Jordy🌻

731 46 0
                                    

3 Chapter ke depan menceritakan tentang awal pertemuan Asha & Jordy
.
.
.
.
.

"Jo, jangan lupa cukur rambut nak udah gondrong banget itu," ucap sang Mama.

"Oke Ma, aku mau pamit dulu kalau gitu."
Kemudian Jordy mengecup kening Mamanya.

"Mau kemana?"

"Ke Mall mah beli Jas baru buat ketemuan nanti sekalian cuci mata," kekeh Jordy.

"Dasar kamu, ya udah sana hati-hati."

Jordy bergegas pergi dengan mengendarai mobil sportnya.










***

Keputusan Jordy untuk ikut ke negara asal orang tuanya bukan tanpa alasan. Selain ingin menjadi Dosen di salah satu kampus ternama, Jordy juga ingin menelusuri kisah masa lalunya yang masih membekas dalam ingatan.

Selesai membeli beberapa pakaian, Jordy kembali melajukan kendaraannya. Langit sudah begitu gelap padahal waktu baru saja menunjukan pukul lima sore. Sepertinya hujan deras akan turun.

Ingat stok obat flunya sudah habis, Jordy memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke sebuah apotik.

Apotik tidak begitu ramai, hanya ada dua orang pembeli termasuk Jordy.

Setelah gadis di depannya selesai mengambil pesanan obat, kini giliran Jordy yang di layani pembeliannya.

"Terima kasih," ucap Jordy kepada pelayan apotik setelah menerima obat pesanannya.

Sesuai prediksi, karena tadi langit sudah sangat gelap kini hujan mulai turun cukup deras.

Jordy baru saja keluar dari apotik, seketika fokusnya teralihkan oleh seorang gadis yang sedang duduk di kursi tunggu sambil menutup kedua telinganya setiap suara petir terdengar.

Gadis itu terlihat sangat ketakutan, tubuhnya gemetar dan matanya terpejam dengan kuat. Jordy memberanikan diri untuk duduk di samping gadis tersebut.

"Petir itu fenomena alam," ucap Jordy membuat gadis yang berada di sampingnya sedikit terkejut.

"Petir nggak bahaya kok kalau kita berteduh di tempat yang tepat," tambah Jordy seraya menatap rintikan hujan di depan sana.

Seperti terhipnotis, gadis berambut panjang itu menurunkan tangan yang sejak tadi menutup kedua telinganya.

Jordy menoleh lalu tersenyum di balik maskernya "Liat deh suaranya emang ngagetin, tapi kilatan cahayanya keliatan bagus."

"Bagus apa, ngeri tau!" dengus si gadis yang akhirnya berani membuka mata dan tidak menutup telinganya lagi saat petir terdengar.

"Tapi nggak akan ngelukain kamu karena posisi berlindung kamu sudah tepat disini."

Gadis itu terlihat sedang berpikir seperti menunjukan ekspresi 'bener juga sih.

"Nama saya Samuel."

"Saya Nara," jawab Nara.

"Maaf ya saya nggak buka masker, lagi flu," ucap Jordy.
"Saya pendatang baru di kota ini."

"Oo gitu, iya nggak apa-apa. Trus kenapa nggak pulang? Kamu takut juga sama petir?"

Jordy menggelengkan kepalanya. "Saya lebih takut lihat anak gadis sendirian malam-malam gini. Kalau ada apa-apa nanti saya jadi saksi."

Nara terkekeh. "Tenang aja aku bawa sepeda kok, nunggu hujan reda dulu nanti baru pulangnya ngebut."

"Ya udah saya temenin dulu disini," ucap Jordy.

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang