordy begitu saja di ruang tengah.

Air mata ku masih terus mengalir aku belum siap berpisah dengan Dion.

Sampai di dalam kamar aku langsung menghadap cermin, ku usap luka jahitan yang cukup panjang di bagian atas lenganku. Entah kenapa luka ini tidak nyeri jika Jordy sedang memeluk tubuhku dengan erat. Sedangkan jika di peluk Dion, rasanya sedikit nyeri.

Pintu kamarku terbuka, siapa lagi yang berani melakukan itu jika bukan Jordy.

"Ada apa Pak?" tanyaku saat Jordy sudah berdiri di ambang pintu.

"Kamu lagi apa?" Kemudian Jordy berjalan mendekatiku.

"Lagi lihatin luka aja," jawabku yang kembali menghadap cermin.

"Saya kira kamu lagi nangis."
Salah satu tangan Jordy terulur mengusap lembut lukaku.
"Sakit nggak?"

Aku menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"Kalau sakit bilang saya, nanti saya usap-usap kayak gini."

"Hmm makasih Pak."

Jordy ingin melepaskan usapannya. Namun, segera ku tahan. "Kenapa ya kalau Bapak yang sentuh lukanya nggak sakit?"

Jordy  tersenyum tipis lalu mengusap lembut pucuk kepalaku "Tidur, udah malem." Setelah mengucapkan itu Jordy beranjak pergi keluar dari kamarku.

Karena aku sudah ditakdirkan jadi pelindung kamu Sha...

.
.
.
.
.
Bersambung

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang