15🌻Taman Bunga

779 68 2
                                    

Sampailah semua bus di sebuah pedesaan yang sangat asri. Pemandangan disini sangat indah, udara sejuk. Bukit-bukit terlihat menjulang di belakang sana. Lima villa sudah di sewa untuk tempat beristirahat.

Turun dari bus, Dion segera menghampiri dan mengambil alih semua barang bawaanku dan mengantarku sampai ke depan pintu kamar.

"Makasi Yon," ucapku.

"Aku ke villa laki-laki dulu ya Sha," pamitnya, akupun mengangguk.

Aku memang cemburu, tapi sepertinya terlalu kekanak-kanakan cemburu dengan hal sepele. Yang terpenting Dion masih memprioritaskan aku di hatinya.

Aku dan Giselle menempati kamar yang sama. Setelah merapihkan sedikit barang bawaan, kurebahkan diri diatas kasur.

"Sha." Giselle membuka percakapan, bibirnya mengatup rapat seperti ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.

"Kenapa Sell?"

"Hm, sorry gue cuma tanya lo kok tadi di bus nyaman banget nyender di pundaknya Pak Jordy?"

Sontak aku segera bangkit ke posisi duduk.
"Bingung Sell kalau gue ceritain," jawabku gugup.

"Sha lo nggak lagi—"

"Lagi apaan? kencan?"

"Ya nggak apa-apa kali Sha, wajar kok menurut gue," tutur Giselle sambil merapihkan barang-barangnya ke dalam lemari.

"Wajar gimana maksud lo? kalaupun kejadian, gue malu Sell dia bekas ipar gue. Dia mantan suami kakak gue."

"Itu namanya turun ranjang, banyak kok yang kayak gitu. Nggak usah dengerin apa kata orang Sha, kalau lo nyaman why not?"

"Hellllo whasappp girl." Tiba-tiba Marvel masuk ke dalam kamar kami tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Eh gila lo Marv untung gue nggak lagi naked!" dengus Giselle seraya melempar salah satu bajunya kearah Marvel.

"Ya berarti rezeki gue hahaha."

Kembali Giselle melemparkan sesuatu ke arah Marvel.

"Keluar yuk beres-beresnya ntar aja," ajak Jevano yang muncul di belakang Marvel.

"Yuk, gue udahan kok." jawab Giselle.

Kami berempat menuju halaman villa. Panitia mengizinkan kami untuk mempunyai acara masing-masing, selama satu jam kami boleh menikmati suasana sekitar desa.

Dion menghampiri ku, kami bergegas pergi sambil bergandengan tangan.
Seluruh peserta sudah berpencar. Aku dan Dion memilih untuk menuju ke taman bunga.

"Tumben kamu diem aja Sha?" Tanyanya.

"Nggak apa-apa," jawabku dengan senyum datar.

"Foto-foto yuk."
Dion mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemudian menoleh ke arahku dengan kening yang mengernyit.
"Kok nggak senyum Sha?" tanyanya lagi dengan tatapan heran.

"Kamu tadi duduk sama Yeri?"

Dion membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.
"Oo gara-gara itu jadi sekarang kamu ngambek, hm?"

"Aku nggak ngambek," jawabku dengan ketus.

Chup

Dion mengecup pipiku. "Itu sebagai permintaan maaf. Tadi sisa kursi di sebelah dia yang kosong sayang, jadi mau nggak mau aku harus duduk sama dia."

"Hm oke aku maklumin kalau gitu, tapi kalau sengaja nanti aku marah."

"Sha liat sini," titah Giselle, aku dan Dion reflek menoleh. Giselle membidik kameranya ke arahku dan Dion.

Tawanan Cinta Kakak Ipar | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang