"Aku suka guru lesku?"
Kisah seorang guru les cantik yang diperebutkan 3 bersaudara Watanabe. Siapakah yang akan dipilih sang guru? Akankah hatinya berlabuh pada salah satu dari 3 bersaudara tersebut?
Ohayou, Minasan!!
I HAVE NEW STORY... LET'S READ...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari menjelang senja. Namun karena sang awan berkawan kabut, sore itu terasa sangat gelap. Lisa berjalan perlahan, meresapi sunyinya jalan dan gamangnya hati. Dia pergi meninggalkan Hiroshi setelah tidak mendengar jawaban apapun darinya.
Air mata mulai menetes dari pelupuk matanya. Dia tidak ingin menangis. Tapi sungguh, hatinya tidak bisa berbohong. Dia telah lama merindukan Hiroshi. Bagaimanapun mereka pernah bersama. Dan Hiroshi pernah sangat berharga untuknya. Tapi saat ini, Lisa bimbang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dibiarkannya airmatanya terus mengalir. Lisa berharap dengan begini sesak dihatinya akan sedikit berkurang. Dilihatnya sekali lagi jalanan itu. Hanya ada beberapa gadis terlihat bergerombol di halte bus. Dia memutuskan untuk mengantri di halte bus yang lain. Lisa tidak ingin dilihat menangis oleh siapapun.
Terdengar suara petir samar - samar. Dan sesaat kemudian hujan pun mulai turun. Lisa menengadah melihat langit. Sepertinya alam sedang mendukung kesedihannya.
"Sial, tidak enaknya jadi anak bungsu. Aku harus rela disuruh - suruh belanja. Mari kita lihat sekali lagi daftar belanjaku. Telur, sabun pencuci piring, daun prei, salmon, bawang putih dan kopi. Kurasa semua sudah kubeli." Celoteh Haruto. Dia baru saja berbelanja di toserba dekat toko buku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesekali dia tepuk kedua betisnya dari gigitan nyamuk. Maklum, dia pergi hanya dengan celana pendek karena awalnya hanya akan berbelanja di toserba dekat rumah. Hanya saja, toserba tersebut sedang dalam perbaikan, sehingga dia harus berjalan jauh.
"Ahh, bisa mati aku kehabisan darah kalau begini. Naik bus saja lah! Cepat sampai, rebahan lalu main game!! Yossh!!" Serunya lantang. Namun rintik hujan mulai membasahi dirinya. Dibukanya payung yang sengaja dia bawa dari rumah dan mulai berlari menuju halte bus terdekat.
Halte bus itu terlihat kosong. Hanya ada dia dan seorang gadis yang sedari tadi hanya menunduk dan memunggunginya. Samar - samar terdengar isak tangis gadis itu.
" Perasaanku selalu tidak enak jika mendengar perempuan menangis. Apa kusapa saja ya?"
Haruto menoleh kearah sang gadis. Namun, dia merasa sangat familiar dengannya. Didekatinya dengan seksama..
"Miss Lisa?? Mengapa anda menangis? Apa anda terluka?"
Memang benar gadis itu adalah Lisa. Dia terkejut karena mengenali suara orang yang menyapanya. Masih dengan posisi membelakangi Haruto, dengan cepat Lisa mengusap air matanya.
"Haruto, kau rupanya? Sedang apa disini?"
"Saya habis berbelanja. Kebetulan toserba dekat rumah dalam perbaikan. Jadi, saya berjalan jauh ke toserba dekat toko buku disana. Apa anda baik - baik saja?" jawab Haruto seraya memperlihatkan kantong kertas miliknya
"Tentu saja aku baik Haruto"
"Tampaknya anda berbohong. Anda sedang tidak baik - baik saja kan?"
"Aku baik - baik saja. Wah kapan busnya akan segera datang? Hujan mulai deras. Bagaimana ini Haruto?"
"Tidak bisakah anda mengandalkan saya? Saya akan menjadi dewasa sebentar lagi. Bisakah anda mengandalkan saya." bisik Haruto seraya mengenggam erat tangan Lisa.
"Haruto, ini tidak seperti..."
"Menangislah jika ingin menangis. Itu akan melegakan anda. Jangan ditahan sendiri. Saya ada disini."
Dan detik berikutnya, hanya isak tangis Lisa yang terdengar....